Cerita Cuan dari Investasi

Investasi saham, bukan main saham. (Sumber gambar: https://www.instagram.com/p/CDL7G_QsTzY/?igshid=1ioltacqjjt6a)

Investasi saham, bukan main saham. (Sumber gambar: https://www.instagram.com/p/CDL7G_QsTzY/?igshid=1ioltacqjjt6a)

Like

Perkenalkan, namaku Gilang. Aku berasal dari kota kecil di Jawa Tengah, yaitu di kota Blora. Aku sekarang menempuh kuliah di Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya jurusan D3 Perpajakan.

Kali ini aku akan menceritakan sedikit pengalamanku ketika cuan dan boncos pada saat berinvestasi. Aku bisa dikatakan sebagai pemula dalam dunia investasi. Pasalnya, aku baru mengenal dunia investasi dari 5 bulan lalu.

Berawal dari pengaruh teman yang menjadi trader di saham, aku pun semakin kepo dengan dunia investasi. Sampai aku memutuskan untuk belajar sendiri melalui internet dari mulai belajar apa itu investasi, apa saja instrumennya, bagaimana risiko, dan hasil yang diberikan. Aku belajar melalui website di Google, Youtube, dan media sosial.

Setelah aku cukup mengenal pengertian investasi, aku memutuskan untuk terjun ke sana, memulai dengan berinvestasi reksa dana di aplikasi Bibit. Aplikasi Bibit menurutku aplikasi reksa dana yang aman dan nyaman karena persyaratan yang mudah hanya melampirkan KTP dan rekening tabungan bank, kemudian pilihan manajer investasi yang banyak di produk masing-masing reksa dana, ada pasar uang, obligasi, saham, dan instrumen syariah.

Aku mengawali investasi di reksa dana karena aku sebagai mahasiswa yang notabene penghasilan dari orang tua tentu tidak mempunyai dana yang cukup besar.


Berinvestasi mulai dari Rp 10.000, aku sudah bisa mendapat return dari manajer investasi reksadana yang aku pilih. Konsep #yuknabungsaham aku terapkan direksadana pilihanku. Empat bulan lamanya aku nabung reksadana dengan menyisihkan uang jajan setiap bulan. Walaupun returnnya tidak sebesar saham, tapi menurutku cocok buat aku sebagai mahasiswa.

Di sela-sela itu aku luangkan untuk upgrade skill lagi tentang investasi. Aku dalami materi tentang reksa dana, obligasi dan sukuk perusahaan maupun pemerintah, exchange traded fund, serta saham.

Akhirnya, aku pun tertarik dengan investasi saham. Kapan lagi anak milenial yang cinta tanah air berjuang membela negaranya dengan cara membangun perekonomian melalui investasi di saham? Sudah bela negara, dapet cuan pula.

Jadi, aku dalami materi tentang saham, dari mulai pengertian, bagaimana alur transaksi jual-beli nya, siapa pihak yang terkait dalam pengawasan, penyimpanan aset, penjaga, dan penyelenggara. Aku juga belajar bagaimana menjadi investor dengan memerhatikan fundamental perusahaan dan prospek ke depannya. Kenali perusahaannya, kenali produknya, analisa fundamental dan laporan keuangannya, aku yakin pasti kita bisa sukses berinvestasi saham.

Setelah aku bisa menganalisa perusahaan mana yang akan kubeli, kuputuskan untuk membeli saham bluechip yakni PT Bukit Asam (PTBA), Perusahaan Gas Negara (PGAS), HM Sampoerna (HMSP), dan Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Walaupun awalnya aku membeli 1 lot dari semua saham itu dengan nominal yang tidak seberapa, aku tetap bangga dan akan terus menambah jumlah sahamku dengan metode Dollar Cost Averaging.

Aku tidak minder dengan investor lain yang memiliki dana besar untuk berinvestasi, karena aku memiliki satu hal yang sebagian besar belum dimiliki oleh masyarakat Indonesia yaitu waktu. Aku bangga punya waktu sedini mungkin sudah mengenal investasi.

Aku termasuk investor baru yang muncul ketika wabah Covid-19, ketika ekonomi dunia maupun Indonesia jatuh, sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun ikut jatuh. Di sana aku menemukan celah untuk masuk karena harga saham berfundamental luar biasa sedang berharga diskon.

Aku membeli saham itu melalui aplikasi Stockbit, platform trading/investment yang menurutku pas untuk anak milenial, karena fiturnya yang banyak dan tampilan yang ganteng. Stockbit bekerja sama dengan sekuritas Sinarmas. Setelah satu hari aku membeli saham-saham itu, hati terasa was-was, emosi bergejolak, cemas, campur aduk semua.

Mengapa? Sebab, harga saham pilihanku itu masih bearish lagi sehingga portofolioku merah semua alias capital loss. Namun aku berusaha untuk sabar, pun juga uang yang aku gunakan untuk investasi saham ini adalah uang dingin sisa uang bulanan kuliahku.

Aku tidak menggunakan uang ini sekarang, jadi aku putuskan untuk hold terus tanpa memerdulikan market sedang bearish. Hari demi hari, IHSG jatuh, bullish sedikit, bearish lagi sampai terkena trading halt. Saham-saham ter-suspend, aku lalui semua.

Tak lupa aku pun juga membaca berita terkini tentang politik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Mau tidak mau karena pasar modal bergantung dan berdampak dari itu semua.

Mem-follow Instagram tentang ekonomi dan saham, mem-follow Instagram bisnis.com dan bisnismuda.id tentunya karena di sana banyak informasi tentang ekonomi dan pasar modal seperti berita IHSG, berita perusahaan, ekonomi lokal maupun global, isu-isu vaksin Covid-19, sampai yang terbaru ini tentang trading crypto dan utang negara kita.

Kemudian aku berdiskusi dengan investor lain sehingga ilmu bertambah, emosi stabil, dan banyak bersabar. Aku pun juga sudah ikut Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) beberapa emiten secara online melalui Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

Tentu, ilmu yang aku dapat ini tak akan aku pendam sendiri. Aku mempunyai rasa untuk berbagi ilmu tentang saham maupun investasi yang lain. Aku sering membuat instastory maupun story di Whatsapp tentang investasi dan saham.

Alhamdulillah, banyak yang tanya-tanya kepadaku. Sedikit aku racuni mereka dari pengertian awal pasar modal hingga caranya berinvestasi.

Aku juga sudah membuat grup Whatsapp belajar pasar modal dengan anggota yang lumayan banyak dan aktif. Waktu demi waktu berlalu, sekarang sudah lebih dari 1 tahun aku berinvestasi di pasar modal.

Banyak sekali pembelajaran yang aku dapat hingga sekarang. Dari mulai belajar money management, belajar konsep bisnis, belajar menganalisa laporan keuangan perusahaan, dan masih banyak lagi.

Pernah kualami portofolioku cuan 26%, semua hijau dan profit. Tetapi tidak aku jual karena mindsetku pun berubah yang sebelumnya aku mengejar capital gain, sekarang aku lebih mengharapkan dividen untuk passive income.

Maka dari itu aku memilih emiten seperti PTBA, HMSP, PGAS, dan TLKM karena aku menganalisa emiten ini mempunyai bisnis masa depan yang cerah, dan termasuk high dividend. Dalam 3 tahun terakhir, PTBA memberikan 12,25% dividend yield, HMSP 8,34%, TLKM 5,09%, dan PGAS 3,25%, menggiurkan bukan?

Walaupun jumlah lot ku tak banyak, aku akan terus berusaha menambah jumlah lot sahamku sampai aku bisa mendapatkan passive income tanpa harus bekerja, tanpa harus khawatir, melakukan apapun yang aku suka sampai titik merdeka secara finansial.

Aku sebagai anak muda juga merasa senang karena sudah banyak anak muda lainnya yang kenal dengan investasi terutama di pasar modal. Hal itu dibuktikan SID pasar modal Indonesia sudah tembus 5 juta bahkan lebih dan didominasi oleh anak-anak muda.

Sampai di sini saja curhat cuan boncosku di pasar modal. Kesimpulannya, berinvestasi di pasar modal terutama saham haruslah mempelajarinya dari awal dulu, jangan tergesa-gesa dan ceroboh. Harus punya ilmu dasar kemudian baru terjun ke sana.

Sebab, menjadi pemilik perusahaan Tbk itu sangat mudah, hanya memiliki 1 lot (100 lembar) sahamnya saja sudah bisa menjadi pemilik, berhak diundang rapat umum pemegang saham, memberikan voting, bertanya langsung tentang perusahaan, dan bisa bertemu dengan jajaran Komisaris dan Direksi perusahaan.

Tips berinvestasi dariku yaitu belajar money management, belajar sabar, sering update berita dan informasi, serta kenali perusahaannya, kenali produknya, miliki perusahannya. Salam cuan!


#YoungCompetitionBisnisMuda #BisnisMuda #YangMudaYangCuan