Pengetahuan dan kesabaran adalah kunci investasi saham (Sumber gambar: Cermati.com)
Likes
Pada bulan Maret 2020, pasar saham Indonesia mengalami penurunan yang sangat tajam karena virus Covid-19 mulai menyebar luas di Indonesia. Rasanya males banget untuk membuka aplikasi sekuritas di HP maupun laptop karena kerugian yang dialami cukup besar.
Sekitar bulan April 2020, ketika harga saham mulai stabil, saya mencoba memberanikan diri untuk mengutak ngatik aplikasi sekuritas yang saya pilih dan mulai hunting saham-saham yang menarik untuk dibeli.
Pilihan saya waktu itu jatuh pada saham PT. Kimia Farma Tbk (KAEF). Apa dasarnya? Feeling saya merasa bahwa sektor kesehatan bisa mendapatkan sentimen positif saat virus Covid-19 meluas, karena orang akan panik untuk membeli obat.
Cukup masuk akal bukan? Boro-boro melihat laporan keuangan, membandingkan dengan perusahaan sektor kesehatan lain ataupun melihat grafik harga, saya langsung membeli saham KAEF sebanyak 5000 lembar (50 lot) pada harga sekitar Rp 1300an.
Selanjutnya, apa yang terjadi? Kurang lebih tiga bulan berjalan, saham KAEF seperti mati suri, layaknya peribahasa hidup segan matipun tak mau. Saham KAEF hanya bergerak di rentang harga Rp 1100-1300an per lembar saham saja, padahal setiap hari rasanya tidak tenang, menanti kapan saham KAEF ini akan terbang atau paling tidak loncat. Karena merasa feeling saya salah dan kesabaran juga makin menipis, akhirnya di bulan Juli saya menjual rugi 50 lot saham KAEF saya di harga Rp 1200an per lembar.
Saya ingat betul, selang beberapa hari setelahnya, tiba-tiba muncul banyak berita mengenai rencana pembuatan dan penyebaran vaksin Covid-19. Saham BUMN farmasi, seperti INAF dan KAEF langsung terbang tinggi selama beberapa hari. Pada puncaknya di Januari 2021, saham KAEF sempat menyentuh harga tertinggi hingga Rp 7.000an per lembar.
Dapat dibayangkan, betapa menyesalnya melepas saham KAEF tersebut. Apabila saya hold terus KAEF hingga puncaknya, tentu uang saya yang saya investasikan sudah naik 500%! Di saat orang lain membanggakan cuan KAEF mereka, diri ini cuma bisa tersenyum miris bosqu!
Ingin belajar dari kesalahan, saya pun mulai mendalami cara berinvestasi saham dengan benar. Saya mulai mencari-cari buku investasi dan mempelajari metode investasi yang tepat. Ada dua metode yang sering disebutkan oleh buku-buku saham yaitu fundamental dan teknikal.
Baru kusadari, analisis feeling yang digunakan ketika masuk saham KAEF tidak dikenal dalam dunia investasi saham. Karena memiliki pekerjaan tetap, akhirnya saya memutuskan menggunakan analisis fundamental supaya waktu pekerjaan tidak terganggu. Sepemahaman saya, analisis teknikal membutuhkan waktu lebih banyak untuk memantau pergerakan saham.
Sekitar awal tahun 2021, saham teknologi mulai menjadi primadona, terutama dengan adanya isu Penawaran Saham perdana (IPO) beberapa perusahaan teknologi seperti Gojek, Tokopedia, Traveloka, Buka Lapak dan sebagainya. Berharap menangkap momentum tersebut, saya pun mulai mencari-cari perusahaan teknologi yang menarik karena masih sedikit perusahaan teknologi yang sudah IPO. Saya pun mulai mengaplikasikan ilmu yang saya pelajari dan tidak hanya menggunakan analisis feeling.
Setelah melakukan screening pada beberapa perusahaan, pilihan saya jatuh kepada PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL). Secara ringkas, saya melihat perusahaan ini memiliki pertumbuhan laba yang baik dan bahkan masih meningkat di kala pandemi. Selain itu, hutang perusahaan juga tidak banyak dan rutin membagikan dividen. Pada saat saya berinvestasi, rasio harga saham MTDL, yaitu Price to Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV)nya juga relatif lebih rendah (PER < 10, PBV< 2) dibandingkan saham teknologi lainnya.
Berbeda dengan pembelian saham KAEF, saya membeli saham MTDL dengan cara menyicil atau nabung saham dalam rentang waktu Januari-Juni 2021. Dari buku-buku yang saya baca, cara menabung saham ini adalah cara yang paling efektif untuk mendapatkan hasil investasi maksimal.
Selain itu, pergerakan saham MTDL mirip sekali dengan KAEF, bergerak sideways atau datar di harga Rp 1400-1700 selama enam bulan (Januari-Juni 2021). Dalam rentang waktu tersebut, saya berhasil menabung sebanyak 30 lot dengan harga rata-rata Rp. 1585/ lembar.
Sebagai anak kemarin sore di dunia saham, tentu saja saya gemas menunggu pergerakan saham MTDL. Tetapi, saya mencoba sabar dan memantapkan hati karena keputusan untuk masuk saham MTDL sudah dibuat dengan dasar analisis yang rasional. Karena membeli saham dengan menyicil, psikologis saya pun tetap tenang karena perubahan nilai kerugian dan keuntungan yang belum terjadi (floating loss dan profit) tidak terlalu besar.
Akhirnya, pada akhir bulan Juni, kesabaran saya mulai membuahkan hasil. MTDL terbang tinggi menembus Rp 2000/ lembar saham. Hingga tulisan ini dibuat (tanggal 22 Juli 2021, jam 9:22 WIB), harga saham MTDL telah menyentuh angka Rp 2.400/ lembar saham dan volume perdagangannya sudah meningkat tajam. Saya telah memiliki floating profit sebesar 51.4% dan masih memegang saham MTDL sampai sekarang. Target profit taking (ngambil CUAN) saya untuk MTDL ada di sekitaran Rp 2.600-2.800/ lembar.
Dari pengalaman berinvestasi pada dua saham tersebut, ada dua hikmah yang bisa saya ambil:
1. Sebelum berinvestasi saham, sebaiknya berinvestasi pada diri sendiri.
Sebelum terjun dalam investasi saham, ada baiknya kita melengkapi diri dengan pengetahuan. Selayaknya olahraga terjun payung, kita harus melengkapi diri kita dengan alat pengaman dan instruktur berpengalaman untuk menghindari resiko kecelakaan.Pengetahuan ini dapat diperoleh dari buku-buku mengenai saham, media sosial dan youtube. Untuk analisis fundamental, saya merekomendasikan buku Rahasia Analisis Fundamental karya Raymond Budiman dan Multibagger: Cara Meraih Profit > 100 persen dari Pasar Saham karya Rivan Kurniawan (ini bukan endorse ya gaes!).
Untuk pemula, sebaiknya membaca buku Raymond Budiman terlebih dahulu, karena dasar-dasar analisis fundamental dijelaskan secara ringkas dan jelas. Buku Rivan Kurniawan lebih menjelaskan pengalaman penulis berinvestasi pada saham yang memberikan cuan berkali-kali lapat dalam sejarah investasi penulis.
Dalam ceritanya, Rivan menyebutkan beberapa terminologi dunia saham seperti Debt to Equity Ratio, Stock Split dan sebagainya, sehingga pembaca memerlukan pengetahuan dasar untuk mengikuti buku tersebut. Memperkaya diri dengan knowledge juga membantu psikologis investor dengan meningkatkan rasa PeDe sehingga kita dapat membuat keputusan yang lebih rasional.
2. Dalam investasi saham, kesabaran adalah koentji.
Apabila sudah melakukan analisis dan memutuskan berinvestasi pada perusahaan tertentu, seorang investor handal harus memiliki kesabaran yang luar biasa. Meskipun analisis kita tepat, bukan berarti pasar akan langsung merespon dengan kenaikan harga yang tajam.Bahkan, bisa saja saham yang kita pilih bergerak menurun ataupun bergerak datar seperti yang saya alami pada saham KAEF maupun MTDL. Dari pengalaman saya, solusi yang tepat untuk permasalahan timing ini adalah membeli saham secara menyicil dalam rentang waktu harian, mingguan maupun bulanan, tergantung pada kesediaan modal dan target harga yang kita tetapkan. Saya sendiri menyicil saham MTDL secara mingguan sebelum MTDL terbang tinggi pada akhir Juni 2021.
Sekian sharing pengalaman investasi dari saya. Meskipun modal dan cuan yang telah didapatkan sebagai investor tidak sebanyak investor kakap seperti Pak Lo Kheng Hong a.k.a. LKH, pengalaman ini saya anggap sebagai satu langkah maju untuk menjadi investor saham yang lebih baik.
Semoga para pembaca dapat memetik pelajaran dari cerita ini dan kecipratan cuan dari pasar saham Indonesia. Terima kasih!
#youngcompetitionbisnismudaid #bisnismuda #yangmudayangcuan
Komentar
26 Jul 2021 - 12:40
Investasi saham memang harus pintar-pintar ya. Dan, gak mudah nyerah.