Karyawan Startup yang Bermimpi 'Slow Living'

Suasana kafe bernuansa alam di Kota Pematangsiantar (Sumber: pribadi)

Suasana kafe bernuansa alam di Kota Pematangsiantar (Sumber: pribadi)

Like

"Sudahilah menjadi pekerja tech dan mulailah bertani"

Komentar menggelitik ini muncul pada barisan teratas sebuah unggahan media sosial yang menyebutkan bahwa pekerjaan ‘entry-level’ akan mudah digantikan oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Meski bukan lagi pekerja ‘entry-level’, saya justru lebih merasa khawatir daripada terhibur karena komentar tersebut.

Betapa tidak, saya cukup terkejut dengan pemberitaan terkait PHK yang belakangan saya konsumsi. Satu per satu, saya melihat banyak kolega yang mengunggah cerita PHK-nya di LinkedIn. Unggahan itu pun diikuti dengan fitur ‘Open to Work’ di halaman profilnya. Cerita tersebut membuat saya sering ‘overthinking’ sebelum tidur sambil menanyakan keputusan hidup saya untuk terus bekerja di Jakarta dengan status karyawan swasta di perusahaan startup.

Berulang kali saya berpikir untuk pulang ke kampung halaman di Pematangsiantar, Sumatra Utara. Selama masa merebaknya Covid-19 yang ditandai dengan aturan social distancing dan imbauan pemerintah untuk tetap di rumah pada tahun 2021, perusahaan saya mengizinkan karyawan untuk  ‘work from anywhere’.

Tanpa ragu, saya memilih untuk bertolak ke Pematangsiantar demi kembali bersama keluarga mengisi ruang kosong yang saya rasakan selama tinggal di ibukota untuk mengais rezeki dan beberapa lot saham perbankan blue chip.

Baca Juga: 5 Cara Mengapresiasi Pahlawan Pangan di Hari Krida Pertanian Bersama 5P Pupuk Kaltim


Sebagai informasi, Kota Pematangsiantar seringkali disebut sebagai kota pensiun. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada 2024, dari total 278,32 ribu jiwa penduduk Kota Pematangsiantar, jumlah penduduk usia lanjut di Kota Pematangsiantar mencapai usia lanjut (di atas 60 tahun) sekitar 13,54 persen.

Sementara, dikutip dari Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Pematangsiantar, rumah tangga penerima jaminan pensiun/veteran/hari tua juga mencapai 24,47 persen pada tahun 2024. 

Orangtua saya pun memilih untuk pensiun dan tinggal di Pematangsiantar karena berbagai faktor sosial dan ekonomi. Selain karena lahir dan dekat dengan komunitas di sana, orangtua saya juga memiliki sebidang tanah untuk digarap.