Deretan Model Bisnis Amazon, Cuan Terbanyak Bukan dari E-commerce Lho!

Amazon ( Sumber : pinterest )

Amazon ( Sumber : pinterest )

Like

Siapa yang tak kenal Amazon? Perusahaan yang dikenal sebagai raksasa e-commerce ini ternyata tak hanya memiliki bisnis di e-commerce saja lho.

Bahkan, pendapatan terbanyak Amazon bukan dari sektor itu.

Lantas, apa saja ya model bisnis Amazon? Berikut deretan bisnis nya!

Baca Juga: Tahun Terakhir Kepemimpinan Jeff Bezos, Kinerja Amazon Meroket di Kuartal Pertama 2021!
 

Amazon Web Service

Sumber pendapatan terbesar berasal dari Amazon Web Service (AWS). Hal ini dinyatakan oleh Jeff Bezos, bahwa sejak 2006 layanan cloud computing ini lah yang menopang pendapatan Amazon. 

Amazon Web Service memberikan berbagai layanan teknologi informasi (TI) di internet dengan beragam paket yang disediakan sesuai kebutuhan seperti daya komputasi, penyimpanan, database dan lainnya.


Total pengguna aktif AWS lebih dari 1 juta pada 2020 dengan mayoritas pengguna berasal dari perusahaan kecil dan menengah. AWS juga memiliki sejumlah klien dari perusahaan besar dari berbagai sektor industri. 

Dikutip dari contino.io, perusahaan besar seperti Netflix per bulannya menghabiskan US $19 juta, Twitch US $15 juta, LinkedIn US $13 juta, serta Facebook US $11 juta untuk penggunaan layanan AWS pada 2020.

Melihat pada jumlah biaya yang dikeluarkan para klien AWS, wajar bila AWS menjadi penghasil cuan terbesar bagi Amazon. Berdasarkan data Statista, jumlah yang disumbangkan AWS pada total pendapatan Amazon sebesar 12 persen, senilai US $45.4 miliar.
 

Amazon Prime

Amazon juga menghadirkan layanan keanggotaan yang dikenal dengan Amazon Prime. Pada awal keberadaannya di tahun 2005, anggota akan mendapat keuntungan pengiriman gratis selama dua hari.

Kini, tak hanya pengiriman gratis dan kemudahan dalam berbelanja lainnya, layanan hiburan seperti streaming film, game, musik, dan bahan bacaan juga dapat diperoleh oleh para anggota Amazon Prime. 

Dengan berbagai keuntungan tersebut, tak heran bila Amazon Prime begitu diminati masyarakat. Terlebih, Amazon Prime kini tak hanya hadir di Amerika Serikat, namun telah menjangkau 19 negara di dunia. 

Melalui surat tahunan yang ditulis Jeff Bezos pada April lalu, ia menyatakan bahwa tahun ini jumlah anggota Amazon Prime mencapai lebih dari 200 juta dengan sekitar 148.6 juta anggota berasal dari Amerika Serikat.

Jumlah tersebut mengalami peningkatan dari periode yang sama di tahun sebelumnya, yang berkisar 150 juta anggota. Selain itu, jam streaming Prime Video juga naik lebih dari 70?ri tahun ke tahun.

Mematok harga mulai dari US$8.99 hingga US$12.99 per bulan untuk keanggotaan Amazon Prime, dengan jumlah pengguna sebanyak itu, rasanya tak heran bila pendapatan tahunan dari Amazon Prime mencapai US$ 25.21 miliar.

Pendapatan di kuartal pertama 2021 juga melejit 36.4 persen menjadi US$7.5 miliar dari periode yang sama di tahun sebelumnya US$5.5 miliar. Wah, ternyata Amazon Prime juga salah satu “cash machine” nya Amazon ya.
 

Iklan

Bisnis iklan digital Amazon ternyata juga mendorong peningkatan keuntungan Amazon di tahun ini. Meski keberadaannya tak banyak disadari, nyatanya Amazon bahkan mampu bersaing dengan Google dan Facebook dalam sektor bisnis ini.

Pendapatan iklan yang dimasukkan Amazon dalam kategori “lainnya” ini meroket 76.8 persen menjadi US $6.9 miliar pada kuartal 1 2021. Hal ini karena jangkauan audiens Amazon yang luas, dimana setidaknya anggota Amazon Prime menyaksikan iklan tersebut.

Selain itu, banyaknya e-commerce yang dihosting Amazon menjadi daya tarik bagi calon pemasang iklan di Amazon. Sehingga, tak heran bila bisnis iklan digital Amazon ini juga menjadi sumber cuan yang lumayan bagi pendapatan total Amazon.

Baca Juga: Selain Jual US$2,5 Miliar Saham Amazon, Jeff Bezos Berencana Bangun Yacht Mewah
 

Toko Online dan Offline

Tentu masyarakat sudah mengenal e-commerce Amazon. Bermula hadir untuk menjual buku, kini Amazon menjadi e-commerce terbesar di dunia yang menjual berbagai kebutuhan masyarakat.

Tak hanya hadir secara online, Amazon juga membuka toko ritel offline di Amerika Serikat yang terbagi berdasarkan kategori seperti Amazon Books, Amazon 4-star, Amazon Fresh, Amazon Go, Amazon Go Grocery, serta Amazon Pop Up.

Pandemi yang melanda dunia pada 2020 lalu turut mempengaruhi e-commerce maupun toko offline Amazon. Bagi e-commerce, pandemi membawa berkah karena memicu lonjakan belanja online di masyarakat. Alhasil, mengalami kenaikan 41 persen di kuartal 1 2021.

Sebaliknya, toko offline Amazon mengalami kesulitan untuk bertahan. Hal ini karena adanya pembatasan sosial yang berlaku di masyarakat. Sehingga toko offline Amazon justru mencatatkan kerugian sebesar 16 persen.

Itulah deretan model bisnis Amazon. Wah ternyata perusahaan sekelas Amazon pun melakukan diversifikasi usaha ya.