Dana Kelolaan Reksa Dana Meningkat Sepanjang November 2020, Apa Pemicunya?

Finance - Canva

Finance - Canva

Like

Menjelang akhir tahun, keadaan pasar mulai menunjukkan pemulihan. Kinerja reksa dana pun terpantau terus meningkat secara signifikan lho, Be-emers!

Kalau dilihat dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per November 2020, asset under management (AUM) reksa dana secara industri mencapai Rp547,84 triliun, naik 3,39 persen dibandingkan perolehan bulan sebelumnya Rp529,86 triliun.

Selain itu, posisi dana kelolaan reksa dana akhir November lalu juga diketahui telah melampaui posisi AUM awal 2020, yakni sebesar Rp537,32 triliun.

Baca Juga: Ini Alasan Investasi Reksa Dana Cocok untuk Kamu yang Punya Budget Pas-Pasan
 

Reli IHSG

Kalau menurut Direktur Panin Asset Management Rudiyanto, dikutip dari Bisnis, pendorong kenaikan AUM industri reksa dana terutama disebabkan oleh reli Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada bulan November lalu.

Bahkan, kinerja positif reksa dana tersebut diprediksi masih bisa naik di bulan Desember 2020 lho! Hal itu berpotensi terjadi seiring adanya musim window dressing serta net subscription.


Baca Juga: Ramai Window Dressing Jelang Akhir Tahun, Apa Itu?

Ia menilai, peluang AUM reksa dana untuk tumbuh pada Desember 2020 tetap ada. Meski begitu diperkirakan enggak akan terlalu pesat

Soalnya, indeks komposit sudah naik cukup tinggi pada bulan November 2020. Sehingga, diharapkan, kenaikan indeks bisa kembali berlanjut pada 2021 mendatang.
 

Unit Penyertaan Lebih Tinggi & Faktor Eksternal

Sementara itu, Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan, pertumbuhan AUM pada bulan ini disebabkan oleh jumlah unit penyertaan yang sudah lebih tinggi dari akhir tahun lalu sejak Oktober 2020.

Di sisi lain, harga saham dan obligasi juga mulai rebound sejak Oktober dan semakin cepat pada November 2020. Selain itu, sejumlah faktor eksternal juga memicu kinerja positif reksa dana di bulan November 2020.

Menurut Farash, pendorong kenaikan harga lebih dari faktor eksternal dimana kemenangan Biden dan kemajuan pengembangan vaksin Covid-19. Bahkan, pemulihan ekonomi di kuartal ketiga secara global mendorong minat investor asing (masuk) terhadap risky asset termasuk obligasi dan saham di Indonesia.