Cara Realistis Membawa Swasembada Pangan Indonesia

4. Ajari petani untuk ekspor. Harga terong di jawa timur dengan harga terong di Australia pasti beda. Bahkan, harga salah di Jember, Jawa Timur saja 10.000 dapat 4 kg, di Jakarta 25.000 per kg! Harga kota dan desa beda, harga di dalam negeri dan di luar negeri beda! Entah ini kewajiban siapa, tapi petani bisa lebih berdaya dan sejahtera jika mereka dibuat peka dengan apa yang bisa mereka lakukan dan dapatkan.

Seminar ekspor biasanya hanya ada di kota besar. Petani terkungkung dengan cangkang mereka sendiri di wilayahnya. Bukannya ini tugas kita juga? Maksudnya... daripada mereka menjadi TKW, kalau mereka bisa jadi kaya di negara mereka sendiri, why not? Kenapa tidak? Kenapa harus diinjak-injak harga dirinya di negara lain jika sebenarnya mereka punya potensi untuk jadi kaya juga di tanah mereka sendiri. Harga diri bangsa, kan?

5. Bangsa yang besar adalah bangsa yang memikirkan kesejahteraan rakyatnya. Bukan hanya sekedar angka, di bawah 20.000 sehari baru disebut miskin. Tapi benar-benar apakah rakyatku sejahtera? Apakah rakyatku bahagia? Pernah dengar negara Buthan yang mengharuskan masyarakatnya bahagia? Menyuruh rakyat yang miskin untuk menghadap raja untuk diberikan kesejahteraan? Hal seperti itu yang harus mulai kita pikirkan. Apakah kita bahagia?

Overall, harapan adalah harapan. Untuk semua ini menjadi kenyataan. Teknologi pertanian yang maju, pupuk yang cukup, harga panen dibeli dengan bagus, adanya petani muda, pengajaran ekspor untuk petani. Bahkan, mungkin mengajari petani tidak menjual hanya komoditi saja, tapi produk setengah jadi. Ini semua harus ada langkah kongkrit yang dilaksanakan untuk menjadi kenyataan. Karena tulisan hanya tulisan, tanpa tindakan semua sia-sia. Semoga semua makhluk berbahagia.