Micro Influencer, Seberapa Besar Sih Pengaruhnya?

Influencer Illustration Web Bisnis Muda - Canva

Influencer Illustration Web Bisnis Muda - Canva

Like

Banyak pengusaha dan pemilik bisnis yang menggunakan strategi influencer untuk mencapai tujuan bisnis mereka. Yup, tujuan tersebut bisa bermacam-macam, mulai dari awareness, followers, hingga peningkatan sales mereka, Be-emers.

Selain itu, para pemilik bisnis juga percaya kekuatan word-of-mouth dari para influencer ini merupakan cara efektif untuk meraih kepercayaan publik terhadap produk atau jasa yang mereka tawarkan.

Tak hanya itu, banyak keuntungan yang bisa didapatkan dari influencer marketing ini, lho. Misalnya, influencer dapat memberikan ROI 11 kali lebih besar dibandingkan bentuk digital marketing lainnya.

Banyak orang yang percaya ketika kita bekerja sama dengan influencer, semakin banyak followersnya, maka semakin bagus juga hasilnya. Namun, hal tersebut belum tentu tepat lho, Be-emers, terutama bagi para pemilik bisnis kecil.

Engagement rate menjadi hal penting dalam memilih influencer. Biasanya, engagement rate dar mega dan macro influencer yang memiliki sangat banyak followers justru lebih kecil. Lain halnya dengan micro influencer, yang relatif memiliki engagement rate lebih tinggi dan pasar yang lebih spesifik.


Mungkin micro influencer memang bisa dibilang kalah dari segi jumlah followers, namun ada beberapa keuntungan yang bisa kamu dapat saat bekerja sama dengan micro influencer, lho!
 

Biaya lebih efisien

Seorang influencer dengan jumlah followers yang banyak mungkin bisa mencapai jumlah penjualan yang lebih besar, tetapi imbasnya pemilik bisnis harus mengeluarkan budget yang cukup tinggi untuk ini.

Shane Barker, Digital Strategist dan Co-Instructor UCLA menjelaskan biaya yang dikeluarkan untuk bekerja sama dengan mega atau macro influencer bisa mencapai 15 juta rupiah atau bahkan lebih. Sedangkan untuk micro influencer, biaya yang dibutuhkan hanya sekitar 2 juta rupiah untuk satu post di media sosial.

Ditambah lagi, biasanya seorang micro influencer juga lebih terbuka untuk saling bertukar jasa. Misalnya saja, seorang influencer mau saja membuat konten tentang sebuah hotel secara gratis, dengan bayaran berupa menginap beberapa malam di hotel tersebut secara gratis.
 

Engagement lebih besar

DIbandingkan influencer yang memiliki banyak followers, micro influencer cenderung dapat menarik engagement yang lebih tinggi. Ini membuat bekerja sama dengan micro influencer jadi lebih menarik dan menguntungkan.
Sebuah studi dari Adweek mengungkapkan bahwa micro influencer memiliki engagement 60% lebih banyak daripada influencer yang lebih populer.

Kok bisa sih? Iya, karena micro influencer lebih sering berinteraksi dengan followers mereka secara reguler, yang akhirnya membuat banyak pengikut mereka yang lebih mengenal influencer itu secara personal. Hal ini akan membuat followers mereka lebih tertarik dan percaya dengan rekomendasi influencer tersebut.

Nggak cuma itu lho, Be-emers. Campaign yang dijalankan oleh micro influencer 6,7 kali lebih efektif dalam meningkatkan engagement dibanding dengan influencer yang lebih besar. Itu dikarenakan adanya kepercayaan dari audiens kepada influencer, serta micro influencer dapat lebih menarik audiens yang memiliki minat yang sama.
 

Audiens lebih spesifik

Tak bisa dipungkiri, memang mega dan macro influencer sudah banyak bekerja sama dengan brand besar dalam berbagai bidang usaha juga, karena mereka memiliki daya tarik yang tinggi untuk diajak bekerja sama.

Nah, macro influencer cenderung membuat konten secara luas dan belum tentu bisa menargetkan secara spesifik siapa yang akan tertarik melihat konten yang dibuat tersebut, karena membuat konten yang bisa disukai banyak orang itu tidak mudah dan audience juga memiliki seleranya masing-masing.

Lain halnya dengan micro influencer. Mereka lebih terfokus untuk membuat konten yang memang mereka minati. Kepribadian dan minat mereka benar-benar akan dituangkan di setiap konten yang mereka ciptakan, yang akan membuat konten tersebut terasa lebih jujur dan meyakinkan.

Hasilnya, audiens akan lebih percaya dengan pesan yang disampaikan, karena mereka akan merasa relasi dan kedekatan yang lebih erat berdasarkan kesamaan minat tersebut.

Bagi sebuah brand yang bekerja sama dengan micro influencer, minat yang spesifik tersebut akan membuat produk yang dipasarkan tepat sasaran dan mencapai target audiens yang ditentukan, yang akhirnya konten tersebut bisa dikonversikan menjadi penjualan yang efektif.

Namun, ada hal yang perlu diingat oleh para pemilik bisnis bahwa menggunakan strategi marketing influencer, baik mega, macro, dan micro belum tentu cocok diterapkan pada setiap bisnis. Jadi, para pemilik bisnis harus tahu betul target dan pasar dari brand yang dimiliki sebelum terjun ke pemasaran lebih lanjut agar semua berjalan efisien dan menguntungkan.

Baca Juga: Membangun Kepercayaan dengan Raw Unfiltered Marketing