Jadi Kutu Loncat di Dunia Kerja: Alasan, Dampak, dan Tips Suksesnya!

Sebelum jadi kutu loncat di tempat kerja, kamu perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut (Foto Freepik.com)

Sebelum jadi kutu loncat di tempat kerja, kamu perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut (Foto Freepik.com)


Be-emers, punya pengalaman menjadi kutu loncat? Bagaimana rasanya? Tentunya ada enak dan tidaknya, bukan. Meskipun terlihat menyenangkan tetapi ada dampak negatif terhadap citra diri si kutu loncat. Lantas bagaimana sebaiknya? 
 
Sebelum lanjut membahasnya, tentunya Be-emers familiar dengan istilah kutu loncat ini bukan? Yup, benar istilah kutu loncat adalah istilah untuk seseorang yang sering berpindah-pindah pekerjaan dalam waktu singkat. Biasanya kurang dari satu atau dua tahun di setiap perusahaan. 
 
Sebagian orang ada yang lebih suka situasi kerja nyaman dan tenang tanpa harus repot mencari perusahaan baru dan kembali mengalami situasi canggung pada lingkungan baru.

Tentunya seseorang dengan tipe ini menjadi kutu loncat bukanlah pilihan tepat. Karena ia harus berpindah-pindah tempat kerja yang artinya lebih sering bertemu orang baru, lingkungan baru yang tentunya membutuhkan adaptasi dan penyesuaian.
 
 

Alasan jadi Kutu Loncat

Namun, berbeda bagi seseorang yang lebih suka menjadi kutu luncat. Hal tersebut biasanya karena ada beberapa alasan yang sedikit banyak menguntungkan baginya. Beberapa di antanya adalah sebagai berikut:
 

1. Kesempatan Mendapatkan Gaji yang Lebih Tinggi

Gaji tinggi memang selalu menggiurkan. Hal inilah yang biasa dijadikan alasan oleh kutu loncat yaitu kesempatan untuk meningkatkan pendapatan. Karena dalam banyak kasus, gaji awal biasanya sulit dinaikkan secara signifikan di perusahaan yang sama.

Baca Juga: Cara jadi Kutu Loncat yang Sukses, Tips Membangun Karir Impian

Dengan berpindah pekerjaan, peluang untuk mendapatkan kenaikan gaji yang lebih besar menjadi lebih nyata.
 

2. Eksplorasi Karir dan Pengembangan Diri

Dengan berpindah-pindah kerja tentunya, be-emers akan memiliki kesempatan untuk mencoba berbagai bidang, industri, atau peran. 
 
Hal inilah yang memungkinkan kutu loncat menemukan pekerjaan impian sesuai dengan passion dan keahlian.

Di samping itu, dengan berpindah perusahaan tentunya ada pengalaman yang memberikan wawasan lebih luas tentang dunia kerja.
 

3. Menghindari Lingkungan Kerja yang Tidak Sehat

Alasan ketiga ini yang sering digunakan yaitu keluar dari lingkungan kerja toxic. Namun, be-emers, perlu digaris bawahi. Lingkungan kerja merupakan hasil dari perilaku kita makan dari itu, sebelum menjudge sebuah lingkungan alangkah baiknya kita juga harus introspeksi sendiri terlebih dahulu. 
 
Namun, jika memang Be-emers merasakan tekanan yang semakin berat. Kamu tidak perlu bertahan di tempat yang merugikan kesehatan mental dan fisik.


Dengan menjadi kutu loncat, kamu bisa mencari tempat kerja yang lebih menghargai kesejahteraan karyawan.
 

4. Memperluas Jaringan Profesional

Alasan lainnya dengan menjadi kutu loncat adalah memperoleh kesempatan untuk membangun jaringan yang lebih luas.

Semakin banyak perusahaan yang disinggahi, semakin banyak koneksi yang bisa dibangun, baik itu rekan kerja, atasan, atau klien.

Be-emers, itulah beberapa alasan yang biasanya membuat seseorang memilih menjadi kutu loncat.

 

Dampak Negatif jadi Kutu Loncat di Tempat Kerja

Namun, di samping alasan tersebut ada beberapa penilaian negatif yang biasanya tersemat pada si kutu loncat. Berikut beberapa di antaranya:

Baca Juga: Hati-hati Jadi Kutu Loncat di Tempat Kerja, Ini Bahayanya!
 

1. Dianggap Tidak Loyal oleh Rekruter

Menjadi kutu loncat maka kamu akan mendapatkan stigma negatif. Rekruter akan menganggap kamu sebagai seseorang yang tidak loyal dan tidak setia. Juga sulit mendapatkan kepercayaan, karena bisa jadi kamu juga akan kembali resign dari pekerjaan yang saat ini kamu incar.
 

2. Kurangnya Pengalaman Mendalam

Benar, dengan berpindah-pindah tempat kerja, kutu loncat memiliki banyak pengalaman. Namun, dengan jangka waktu singkat pengalaman yang didapat kutu loncat dianggap mentah. Kamu dianggap tidak benar-benar memahami pekerjaanmu sendiri.

Hal ini tentunya membuat kamu kurang kompetitif dibandingkan dengan kandidat lain yang memiliki pengalaman mendalam di bidang tertentu.