Cerita dari Tapal Batas: Sebuah Ironi dari Ujung Indonesia

Cover film “Cerita dari Tapal Batas” (Sumber gambar: festivalfilm.id)

Like

Artikel ini akan mengulas salah satu film yang belum banyak dinikmati orang namun membawa pesan yang cukup dalam. Film ini berjudul Cerita dari Tapal Batas. 

Be-emers pernah dengar film berjudul Cerita dari Tapal Batas? Film yang dirilis pada tahun 2012 ini merupakan film dokumenter yang menceritakan kehidupan masyarakat di perbatasan Indonesia dan Malaysia di Pulau Kalimantan.

Film ini banyak membahas soal kesejahteraan masyarakat setempat, perilaku pemerintah terhadap masyarakat setempat, termasuk masalah-masalah sosial yang mereka alami. 

Di dalam film Cerita dari Tapal Batas, ada beberapa poin yang cukup mencolok, yaitu terkait apa saja keluhan masyarakat setempat dan apa yang diinginkan masyarakat dari pemerintah.

Baca Juga: Ulasan Film Atonement: Antara Kenyataan dan Imajinasi!


Di antaranya peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan, peningkatan mutu infrastruktur, peningkatan ekonomi masyarakat, serta perlindungan kepada perempuan dan anak.
 

Potret Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi


Dalam film tersebut, diceritakan bahwa di daerah perbatasan khususnya antara Indonesia dengan Malaysia (di Pulau Kalimantan), hanya ada satu guru dalam satu sekolah. Untuk itu, masyarakat setempat punya harapan agar pembangunan pendidikan Indonesia bisa meluas hingga perbatasan negara.

Lalu, di pelosok sana juga tidak ada fasilitas kesehatan yang mudah diakses oleh masyarakat. Sehingga masyarakat hanya bisa berharap pada satu mantri yang datang dari kampung ke kampung setiap sebulan sekali.

Ini kisah nyata ya Be-emers. Ini benar-benar terjadi di perbatasan Indonesia sana. Terlebih lagi, infrastruktur setempat masih jauh dari kata cukup dan berakibat murid-guru susah untuk melakukan mobilitas ke sekolah.

Masyarakat yang sakit tidak bisa langsung terobati karena jarak yang jauh dengan fasilitas kesehatan. Lebih dari itu, dalam film ini juga menjelaskan bagaimana buruknya kondisi perekonomian sehingga susah mencari pekerjaan di Indonesia.

Hal ini mengakibatkan rakyat Indonesia yang tinggal di perbatasan memilih untuk bekerja di Malaysia atau menjual hasil taninya ke Malaysia karena lebih mudah diakses dan lebih diterima oleh orang Malaysia.

Baca Juga: Story of Kale: When Someone’s in Love Film

Masyarakat di sana sangat menunggu pemerintah dapat memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia, termasuk penyediaan lapangan pekerjaan dan infrastruktur yang layak sampai ke daerah perbatasan.

Last but not least, film ini juga menyampaikan bahwa di Kota Singkawang masih banyak terdapat perdagangan wanita. Wanita diperjualbelikan kepada orang luar negeri, seperti Cina atau Malaysia.

Hal ini menimbulkan keresahan masyarakat yang meminta adanya perlindungan hukum dan sosial bagi perempuan dan anak sampai ke pelosok negeri.

Hayoo, sebagai generasi penerus pasti langsung kebakar enggak sih semangatnya untuk memperbaiki bangsa kita ini! Kalau belum, buruan nonton film ini ya!

Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.