Terapkan Strategi Mendadak Ini Untuk Mengumpulkan Dana Darurat Di Masa Pandemi

Mengatur keuangan dengan bijaksana (Freepik.com)

Mengatur keuangan dengan bijaksana (Freepik.com)

Like

"Ketidakpastian ada disekitar kita. Mulai dari ketidakpastian ekonomi, pekerjaan, keuangan, hubungan, bahkan kesehatan fisik dan mental. Terlebih di situasi pandemi seperti ini."


Pandemi Covid-19 datang dan mencabut rasa aman bagi banyak masyarakat di berbagai belahan dunia. Semua orang merasa takut, cemas, dan tidak berdaya dalam menghadapi wabah yang telah menginfeksi sebanyak 19.425.393 orang di seluruh dunia per tanggal 8 Agustus 2020.

Tidak sampai di situ saja, pandemi ini berdampak pada berbagai industri baik tingkat lokal maupun global. Sehingga, berdampak ke makro ekonomi dan menyebabkan banyak negara jatuh ke dalam jurang resesi. Seperti Singapura, Korea Selatan, Hong Kong, Prancis, Jerman, Uni Eropa, dan Amerika Serikat. (Sumber: Bisnis.com)

Selain itu, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat jumlah pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan akibat virus corona tembus 3,06 juta orang per 27 Mei 2020.

Gelombang PHK diprediksi masih akan terus terjadi. Tentu saya merasa was-was dengan kondisi saat ini. Dalam badai, skenario terburuk harus dipertimbangkan dengan baik.

Hal yang bisa saya lakukan saat ini adalah menambah jumlah tabungan untuk dana darurat saya, sekaligus tetap berbelanja ke UMKM di sekitar lingkungan saya.


Di tengah kondisi seperti ini cara terbaik agar kondisi finansial bertahan adalah dengan mengelola keuangan dengan bijaksana. Sementara cara sederhana agar meningkatkan gairah ekonomi nasional adalah dengan berbelanja agar terjadi perputaran ekonomi.

Bijak Mengatur keuangan di Masa Pandemi.

Sebelumnya, saya menggunakan metode 50-40-10 dalam mengatur pendapatan. 50 persen saya alokasikan ke dalam pos tabungan dan investasi, 40 persen ke dalam pos biaya hidup, dan 10 persen ke dalam pos donasi.

Dengan catatan, metode tersebut sesuai dengan profil risiko saya yang tidak memiliki beban tanggungan dan masih tinggal dengan orang tua.

Tujuan keuangan saya adalah mengumpulkan dana darurat. Dana darurat adalah uang yang hanya boleh dipergunakan untuk kondisi darurat. Jumlahnya minimal 3 kali biaya hidup setiap bulan. Namun, lebih besar akan lebih baik.

Saya menempatkan uang pos tabungan dan investasi ke dalam beberapa instrumen, yaitu reksa pendapatan tetap dan emas antam di Pegadaian.

Kedua instrumen tersebut bersifat likuid atau mudah untuk melakukan proses pencairan ketika dalam situasi dan kondisi darurat.

Saat ini, pos dana darurat saya memang sudah tercapai. Saya memiliki dana darurat sebesar 6 kali pengeluaran bulanan. Namun, saya ingin meningkatkan sebanyak 12 kali pengeluaran bulanan.

Salah satu hal yang pasti dari ketidakpastian adalah ketidakpastian itu sendiri.


Tidak ada yang tahu kapan pandemi Corona ini akan berakhir. Dikutip dari bisnis.com, Mike ryan, Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO mengatakan bahwa kita barangkali tidak mungkin memberantas Covid-19 dalam waktu dekat, mengingat jumlah kasus hariannya masih meningkat.

Jadi strategi saya agar tujuan keuangan tersebut tercapai adalah sebagai berikut:

1. Mengatur ulang komposisi perencanaan keuangan

Saya masih lebih beruntung karena masih mendapatkan gaji bulanan dari kantor tempat bekerja.

Sejalan dengan kebijakan PSBB yang dimulai bulan Maret lalu dan dilanjutkan dengan Normal Baru, yang menginstruksikan kepada masyarakat umum untuk mendahulukan aktivitas di dalam rumah saja, termasuk belajar, bekerja, dan beribadah. Perusahaan tempat saya bekerja membuat peraturan kepada para pegawainya mulai dari work from home sampai saat ini dengan aturan jadwal masuk secara berganti-gantian.

Untuk itu, saya menerapkan metode 60-30-10 untuk mengatur keuangan di masa pandemi. Dengan komposisi 60 persen untuk menabung, 30 persen untuk biaya hidup, dan 10 persen untuk berdonasi.

Saya mengalihkan anggaran transportasi yang tidak digunakan ke dalam pos dana darurat. Selain itu, 70 persen dari uang THR yang diberikan pada bulan Juni lalu saya alihkan juga ke dalam pos dana darurat.

2. Menunda untuk pergi berlibur ke luar kota dan luar negeri

Tentu bukan hal yang mudah menghabiskan waktu hampir lima bulan lamanya di rumah. Tapi, saat ini bukanlah momen yang baik untuk pergi plesiran bersama keluarga. Mengingat risiko penularan virus yang tinggi.

Dilansir dari bisnis.com, WHO menyatakan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19, menyebar terutama melalui tetesan kecil yang dikeluarkan dari hidung dan mulut orang yang terinfeksi.

Nah, untuk itu saya memutuskan untuk menyimpan anggaran liburan saya untuk tahun ini. Bisa digunakan untuk tahun depan, apabila jumlah kasus sudah menurun. Untuk sementara saya alihkan anggaran tersebut ke dalam pos dana darurat. Tentu, tidak ada salahnya menunda kesenangan sementara.

3. Tidak menambah cicilan baru untuk produk-produk yang tidak menghasilkan pertambahan nilai ekonomi

Dengan mengenali perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, saya belajar untuk mengendalikan diri dan tidak bersikap impulsif.

Hidup penuh perhitungan adalah hal yang bijak untuk diterapkan dalam situasi yang terombang-ambing seperti ini.

4. Membelanjakan semua anggaran biaya hidup yang sudah ditetapkan

Saya memiliki anggaran biaya hidup sebesar 30 persen untuk dibelanjakan. Jadi saya memutuskan untuk menggunakan uang tersebut untuk berbelanja seperti biasanya, ke pelaku umkm di lingkungan saya ataupun berbelanja dengan metode pembayaran online.

Ada banyak teman-teman yang kehilangan pekerjaan, untuk itu saya mencoba membantu dengan membeli produk yang ditawarkan.

Kegiatan konsumsi yang dilakukan berperan signifikan dalam pertumbuhan ekonomi. Kegiatan kegiatan konsumsi mengalami penurunan maka ekonomi akan tumbuh melambat.

5. Mengeluarkan anggaran donasi untuk mereka yang membutuhkan

Saya diajarkan oleh orang tua saya untuk selalu memberi dalam kondisi berbahagia maupun berduka. Jadi, saya akan tetap mengeluarkan uang untuk berdonasi dalam anggaran keuangan saya.

Biasanya saya melakukan donasi rutin di platform crowdfunding yang berisi berbagai macam kampanye kebaikan untuk membantu sesama.

Membantu orang lain tidak membuat pemberinya menjadi miskin dan ingat bahwa ada hak orang lain dalam penghasilan yang kita dapatkan.

Tentu hal ini akan meningkatkan nilai solidaritas terhadap sesama dan membangun rasa empati di tengah kondisi yang sulit seperti ini.

6. Minimal memiliki asuransi kesehatan

Seringkali orang melupakan pentingnya asuransi dalam anggaran keuangan. Padahal asuransi sangat penting untuk menanggulangi biaya yang harus dikeluarkan ketika dalam kondisi darurat seperti sakit ataupun kecelakaan.

Untungnya saya memiliki asuransi kesehatan dari BPJS Kesehatan dan asuransi jaminan hari tua dari BPJS Ketenagakerjaan. Untuk saat ini, asuransi jiwa belum menjadi prioritas saya. Namun, kelak akan saya pertimbangkan kembali.

Ini adalah strategi saya dalam mengatur keuangan di masa pandemi. Setiap orang pasti memiliki strateginya masing-masing. Tergantung dengan berapa jumlah pendapatannya, jumlah beban yang ditanggung, besar utang/cicilan, dan lain sebagainya.

Saya memutuskan untuk menambah jumlah dana darurat sebagai bentuk persiapan untuk menghadapi ketidakpastian.

Apapun bisa terjadi di tengah pandemi ini, termasuk risiko pemutusan hubungan kerja dari perusahaan. Untuk itu, selalu bayangkan kondisi terburuk yang bisa terjadi.

Melvin Mumpuni, Founder dan CEO Finansialku.com mengatakan bahwa perencanaan keuangan itu sulit. Namun akan lebih sulit lagi jika tidak ada keuangan yang direncanakan. Orang tak investasi tidak miskin. Sementara kalau orang tidak punya dana darurat ujung-ujungnya berhutang. (Sumber: bisnis.com)

Kunci untuk mengatur keuangan di masa pandemi, bukan tentang besar kecilnya penghasilan yang didapatkan. Tetapi, seberapa besar kemampuan kita untuk berani menunda kesenangan sementara supaya dana darurat lekas terkumpul.

#youngcompetitionbisnismudaid #bisnismuda #bangkitdaripandemi