Mengatur Ekonomi Keluarga di Masa Pandemi

Pandemi Covid-19 Melemahkan Perekonomian Masyarakat (Sumber gambar: detik.com, Foto:  Edi Wahyono)

Pandemi Covid-19 Melemahkan Perekonomian Masyarakat (Sumber gambar: detik.com, Foto: Edi Wahyono)

Like

Tahun 2020 menjadi masa yang suram bagi seluruh manusia di berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Kesulitan mencapai puncaknya seiring dengan munculnya virus mematikan yang bernama Corona Virus Desease (Covid-19) atau yang dikenal dengan korona. Virus yang terdeteksi pertama kali muncul di Provinsi Wuhan China hingga saat ini telah menyebabkan ribuan orang meninggal dan puluhan ribu terinfeksi.

Belum ada yang mampu memberikan kepastian dari mana virus ini berasal, ada yang menyebut berasal dari binatang kelelawar, kebocoran laboratorium di China menyebabkan virus ini menyebar ke seluruh dunia. Ada juga menyebut bahwa korona sebenarnya hanyalah konspirasi dari pihak tertentu untuk mencari keuntungan dari sisi ekonomi.

Ah sudahlah .. penulis tidak memiliki kapasitas untuk memilih mana yang benar dari dugaan-dugaan di atas. Namun yang jelas sampai tulisan ini ditulis, belum ada ahli yang benar-benar mampu menemukan formulasi kandungan obat untuk mengatasinya.

Indonesia pertama kali mengumumkan dua orang dinyatakan positif pada Senin, 2 Maret 2020. Pengumuman langsung disampaikan oleh Presiden sontak memunculkan kekhawatiran di seluruh pelosok negeri. Kekhawatiran tersebut akhirnya terjadi hingga saat ini selalu terjadi penambahan kasus positif bahkan belum ada tanda pandemi akan berakhir.

Banyak pabrik, perkantoran, lembaga ekonomi ditutup, para karyawan dirumahkan. Para pengusaha UMKM terancam bangkrut, bahkan bisnis transportasi online juga dibatasi pergerakannya. Mengutip dari bisnis.com, mengacu pada data Kementerian Koperasi dan UMKM, sebanyak 37 persen UMKM yang menjadi responden mengaku tidak mendapat penghasilan akibat pandemi Corona Bahkan Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta sekaligus Founder OK OCE Sandiaga Uno mengingatkan pemerintah agar fokus menyelamatkan sektor usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari badai krisis akibat pandemi virus Corona (Bisnis.com).

Apa yang terjadi kemudian? Mudah ditebak, perekonomian ambruk, penghasilan masyarakat menurun, bahkan tidak ada pemasukan penghasilan sama sekali. Meskipun pemerintah telah menyalurkan bantuan kepada masyarakat terdampak, nyatanya tidak semuanya menerima.


Keadaan seperti ini memaksa masyarakat untuk terbiasa melakukan langkah-langkah sederhana secara finansial diantaranya menggiatkan gerakan menabung untuk mempersiapkan semua skenario keuangan di masa pandemi. Paling tidak ada beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk menyetabilkan sirkulasi keuangan di masa yang tidak menentu dengan cara berikut:
 

Menggiatkan menabung

Meskipun penghasilan menurun, upayakan dengan baik dengan tetap menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung. Cukup 10 persen dari penghasilan setiap bulan akan sangat bermanfaat dalam menjaga stabilitas keuangan keluarga.

Tidak ada yang dapat memprediksi kapan pandemi akan berakhir, sehingga unsur spekulatif dari tabungan akan sangat bermanfaat ketika terjadi situasi yang mengharuskan kita mengeluarkan banyak uang. Usahakan juga untuk tidak menarik tabungan jika memang masih ada beberapa alternatif pemenuhan kebutuhan. Kebiasaan menarik tabungan akan mengurangi etos kerja karena pola pikir yang selalu mengandalkan keberadaan uang di dalam rekening.
 

Utamakan kebutuhan dasar

Kebutuhan dasar atau mudahnya disebut dengan kebutuhan pokok merupakan kebutuhan yang harus selalu dipenuhi apapun keadaannya. Salah satu kebutuhan yang wajib dipenuhi adalah makanan. Kurangi intensitas memesan makanan cepat saji, kemudian biasakan untuk mengolah dan memasak makanan sendiri di rumah ternyata mampu menghemat pengeluaran sehari-hari. Kita dapat merancang menu makanan untuk satu minggu ke depan sehingga memudahkan mengatur pengeluaran khususnya dalam pemenuhan kebutuhan tentang makanan.


Tunda kebutuhan yang belum perlu

Jika kita termasuk orang yang terdampak pandemi yang mengakibatkan penurunan penghasilan, maka kita harus mulai untuk membiasakan untuk menunda pemenuhan kebutuhan tersier. Kurangi membeli pakaian mahal yang belum jelas kapan akan dikenakan, tunda rencana untuk piknik dan berlibur, tunda untuk makan di restoran mewah atau belanja di mall.

Menurut beberapa penelitian ternyata pemenuhan kebutuhan tersier memiliki pengaruh yang begitu besar dalam pengeluaran tiap bulan. Kurangi membuka aplikasi belanja online agar keinginan membeli barang-barang konsumtif dapat direduksi. Gunakan waktu di rumah dengan melakukan kegiatan produktif yang sekiranya mampu menambah penghasilan keluarga.

Ada baiknya untuk bersikap bijak dalam menyikapi penurunan ekonomi yang sedang terjadi. Berhemat dan menyimpan setiap uang yang jauh lebih penting daripada membeli sesuatu yang bersifat tersier
 

Mulai berpikir untuk menambah penghasilan

Ketika kondisi keuangan keluarga yang mulai tidak stabil, kita harus mulai memikirkan bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk menambah penghasilan. Banyak upaya yang dapat dilakukan baik secara online maupun offline. Secara online, misalnya kita bisa menjadi reseller dari berbagai macam produk yang masih diterima pasar, atau dapat juga membuka toko online dengan smartphone yang kita miliki.

Secara offline, dengan cara menyalurkan, memproduksi, atau menjual kembali produk yang telah ada sebelumnya dengan menarik sedikit laba. Misalnya kita dapat menjualnya dipasar tradisional, dari rumah ke rumah atau dititipkan warung atau toko sekitar kita. Tentunya kita tetap harus menerapkan protokol kesehatan karena penjualan secara offline sangat memungkinkan kita untuk berinteraksi secara langsung dengan orang lain.
 

Investasi

Jika memungkinkan tetap alokasikan sebagian penghasilan untuk investasi sebagai anggaran dana darurat yang sewaktu-waktu dapat kita gunakan. Sesuaikan porsi investasi kita dengan pengaturan keuangan yang baik. Tidak perlu memaksakan investasi yang besar namun malah membuat kita tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok.

Intinya, bijaklah dalam mengatur keuangan di masa yang sulit dan tidak ada kepastian kapan akan berakhir. Sekalipun pandemi telah berakhir, kondisi tetap tidak akan pernah sama dengan sebelum terjadi pandemi. Oleh karena itu menyesuaikan diri dengan situasi dan kebiasaan baru merupakan solusi terbaik dalam menghadapi ujian hidup ini.