Benar Enggak Sih Asuransi Digital Lebih Unggul saat Pandemi?

Insurance - Canva

Insurance - Canva

Like

Zaman sekarang, semua hal memang serba digital. Mulai dari belanja, menjalani usaha, menonton film, hingga urusan investasi dan perbankan juga sudah bisa dilakukan secara digital.

Enggak cuma itu, asuransi juga ada dalam versi digital lho!

Bahkan, operasional asuransi, terutama asuransi jiwa, dalam bentuk digital dinilai lebih mampu bertahan di tengah krisis ekonomi yang melanda.

Menurut Presiden Direktur Asuransi Jagadiri Reginald Josiah Hamdani, dikutip dari Bisnis, industri asuransi jiwa memang sempat mengalami perlambatan kinerja karena aktivitas tatap muka dari tenaga pemasar menjadi terbatas akibat pandemi.

Meski begitu, hal tersebut enggak sepenuhnya terjadi di perusahaan asuransi berbasis online nih, Be-emers.


Soalnya, kanal distribusi yang bersifat langsung menyentuh nasabah dan jenis produk pure risk dinilai sebagai salah satu faktor pendukung tahannya asuransi online. Hal ini tentu lebih bisa diandalkan ketika harus menghadapi kondisi seperti pandemi Covid-19.

Enggak cuma itu, Reginald pun menilai kalau tren tersebut bisa terus berkembang seiring semakin besarnya pemanfaatan teknologi. Bahkan, sekalipun pandemi nanti  berakhir. pengembangan asuransi berbasis digital akan semakin gencar.

Bagi Reginald, ini sejumlah langkah dalam bisnis asuransi digital yang sebaiknya dilakukan untuk bertahan di dekade selanjutnya:

Baca Juga: Asuransi Digital Cocok untuk Milenial? Perhatikan Hal Ini Sebelum Memilih
 

Product Manufacturing 

Hal ini merupakan penyusunan produk yang berorientasi kepada kebutuhan nasabah dan cara mendapatkannya.

Adapun, produk asuransi itu perlu dibuat sedemikian rupa agar sesuai dengan tempat di mana polis itu dijual, apakah di platform milik perusahaan itu sendiri atau melalui broker online. Menurut Reginald, saat ini langkah digitalisasi asuransi yang terjadi di industri kerap belum maksimal.
 

Industri Asuransi Harus Ubah Pendekatan

Kalau selama ini asuransi digital itu dikenal dengan “asuransi dibeli”, kini industri harus 
mengubah pendekatannya menjadi 'asuransi itu dijual'. Dengan kata lain, produk yang ada di berbagai platform online merupakan apa yang dicari dan dibutuhkan oleh calon nasabah.

Bukan tanpa sebab, Hal tersebut akan berkaitan dengan langkah pengembangan bisnis asuransi menjadi omnichannel, yaitu penggabungan antara online dengan offline. Baginya, perusahaan asuransi enggak bisa terlalu idealis hanya dengan berjualan online.

Makanya, asuransi pun perlu memastikan adanya berbagai layanan offline dalam seluruh aktivitas asuransi. Salah satu aspek utamanya yaitu layanan pembayaran secara offline, meskipun pembelian produknya terjadi secara online.
 

Harus Punya Peran dalam Ekosistem Digital

Pihaknya menilai kalau pada akhirnya, industri asuransi harus punya peranan dalam ekosistem digital agar bisa terus berkembang.

Soalnya, saat menjadi bagian dari ekosistem itu, berbagai integrasi dapat bermanfaat bagi pengembangan layanan asuransi.

Bahkan, menurut Lembaga riset McKinsey, terdapat tiga strategi yang perlu diadaptasi sama industri asuransi jiwa selama satu dekade ke depan:
  • Personalisasi setiap aspek pengalaman nasabah, salah satunya dengan menjadikannya produk yang sesuai kebutuhan.
  • Asuransi jiwa perlu mengadopsi pengembangan solusi produk yang fleksibel terhadap berbagai perubahan regulasi dan suku bunga
  • Pengembangan kembali keterampilan dan kemampuan semua unsur industri asuransi jiwa

Baca Juga: AIA Financial Tambah Fitur Asuransi Unit Link Digital di Digibuy