Dampak Psikologis dan Sosial Korban Pemerkosaan, Ini Dukungan yang Tepat!

Keputusan untuk melakukan aborsi bukanlah hal mudah, terutama bagi korban pemerkosaan. (Sumber:Pexels)

Like

Pemerkosaan adalah tindakan kekerasan seksual yang sangat traumatis dan dapat meninggalkan luka mendalam baik secara fisik maupun psikologis. 

Bagi korban pemerkosaan yang mengalami kehamilan, keputusan untuk melakukan aborsi seringkali menjadi pilihan yang sangat sulit. 

Pilihan ini diambil dengan pertimbangan yang kompleks, melibatkan berbagai faktor psikologis dan sosial.



Dampak Psikologis yang Dialami Korban Pemerkosaan 


1. Trauma yang Berlapis

Korban pemerkosaan yang memilih aborsi seringkali mengalami trauma berlapis. Trauma awal akibat pemerkosaan dapat diperparah oleh trauma tambahan akibat keputusan untuk mengakhiri kehamilan.


2. Perasaan Bersalah

Banyak korban merasa bersalah atas keputusan untuk melakukan aborsi, meskipun mereka dipaksa dalam situasi yang sangat sulit. Perasaan bersalah ini dapat memperburuk kondisi psikologis mereka.


3. Depresi dan Kecemasan

Depresi dan kecemasan adalah gangguan mental yang sering dialami oleh korban pemerkosaan yang melakukan aborsi. Kondisi ini dapat mengganggu kehidupan sehari-hari mereka dan membutuhkan penanganan medis.



4. Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD)

PTSD adalah gangguan mental yang sering terjadi pada korban trauma berat, termasuk korban pemerkosaan yang melakukan aborsi. Gejala PTSD meliputi kilas balik, mimpi buruk, dan kesulitan berkonsentrasi.
 

Dampak Sosial yang Dirasakan oleh Korban Pemerkosaan


1. Stigma Sosial

Korban pemerkosaan yang memilih aborsi seringkali menghadapi stigma sosial. Mereka mungkin dikucilkan oleh keluarga, teman, atau masyarakat karena keputusan mereka.

Baca Juga: Aborsi Dilegalkan untuk Korban Pemerkosaan, Bagaimana Dampak dan Implementasinya?


2. Isolasi Sosial

Stigma sosial dapat menyebabkan korban merasa terisolasi dan kesulitan untuk menjalin hubungan sosial yang sehat.


3. Masalah dalam Hubungan

Trauma akibat pemerkosaan dan aborsi dapat memengaruhi kemampuan korban untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang lain, termasuk pasangan.