Think - Canva
Likes
Kinerja pasar modal kini memang sudah kembali bergerak positif. Bahkan, bursa semakin kuat seiring pergerakan indeks yang mulai rebound.
Hal itu tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) tengah dalam tren pemulihan sejak beberapa waktu terakhir. Pada perdagangan Senin (26/10), IHSG ditutup di level 5.144,04.
Padahal, pada Maret 2020 lalu, IHSG sempat terjerumus ke level 3.937 lho! Hal ini tentunya jadi momen yang menarik buat para investor.
Meski IHSG sudah kembali ke level 5.000, tapi investor justru disarankan untuk enggak terlalu buru-buru buat masuk lagi ke aset saham lho. Kok gitu?
Menurut Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, dikutip dari laman Bisnis, di sisa dua bulan terakhir tahun 2020 ini, investor sebenarnya tinggal menjaga tingkat return yang sudah dicapai. Selain itu, sebaiknya tahan diri dulu untuk enggak terlalu agresif memborong aset berbasis saham.
Soalnya, menurut Wawan, salah satu katalis yang menjadi pendorong kinerja indeks adalah harapan akan vaksin Covid-19, yang dikabarkan akan rampung dan dapat didistribusikan November mendatang.
Baca Juga: BEI: Investor Ritel Mulai Tinggalkan Saham Gorengan untuk Beralih ke Blue Chip!
Adanya kabar soal vaksin Covid-19 memang jadi sentimen positif buat kinerja pasar modal beberapa waktu belakangan ini, Be-emers. Dengan adanya vaksin, tentunya diharapkan bakal bisa membuat kehidupan kita kembali normal dan berjalan lebih efektif.
Meski begitu, Wawan menyarankan agar investor jangan terlena dulu sama ekspektasi itu. Sebab, biar gimana pun, ketidakpastian dari vaksin juga masih tinggi nih. Apalagi, saat ini semakin banyak emiten yang kesulitan likuiditas akibat terdampak pandemi.
Wawan mengasumsikan, kalau vaksin sesuai rencana dan data ekonomi stabil, IHSG diprediksi bakal terus berada di level psikologis 5.500 hingga akhir tahun 2020. Sebaliknya, kalau vaksin terlambat yang berarti kondisi masyarakat saat ini akan berlangsung lebih lama, besar kemungkinan IHSG bakal terkoreksi lagi nih, Be-emers.
Dengan pertimbangan itu, ia menilai, belum terlambat bagi investor untuk menunggu sampai kehadiran vaksin benar-benar ada jika ingin masuk ke aset berbasis saham.
Makanya, untuk saat ini, Wawan menyarankan untuk lebih fokus pada instrumen yang memiliki imbal hasil lebih pasti seperti aset berbasis obligasi, terutama bagi investor dengan jangka waktu investasi yang pendek hingga menengah.
Jangan lupa juga untuk memasang strategi konservatif dengan mengalokasikan 50 persen investasi ke aset berbasis obligasi, 30 persen ke pasar uang, dan sisanya 20 persen saham.
Adapun, skema ini sebaiknya tetap dipertahankan hingga tahun depan nih. Soalnya, berkaca pada krisis-krisis yang terjadi sebelumnya, pemulihan ekonomi juga diprediksi enggak akan berjalan terlalu cepat,
Baca Juga: Ini Sektor yang Dinilai Mampu Bertahan di Tengah Resesi dan Pandemi
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.