Di Era Digital, Begini Cara Mengubah Keterbatasan di Masa Karantina Menjadi Kreativitas yang Berujung Cuan

Kreatif di Masa Karantina Berujung Cuan

Kreatif di Masa Karantina Berujung Cuan

Like

Hampir seluruh negara di dunia berhasil dikacaukan dan dihebohkan dengan satu virus yang masih belum kita tahu kapan lenyap dari bumi. Termasuk Indonesia, yang udah melewati masa penyebaran virus corona atau COVID-19 sejak maret lalu (2020).

Rasa kesal udah enggak tahu gimana lagi buat diungkapinnya. Aku sendiri udah ditahap yang enggak mau banyak protes akan adanya satu virus mematikan ini. Udah capek batin, pikiran, fisik, dan mental juga.

Bagaimana dengan sobat bisnis muda di rumah? Masih menjalankan protokol kesehatan yang dianjurkan banyak pihak yang kredible belum? Atau malah udah mulai ngeyel dengan keluar sembarangan meski nggak urgent atau malah udah mulai mengabaikan pakai masker?

Hayoooo, para milenial yang biasanya punya mobilitas yang tinggi di luar rumah dan juga hobi nongkrong dan ketemu teman atau kolega di luar? Gimana, bisa bedadaptasi dengan masa karantina ini enggak?

Please, dibenahi lagi ya kalau masih ada yang suka cuek sama virus. Kalau enggak hati-hati buat diri sendiri, siapa yang mau jagain? 
 

Dampak Terbesar Akibat Pandemi Untuk Pribadi

Dampak Terbesar Akibat Pandemi Untuk Pribadi

Dampak Terbesar Akibat Pandemi Untuk Pribadi



Ada beberapa dampak dari corona dan masa karantina yang pasti dirasakan oleh banyak kalangan. Setidaknya dampak berikut yang sangat aku rasakan:


Mental, Pikiran dan Kesehatan

Percaya atau enggak, tapi corona emang udah mulai mengganggu pikiran kita sebagai manusia yang masih punya rasa takut akan sakit dan akan kematian. Belum lagi, ketakutan jika ada anggota keluarga atau saudara yang jauh di sana dan nggak bisa sepenuhnya kita awasi aktivitasnya. 

Ketakutan, cemas, stres, dan frustasi ini yang lama kelamaan juga bisa menggerogoti kesehatan manusia itu sendiri. Belum lagi, ketakutan akan kondisi finansial, pekerjan atau masa depan di kondisi pandemi kayak sekarang ini.

Apalagi kita tahu, ramalan siapapun belum ada yang tepat untuk memprediksi kapan Covid-19 ini akan lenyap dari bumi pertiwi.

Menurut Karestan Koenen, Ph.D, profesor epidemiologi psikiatrik di Harvard TH Chan School of Public Health, stres menghadapi pandemi dalam jangka panjang juga bisa memicu gangguan stres pascatrauma (PTSD). Wajar dong, kalau banyak ahli yang menganjurkan kita untuk mencari cara-cara yang positif untuk menghabiskan waktu semasa karantina. 

Aku sendiri cukup sedih dan dipusingkan karena nggak bisa pulang kampung ke Jawa tengah sejak Februari lalu. Terpikir dibenakku kalau sampai ini berjalan satu tahun dan nggak bisa menemui Bapak dan Ibu di Kebumen, Jawa Tengah, gimana. Beliau berdua makin menua, rindu rasanya aku melihat wajah bapak dan ibu menunjukan senyum di wajahnya saat melihat anaknya pulang. 

Apalagi bapak ada sakit stroke, yang bikin beliau gampang sekali kepikiran. Sedihnya, aku baru bisa mengobati rasa kangennya dengan telepon dan video call saja setiap harinya. Sambil mengatakan secara halus “sabar nggeh pak, ngentosi Rini wangsul


Ruang Gerak yang Terbatas

Jelas ada perubahan besar sekali di sisi ruang gerak ini. Apalagi, saat pemerintah menjalankan program PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Internasional) atau Karantina. 

Surabaya sendiri menerapkan PSBB ini di 2 tahap. Sampai akhirnya dibuka kembali setelah berjalan sekitar 1 bulan. Meski begitu angka korban meninggal masih tetap tinggi di Surabaya mengingat padatnya penduduk di sini dan juga besarnya aktivitas di segala sektor bisnis. 

Aku sendiri di Surabaya bekerja sebagai salah satu karyawan di salah satu perusahaan swasta. Perjalananku ke kantor juga melewati pos pemeriksaan dari pihak yang telah di tunjuk. Jadi, enggak bisa kita berlalu lalang sembarangan tanpa alasan yang penting lho.

Ruang gerak tentu jadi terbatas karena sejak adanya Corona, praktis aku nggak pernah keluar jauh selain buat kerja. Sosial distancing selalu aku terapkan di manapun.

Urusan makan, aku pilih masak sendiri atau stok makanan instan seperti mie dan nugget. Kalau harus beli, juga enggak pilih warung yang ramai. Selain itu, aktivitas lain seperti nongkrong, main, ke mall, apalagi liburan sama sekali aku stop

Mungkin aku masih terbilang beruntung karena bisa kerja di kantor yang enggak harus keliling ke lapangan atau ke jalanan. Tapi, gimana dengan saudara atau temen kita yang punya kerjaan sebagai sales marketing atau ojol, yang tentu kerjaannya harus keluar terus?


Ekonomi atau Keuangan

Dampak terbesar yang tentu dirasakan selama masa pandemi ini adalah menurunkan perekonomian di semua sektor baik itu usaha kecil, menengah atau besar sekalipun.

Tak sedikit lapisan masyarakat yang menangis dan hanya bisa sabar mengelus dada melihat perekonomian pirbadi atau keluarga yang makin menurun. Ojek online, para pelaku bisnis besar bahkan UKM sekalipun harus putar otak agar bisa bertahan di masa pandemi yang belum tau kapan berakhir ini.

Lalu bagaimana dengan nasibku?


Masa karantina memang nggak menyebabkan kantorku harus lock down tanpa aktivitas karena kami mendapatkan ijin untuk tetap dapat melakukan aktivitas produksi dari Kementrian Tenaga Kerja. Oh iya, kantorku bergerak di bidang manufaktur produksi kertas karton kemasan.

Meski nggak menerapkan lock down, tapi jam kerja kami dikurangi. Yang awalnya sabtu masuk setengah hari, kini diliburkan. 

Dikutip dari ekonomi.bisnis.com, menurut Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Akhmad Akbar Susamto, lapangan usaha yang diasumsikan mengalami dampak paling parah adalah penyediaan akomodasi dan makan minum, transportasi dan pergudangan dan perdagangan, baik perdagangan besar maupun eceran. Wajar kali ya? Bosku juga ikut panik atas kondisi bisnisnya.
 

“Wah seneng dong diliburkan?”


Eits, jangan salah, liburnya dengan pemotongan gaji yaaa.. hahahaa (sedihhh). Bagiku, yang seorang anak rantau yang jauh dari orang tua dan masih punya banyak tanggungan, juga harus bayar kost dan biaya bulanan lainnya tentu potongan berapapun akan berasa banget dampaknya. Ini enggak becanda deh dampaknya.

Belum lagi, ketakutan atau ancaman akan adanya PHK atau pengurangan karyawan sementara guna menekan biaya usaha di kantor. Kebayang enggak, kalau hal kayak gini menimpa diri sendiri?

Masih menurut ekonomi.bisnis.com, ada 19 sektor usaha lebih yang terancam terdapat PHK atau pengurangan pegawai dikarenakan corona. Ngeri, kan?

Aku sih tentu enggak berharap hal buruk ini menimpa diri sendiri. Tapi aku dari dulu selalu terbiasa bikin plan B dan C untuk jaga-jaga diri sendiri. Mengingat udah memutuskan mandiri secara finansial dari keluarga, jadi apapun yang terjadi aku harus bisa bertahan kan?

Kemarin baru aja ada kebijakan dari kantor juga, kalau ada yang dites PCR (dibiayai oleh kantor) menunjukan kita reaktif. Maka, kita harus melakukan tes SWAB secara mandiri (biaya sendiri), dan apabila hasil positif maka karyawan harus off kerja selama 14 hari dengan pemotongan gaji sebesar 25 persen.

Aku sih selalu berusaha menjaga kesehatan, imun, dan sangat membatasi interaksi dengan luar selain kerja di kantor. Tapi namanya takdir, kan enggak ada yang tahu ya. Seburuk-buruknya kondisi, jika nanti aku harus istirahat di kost selama 14 hari dengan pemotongan gaji sekian persen, ya aku harus siap. (hiksssssss)

Apa ada yang bernasib sama denganku?
 

Caraku Mengubah Keterbatasan di Masa Karantina Menjadi Kreativitas Berujung Ilmu Sampai ke Cuan

Caraku Mengubah Keterbatasan di Masa Karantina Menjadi Kreativitas Berujung Ilmu Sampai ke Cuan

Caraku Mengubah Keterbatasan di Masa Karantina Menjadi Kreativitas Berujung Ilmu Sampai ke Cuan

 

"aku lebih punya banyak waktu istirahat di kamar kost saat kerjaan utama selesai dan saat weekend (sabtu minggu). Biasanya waktu luang aku pakai buat main atau nongkrong, alhamdulillah selama masa pandemi ini aku belajar banyak skill dan banyak bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari skill yang ku tekuni"- Rini Novita Sari

Bener kalau selama masa karantina dan masa tersebarnya virus corona ini, aku lebih banyak mendekam di dalam kamar. Weekend 2 hari, bahkan aku bisa benar-benar tak keluar kamar. Dulu awalnya bosan, bete, mulai tertekan, stres, dan frustasi cuma ngeliat tembok kamar yang luasnya enggak seberapa ini. 

Untungnya, aku punya hobi menulis dan blogging yang mendekatkanku pada lingkungan dan komunitas yang aku pikir semakin produktif selama masa pandemi ini. Aku banyak dapat insight dari apa yang teman-teman ini bagikan.

Kiranya aktivitas produktif berikut yang aku lakukan selama masa karantina. Enggak hanya menambah ilmu dan skill, tapi aku juga bisa mengubahnya menjadi uang dan lumayan banget bisa jadi tambahan pemasukanku selama masa pandemi ini.


Lebih Fokus di Dunia Blogging dan Me-monetizenya

Aku memang punya hobi nulis dari lama dan aku salurkan hobiku inin agar lebih bermanfaat buat banyak orang melalui blog. Nah, setahun ini aku baru tahu dan sadar kalau dari blog kita bisa mendapatkan sejumlah uang.

Jadinya, aku makin giat juga belajar tentang penulisan, tentang SEO atau Search Engine Optimization, link building, dan lain sebagainya.

Yap, tak hanya sebagai penghasilan sampingan, bahkan kalau kita bener-bener 100 persen serius dan fokus ke blog, bisa loh blog itu jadi sumber penghasilan utama. Banyak kok dari teman-temanku yang udah buktiin.

Hanya dari handphone atau laptop, kita bisa menuliskan artikel dan memonetize-nya. Sumber penghasilan dari blog pun ada banyak jenisnya, misalnya saja Google Adsense, content placement, jasa review, atau dari lomba blog.
 

Mengerjakan Banyak Project Sebagai Content Writer

Selain menyalurkan hobi dan ilmu menulis artikel yang aku miliki di blog pribadi celotehdinihari.com, aku juga mulai aktif membangun bisnis jasa penulisan artikel yang udah aku mulai beberapa bulan lalu.

Semenjak pandemi, aku makin giat mneyeriusi bisnis satu ini. Alhamdulillah, setelah melakukan promosi jasa penulisan artikel melalui halaman di blogku dan juga melakukan promosi ke banyak media seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan lain sebagainya, kini tiap hari kami bisa mengerjakan lebih dari 20 artikel.

Oh iya, aku sebut “kami” karena alhamdulillah aku bisa mengajak 10 teman content writer yang kebanyakan wanita ke dalam tim penulisanku ini. Lumayan lah, jadi ada penghasilan setiap minggunya. :) Berasa banget manfaat uang dari tulisan saat masa-masa susah seperti sekarang ini.


Ikut Berbagai Webinar Seputar Penulisan dan SEO

Seperti anak sekolah yang kini beralih ke pembelajaran online dan banyak memanfaatkan teknologi seperti Zoom, Google Meet, dan lain sebagainya. Bagi para pelaku industri kreatif atau digital, platform-platform ini juga makin laku dan sering diakses.

Berasa banget bedanya, saat pandemi ini positifnya jadi makin banyak lembaga, komunitas atau pribadi yang mau berbaik hati membagikan informasi, ilmu atau insight apapun yang positif bagi para pengikut webinarnya.

Acara webinar seperti ini bagi ku sendiri sangat ku sambut positif. Bahkan hampir setiap minggu pasti ada webinar yang aku ikutin entah itu 1 atau 2 webinar. Webinar yang aku ikutin pun seputar penulisan, content writing, atau website dan SEO.

Banyak hal yang bisa aku dapatkan dan aku terapkan dalam aktivitas menulisku di blog dan sebagai content writter.

Di luar sana, hampir semua bidang juga banyak yang mengadakan webinar serupa. Kalau milenial mau aktif mengikuti kelas-kelas online ini, aku yakin masa masa karantina enggak akan bosen dan nggak akan terbuang percuma. Justru, banyak ilmu dan skill yang berkembang selama pandemi lho.


Memulai Channel Youtube

Youtube juga salah satu platform yang bisa mulai ditekuni di era digital ini. Sebelum masa pandemi dan karantina aja, youtube udah banyak diakses oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Apalagi saat masa karantina dan pandemi, dimana banyak orang membutuhkan hiburan secara visual salah satunya berupa video.

Youtube sejauh ini masih jadi platform menonton video yang paling populer di Indonesia, bahkan di dunia. Wajar aja, kalau kita sebagai milenial harus mulai ikut berkontribusi dan menghasilkan sesuatu yang kreatif di Youtube.

Selain untuk menambah skill, kita juga bisa mendapatkan uang dari Youtube dengan memonetize-nya dengan Google Adsense atau membuka jasa review.

Aku sendiri baru memulai channel Youtube-ku dengan nama sesuai nama blogku yaitu "Celoteh Dini Hari". Belum banyak yang aku upload di sana, bahkan emang baru banget aku belajar tentang Youtube. Selama ini cuma jadi penikmat aja. Hehe

Tujuanku awal belajar Youtube ini pun sebenernya masih ada kaitannya dengan aktivitas dan hobiku mengikuti lomba blog. Kini, persaingan di dunia lomba blog makin ketat, dan aku rasa konten yang aku publish di blog akan lebih lengkap dan indah kalau aku selipin video yang aku buat sendiri.

Kedepannya, aku udah buat rencana juga untuk membuat video seputar tips dan trik blogging dan pembuatan infografis. Semoga banyak yang mau belajar di channelku ya. Hehe

**

Nah initinya, di sini aku mau sampaikan dan sharing aja, emang benar corona dan masa karantina hampir bisa membuat kita gila karena banyak kebiasaan yang terpaksa kita ubah. Bahkan, banyak rencana yang udah kita susun jauh-jauh hari harus gagal karena Covid-19 ini.

Tapi, kita bisa berbuat apa selain menjag kesehatan kita sendiri dan mematuhi protokol kesehatan yang udah dianjurkan. Apapun kondisi yang ada di depan kita, sebagai manusia, kita harus berikhtiar dulu sebelum nantinya berserah atau bertawakal. Intinya, usaha dulu.

Segala hal bisa kita maksimalkan selama masa karantina. Ubah pikiran negatif kita jadi hal yang positif selama masa pandemi ini. Bisa jadi, banyak hal yang bisa kita gaji selama masa istirahat ini. Apalagi, era digital seperti sekarang memudahkan kita mengakses dan belajar segala hal.

Kalau ada yang kondisi ekonominya mulai terancam karena corona, yuk mulai kita perbaiki dan pikirkan opsi buat cari tambahan dari dunia digital.

Selamat mencoba teman-teman, tetep jaga kesehatan ya! :)

#youngcompetitionbisnismudaid #bisnismuda #bangkitdaripandemi

Referensi:
  • Pengalaman pribadi
  • https://ekonomi.bisnis.com/read/20200415/9/1227629/dampak-pandemi-covid-19-ini-sektor-sektor-yang-rentan-kena-phk
  • Gambar/infografis : Karya Rini Novita Sari, dibuat dengan Canva.