Kita Tidak Akan Pernah Kembali Hidup Normal, Jadilah Pemimpin Adaptif

Ilustrasi ledership (Foto: Freepik)

Like

When the economy recovers, things won’t return to normal—and a different
mode of leadership will be required. -- RONALD HEIFETZ, ALEXANDER GRASHOW,
and MARTY LINSKY

Ketika ekonomi pulih kembali, segalanya tak akan kembali normal. Oleh karena itu, gaya kepemimpinan baru dibutuhkan. Begitu tulis Ronald Heifetz, Alexander Grashow, dan Marty Linsky dalam Harvard Business Review edisi Mei 2020.

Pernyataan ketiganya merujuk pada dampak dari pandemi Covid-19 yang ternyata efeknya jauh lebih mengerikan daripada yang kita bayangkan sebelumnya. Ekonomi terpuruk, itu keniscayaan. Perusahaan bersusah payah untuk bertahan. PHK, pemotongan gaji, semuanya sudah terjadi.

Kita memasuki periode krisis. Itu pasti. Bahkan ada yang bilang, krisis ini lebih mengerikan dibandingkan pandemi flu Spanyol atau krisis keuangan pada 2008 atau akhir era 1990-an.

Dalam tulisannya, Heifetz, Grashow, dan Linsky menyebutkan:

The danger in the current economic situation is that people in positions of authority will hunker down. They will try to solve the problem with short-term fixes: tightened controls, across-theboard cuts, restructuring plans. They’ll default to what they know how to do in order to reduce frustration and quell their own and others’ fears. Their primary mode will be drawing on familiar expertise to help their organizations weather the storm.


Short-term fixes atau solusi jangka pendek. Kemungkinan, hal itu yang ada di benak para pengambil keputusan dalam suatu organisasi. Saya sepakat dengan pernyataan ini. Dalam praktiknya, para pemimpin saat ini lebih cenderung untuk mengatasi masalah yang ada di depan mata.


Apakah ini salah? Tidak juga. Hal ini sangat dapat dimengerti. Semua ingin melindungi diri dari ancaman luar (external threats). Tidak ada yang salah. Namun, dalam kondisi seperti saat ini, dibutuhkan sosok yang memiliki kepemimpinan adaptif. 

People who practice what we call adaptive leadership do not make this mistake. Instead of hunkering down, they seize the opportunity of moments like the current one to hit the organization’s reset button. They use the turbulence of the present to build on and bring closure to the past. In the process, they change key rules of the game, reshape parts of the organization, and redefine the work people do.

Seize the opportunity. Memanfaatkan momentum. Para pemimpin sering kali terjebak dalam tren. Ikut-ikutan dalam kepanikan. Memilih bertahan. Saling mengoper bola di area pertahanan tanpa melakukan serangan balasan.

Daripada berpanjang lebar, saya akan bagikan beberapa poin yang harus dimiliki oleh para pemimpin dalam menghadapi situasi saat ini. Simak dalam infografis berikut.

 

Infografis Adaptive Leadership/Bisnis Muda