Menyelami Holland, Anak Teknik yang Mewujudkan Asanya di Bidang Pertanian

Like

Esok harinya, ia bangun pagi menggedor pintu kamarku dan menyuruhku untuk bergegas ke sawah. Saya tak tahu apa maksudnya karena bibi sudah tidak bersawah lagi. Akupun bangkit dan kami bersama menyisir sawah yang telah ia sulap menjadi sebuah bibit kopi yang sangat meyakinkan. Aku terkesima dan mensurvei kondisi kopi itu dan mencoba mencabut rumput yang mengganggu. Akupun mengambil cangkul dan membuat saluran air agar tanah tidaklah gersang bagi bibit kopi. Tingginya sudah 20-30 cm dan itu sudah sangat meyakinkanku akan masa depannya di bidang pertanian. 

Siang harinya kami mendapatkan subsidi pupuk dari kepala desa. Di desa tersebut ada 20 kepala keluarga dan setiap KK mendapatkan 5-7 karung ponscka, TSP, NPK. Berkat dukungan dari pemerintah, kami pun memupuk selama 1 minggu di setiap komoditas yang ia miliki, baik itu kopi, kemiri, cokelat, jagung. Pupuk itu adalah Pupuk Kaltim.

Selain keberhasilan itu, ia mengajakku menyisir sepetak lahan yang akan siap dipanen padinya. Padinya menguning namun perlu upaya untuk disemprot dari hama wereng serta hama burung. Ia pun membuat orang palsu di tengah sawah dan ide ide brilian seperti melebarkan tali alumunium agar padi terhindar hama. Itu adalah teknik pertanian dengan cara lama, karena Holland tidak memiliki alat pertanian yang sudah berteknologi, seperti traktor, semprot listrik hingga peralatan pertanian yang lebih maju. Namun, dalam kondisi seperti itu, ia tidak mengeluh.

Ia tetap tekun, tidak mengharapkan menjadi petani berdasi yang kaya raya. Ia tetap menjaga bibinya hingga akhir hayatnya. Dalam situasi tak didukung keluarga, ia tetap selangkah demi selangkah menemukan kebahagiaannya di sebuah desa kecil, bernyanyi bersama anak anak dengan ringkih, menikmati bulan purnama yang terang dan ajaib di malam hari, dan mentafora lainnya akan sebuah hidup baru yang harus diperjuangkan.

#BisnisMudaWritingCompetition2025
#WritingCompetition2025

#BisnismudaxPupukKaltim