Petani ku Pahlawan
Likes
Memasuki awal bulan Maret, kasus positif Covid-19 pertama terkonfirmasi di Indonesia. Hingga melewati pertengahan tahun 2020, kasus di Indonesia kian meningkat dan tersebar di seluruh penjuru nusantara.
Bukan tanpa alasan, virus ini kemudian menjadi pandemi, yang menyebabkan kekacauan secara global. Sebabnya, virus ini begitu mudah menginfeksi dan dampakya cepat, hingga dapat menyebabkan kematian dalam hitungan hari.
Para pakar kesehatan pun proaktif dalam menangani dan berupanya menemukan vaksin dari virus mematikan ini. Pada kondisi terburuk, para tenaga kesehatan kepayahan dalam menangani pasien yang tumbang akibat Covid-19.
Oleh karena itu, mereka dianggap lini pertahanan di setiap daerah. Hal ini tentu sudah sangat disadari dan dipahami oleh seluruh masyarakat secara universal.
Beragam persepektif yang dikemukakan mengenai peran seseorang yang kemudian dianggap sebagai pahlawan di masa pandemi Covid-19. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada tenaga kesehatan, yang masih berjibaku hingga mereka yang telah gugur dalam tugasnya. Namun, seolah tak terlihat dan terlupakan, bagaimana para petani yang terus berjuang di hamparan lahan untuk memastikan ketersediaan pangan bagi Indonesia.
Oleh sebab itu, untuk memutus rantai penyebaran virus, perlu adanya kesadaran bagi semua pihak untuk saling melindungi dengan mengikuti protap kesehatan di setiap kegiatan. Pandemi ini seolah menyadarkan kembali pentingnya pola hidup sehat dengan menjaga kebersihan, olahraga teratur dan makanan yang bergizi.
Yang terkadang disepelekan dengan mengkonsumsi ragam makanan olahan yang menjadi ciri individu perkotaan. Kepanikan yang terjadi di beberapa belahan dunia memperlihatkan bahwa, bukanlah barang mewah yang menjadi prioritas tetapi bahan pangan yang faktor krusial kehidupan seseorang.
Pahlawan pun memerlukan perlindungan??? Mari kita telisik bersama bahwa ...
Para petani seolah tak gentar dengan merebaknya informasi tentang kengerian covid-19 ini.
Mereka dengan setia menumbuhkembangkan komoditi-komoditi unggulan mereka. Kemudian, dipahami yang tumbuh menjadi tren saat pandemi ini adalah produk-produk pertanian organik dan herbal.
Ketika perekonomian pincang dan tertatih, petani tetap gigih dan pantang menyerah. Tanpa perlu perhitungan mengenai data berapa banyak orang yang harus terpenuhi pangannya, mereka tetap pada pendirian bahwa pertanian harus tetap berjalan.
Kepahlawanan mereka tenggelam. Kegiatan bertani dianggap hal yang wajar. Pada saat daerah-daerah, khususnya zona merah menyeruakkan work from home (WFH), petani tetap berpeluh dengan teriknya matahari untuk bulir-bulir kehidupan.
Naas, sering ditemui mereka berlaga di lahan tanpa APD dan diketahui bersama. Dalam bertani, biasanya dilakoni oleh beberapa orang untuk menggarap satu luasan tertentu. Masih menjadi teka-teki bagi mereka, bagaimana mungkin menggunakan APD, baik itu berupa masker hingga jaga jarak pada saat bertani.
Hal ini kemudian menjadi bahan lawakan bagi mereka, sebabnya terasa dan terbayang aneh serta menjadi sesuatu yang menyusahkan dalam pelaksanaannya. Bak menjadi tumbal, mereka sukarela asalkan dapat tetap berproduksi. "Selama ada makanan, akan tetap ada kehidupan" kurang lebih seperti itu pikirnya.
Oleh sebab itu, menjadi pahlawan dimulai dari diri sendiri dan menginspirasi orang lain untuk tetap berjuang, berkarya dan berinovasi. Bersama melawan pandemi Covid-19 dengan saling menjaga, bahkan dengan mengingatkan hal kecil seperti memakai masker, cuci tangan, dan tetap jaga jarak. Untuk kita dan untuk Indonesia bangkit.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.