Investor Wall Street Menjual Saham Meta Platform setelah Pengumuman Rencana Investasi AI

Ilustrasi Saham Meta Platform (Sumber gambar: equitypandit.com)

Like

Investor di pasar modal Amerika Serikat (AS), yang dikenal sebagai Wall Street, menjadi saksi peristiwa dramatis ketika saham Meta Platform (META.O).

Induk Facebook dan Instagram, mengalami penurunan tajam setelah pengumuman rencana investasi oleh CEO Mark Zuckerberg.

Rencana investasi ini berfokus pada pengembangan kecerdasan buatan (AI) dan memicu kekhawatiran investor tentang dampaknya terhadap pendapatan perusahaan.

Pada tanggal 24 April 2024, saham Meta Platform turun sekitar 15 perdagangan, menyebabkan nilai pasar perusahaan anjlok sekitar US$200 miliar menjadi sekitar USD1 triliun.

Baca Juga: Single Stock Futures: Peluang Cuan Baru di Pasar Saham yang Dirilis BEI


Penurunan saham ini terjadi setelah Zuckerberg mengumumkan rencana investasi besar-besaran dalam teknologi AI, yang dipandang sebagai langkah strategis untuk meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan di tengah persaingan sengit dalam industri teknologi.

Investor reaktif terhadap pengumuman tersebut, merespons dengan kekhawatiran bahwa belanja besar-besaran dalam AI dapat melebihi manfaatnya.


Mereka menyampaikan kekhawatiran bahwa lonjakan biaya AI dapat mengurangi profitabilitas Meta Platform dalam jangka pendek, sementara manfaat jangka panjangnya tetap belum pasti.

Selain Meta Platform, saham-saham perusahaan teknologi besar lainnya juga terkena dampaknya.

Saham Alphabet (GOOGL.O) dan Microsoft (MSFT.O) masing-masing turun 300, 2%, menunjukkan bahwa kekhawatiran investor tentang investasi besar-besaran dalam teknologi AI merambah ke seluruh sektor teknologi.

Meskipun Meta Platform sebelumnya telah mencatatkan kinerja yang kuat, dengan kenaikan kapitalisasi pasar setelah laporan triwulanan terakhirnya, pengumuman rencana investasi ini menimbulkan ketidakpastian di kalangan investor.

Baca Juga: PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) Mengumumkan Dividen Jumbo Tahun Ini: Dampak dan Implikasinya


Mereka khawatir bahwa biaya yang tinggi yang terkait dengan pengembangan teknologi AI dapat menggerus profitabilitas perusahaan dalam jangka pendek, terutama jika manfaat jangka panjangnya tidak segera terwujud.