Ini yang Perlu Dihindari Startup ketika Berinteraksi dengan Media

Media - Canva

Media - Canva

Like

Keberadaan media, tentu jadi hal yang positif untuk meningkatkan brand awareness sebuah perusahaan. Tak terkecuali perusahaan rintisan, yang umumnya, perlu untuk lebih dikenal oleh masyarakat luas.

Makanya, enggak heran kalau sebuah perusahaan perlu untuk menjalin hubungan baik dengan media. Hal itu tentunya seiring tujuan perusahaan untuk mengembangkan eksistensi bisnisnya.

Misalnya, sebuah perusahaan rintisan ingin mengenalkan produk barunya, atau mengadakan acara tingkat nasional, tentunya hal itu perlu untuk dipublikasikan secara lebih luas melalui media.

Namun, kadang ada sejumlah startup yang justru kurang tepat saat melakukan interaksi dengan media nih. Padahal, hal itu justru bisa saja berdampak negatif terhadap potensi publikasi mereka.

Makanya, menurut Managing Director PRecious Communications Lars Voedisch, dikutip dari Bisnis, ini hal-hal yang perlu dihindari startup ketika berinteraksi dengan media.
 

Enggak Mempertimbangkan Konten Eksklusif

Kabar seperti peluncuran produk atau putaran pendanaan dengan angka fantastis, pastinya menarik perhatian media. Namun, sejumlah startup malah seringkali menjadikan hal ini sebagai konten eksklusif terhadap media tertentu.


Nah, hal itu sebenarnya malah berpotensi menyulitkan perusahaan lho! Soalnya, dengan hak eksklusif terhadap satu media tertentu, secara enggak langsung dapat membatasi potensi liputan dari media lain, sehingga nilai pemberitaan dari kabar penting tersebut bisa menurun secara signifikan.
 

Interaksi yang Enggak Teratur atau Berlebihan

Jika startup hanya membutuhkan media pada saat pengumuman penting atau peluncuran produk saja, bisa jadi itu menimbulkan hubungan atau interaksi yang kurang baik. Namun, hal itu bukan berarti buruk.

Cuma, ada baiknya, perusahaan rintisan menyadari pentingnya upaya berkesinambungan dalam membangun cerita yang kuat di media. Dengan begitu, komunikasi perusahaan rintisan dengan media bisa terjalin dengan baik, bahkan bisa berlanjut ke tahap kolaborasi jika memungkinkan.

Namun, terlalu sering muncul di media juga belum tentu baik. Soalnya, kalau ada komentar yang berlebihan terhadap suatu isu, hal itu akan mengurangi nilai berita dan perhatian terhadap perusahaan.

Dari sisi media, mereka juga punya kebijakan buat menghindari publikasi dari satu brand/perusahaan maupun tokoh yang sama secara berulang kali. Bahkan kalau terlalu sering, suatu perusahaan malah bisa mendapat liputan yang biasa-biasa saja, atau bisa kehilangan kesempatan ketika memang membutuhkan ruang publikasi di media untuk isu yang benar-benar penting.

 

Memberi Info yang Kurang Jelas dan Kurang Paham Hak Editorial 

Meskipun nanti dari pihak media akan mengolah informasi yang diberikan oleh pihak perusahaan, tapi perusahaan pun juga perlu untuk memberikan informasi atau Press Release yang jelas kepada media.

Soalnya, hal ini akan mengurangi risiko para jurnalis yang kebingungan karena kurang mendapat pemahaman mendalam terhadap perusahaan atau industri terkait.

Selain itu, pahami juga tentang hak editorial, karena setiap interaksi dengan media, penerimaan atas keputusan editorial merupakan kunci dan bentuk penghormatan anda terhadap institusi media.

Makanya, perusahaan juga perlu sesekali meluangkan waktu lebih banyak dengan jurnalis atau editor untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam terkait cara kerja media.
 

Jangan Berlebihan Menciptakan Impresi

Sering dijumpai kasus pendiri startup membeberkan rahasia perusahaan mengumumkan suatu hal yang belum semestinya disampaikan ke publik. Padahal hal itu merupakan sebuah kecerobohan.

Perusahaan perlu memahami kalau interaksi dengan media membutuhkan sebuah perencanaan matang, strategi tentang cerita yang ingin difokuskan, fakta apa yang dapat memperkuat poin tersebut, serta pandangan terhadap industri dan pesaing.