Kinerja Reksa Dana Saham Masih Minus Nih, Kenapa Ya?

Reksa Dana Saham Illustration Bisnis Muda - Image: Canva

Reksa Dana Saham Illustration Bisnis Muda - Image: Canva

Like

Di antara jenis reksa dana lainnya, reksa dana saham rupanya masih belum bisa menghasilkan cuan di sepanjang tahun 2021 nih, Be-emers. Kinerja reksa dana saham memang masih terpantau minus.

Dari data Infovesta Utama, indeks reksa dana saham bahkan jadi yang terburuk di banding jenis reksa dana lainnya. Terbukti, Infovesta mencatat, hanya ada 65 reksa dana saham yang mencatatkan kinerja positif dari 256 reksa dana saham yang ada.

Bahkan, sepanjang tahun berjalan hingga Juli 2021 lalu, tercatat imbal hasil dari reksa dana saham terjun hingga -9,32 persen!

Padahal, hingga 30 Juli 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik hingga 1,52 persen secara Year-to-Date (ytd) lho. Namun, hal itu rupanya masih belum mampu untuk mengerek kinerja reksa dana saham nih.

Kenapa ya reksa dana saham masih lesu?


Baca Juga: Reksa Dana Saham VS ETF: Mirip Tapi Beda, Mana yang Lebih Asyik untuk Investasi?
 

Sektor Teknologi dan Perbankan Digital Belum Masuk Indeks Acuan

Seperti yang kita ketahui, bursa memang tengah diramaikan dengan saham-saham dari sektor teknologi. Tak ketinggalan, saham di sektor perbankkan digital juga banyak mencuri perhatian.

Di satu sisi, dikutip dari Harian Bisnis Indonesia, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai kalau sektor teknologi dan bank digital yang menopang kinerja IHSG, justru enggak termasuk dalam indeks yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Nah sayangnya, kedua sektor tersebut juga enggak menjadi acuan manajer investasi dalam mengelola reksa dana, seperti halnya indeks LQ45, DBX, Bisnis-27, IDX30, dan indeks lainnya.

Wawan menilai, belum masuknya sektor teknologi dan bank digital dalam indeks acuan karena sisi likuiditas dan fundamental kedua sektor tersebut belum memenuhi syarat untuk masuk ke dalam indeks-indeks tersebut.

Kenapa? Soalnya, Wawan menuturkan kalau salah satu faktor utama investor membeli saham yakni memastikan likuiditas dari saham tersebut. Alhasil, kinerja reksa dana saham jadi tertinggal deh.

 

Terpengaruh Saham Big Caps

Sementara itu, dilansir dari laman Bisnis.com, Direktur Utama PT Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan kalau kinerja reksa dana saham dikelola perusahaannya turun seiring kinerja saham-saham berkapitalisasi besar (big caps) yang terjun di bulan Juli 2021.

Enggak cuma itu, menurutnya, ada sejumlah faktor lain yang mempengaruhi kinerja reksa dana dan saham big caps tersebut. Misalnya, dari sisi global, suku bunga AS turut menjadi sentimen yang mempengaruhi kinerja reksa dana saham.

Selain itu, di dalam negeri, sentimen PPKM juga dinilai membuat investor cenderung lebih wait and see dalam melihat pergerakan pasar.

Adapun, Wawan Hendrayana menilai kalau kinerja reksa dana saham secara bulanan masih ada harapan untuk perbaikan. Namun, jika melihat keadaan sepanjang tahun berjalan, ia berpendapat bahwa hal itu akan sulit untuk membuat reksa dana saham berbalik rebound.

Gimana, ada yang lagi boncos juga di reksa dana saham?