Di dalam agama Islam Isra Mikraj merupakan peristiwa perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, lalu dilanjutkan ke Sidratul Muntaha di lapisan langit ke tujuh dengan menggunakan Buraq.
Isra Mi'raj terjadi di tahun ke 10 kenabian, setelah Khadijah dan Abu Thalib meninggal. Peristiwa ini menghasilkan banyak nilai yang dapat diterapkan termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai Isra Mikraj dalam Kehidupan Berbangsa
Berikut adalah nilai-nilai yang bisa kita teladani dalam Isra Mikraj dalam kehidupan berbangsa dan bernegara:
1. Perlunya Support System yang Positif
Di dalam berbangsa baik sebagai individu ataupun sebagai pemimpin, perlu ada support system yang positif.
Ini dicontohkan oleh keluarga Rasulullah. Di luar rumah dilindungi oleh Abu Thalib yang berperan sebagai tameng utama Rasulullah.
Sedangkan di dalam rumah ada Khadijah yang menjalankan perannya dengan baik, sebagai penenang, pendamai, dan meyakinkan hal yang dilakukan oleh Rasulullah itu benar.
2. Berhijrah ke Tempat yang Lebih Baik
Dalam kehidupan berbangsa, juga tidak masalah untuk berhijrah mencari tempat yang lebih baik.
Ini dicontohkan oleh Rasulullah, sebelum Isra Mi'raj, Rasulullah melakukan perjalanan ke Thaif yang berjarak 100 kilometer dari Mekkah dengan berjalan kaki.
Berharap di Thaif mendapatkan sesuatu yang lebih baik daripada di Mekkah.
Namun setelah sampai di Thaif, justru sebaliknya yang didapat. Rasulullah dan sahabatnya, tidak hanya mendapatkan cacian dan makian seperti di Mekkah, tetapi juga perlakuan kasar secara fisik, seperti dilempari batu.
3. Mundur dan Istirahat
Pun dalam kehidupan berbangsa, tidak masalah untuk mundur dan Istirahat sejenak.
Ini dicontohkan oleh Rasulullah yang kemudian mundur dan beristirahat sejenak, di Bukit Thaif.
4. Berdoa untuk Kebaikan Diri Sendiri dan Bersama
Di Bukit Thaif ini, juga terjadi peristiwa yang terkenal, yaitu Rasulullah didatangi malaikat, yang malaikat tersebut menyampaikan perintah berupa pertanyaan, "Apa yang ingin Engkau lakukan terhadap penduduk Thaif ini? Apakah Kau ingin aku membalikkan bukit ini untuk menghukum penduduk Thaif?"
Jawaban Rasulullah adalah, "Tidak. Bisa jadi, mereka melukai dan menolakku bukan karena niat, tetapi karena tidak tahu. Siapa tahu, keturunan mereka selanjutnya menjadi penduduk yang sholeh dan beriman."
Rasulullah selanjutnya berdoa, meminta petunjuk, “Jalan mana lagi yang harus ditempuh? Jauh atau dekat? Jauh atau dekat tidak masalah, asalkan Allah meridhoi dan berkenan, tidak marah. Dan kepada Allah-lah aku bertawakal”.
5. Kebaikan itu Diuji
Sebagai orang yang hidup berbangsa, melakukan kebaikan itu akan diuji. Menurut para ulama besar, ini dicontohkan sebelum peristiwa Isra Mi'raj ini, yaitu Rasulullah diuji dengan ditinggalkan keluarga tercinta dan ditolak oleh semua orang.
Jadi jangan, berpikir karena niatnya sudah baik, maka akan lancar dan mulus begitu saja. Justru akan diuji dengan ujian yang besar, untuk menguji keteguhan hatinya, dan niatnya.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.