Suhu di Indonesia Terasa Semakin Panas, Kenapa Ya?

Global Warming Illustration Web Bisnis Muda - Image: Flickr

Global Warming Illustration Web Bisnis Muda - Image: Flickr

Like

Sepekan belakangan, perhatian kita memang sedang tertuju kepada permasalahan pemanasan global atau krisis iklim pada skala global.

Apalagi, tepat pekan lalu beredar pemberitaan terkait "es abadi" di Puncak Jayawijaya yang diprediksi oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) akan punah di tahun 2025.

Hal itu bakal terjadi seiring dengan penyusutan pada gletser hingga mempengaruhi ketebalan es yang dapat membuatnya hilang.

Lalu, menurut laporan World Meteorological Organization (WMO), tahun 2020 merupakan tahun dengan suhu terpanas dalam 3 tahun terakhir.

Tercatat, temperatur suhu bumi telah meningkat sebesar 1,2 derajat celcius terhitung dari tahun 1850 yang mana indikator tersebut ditentukan lewat Paris Agreement dalam United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada tahun 2015.


Komitmen yang terdapat pada UNFCCC tertuang bahwasannya indikator kenaikan 1,5 derajat Celcius dihitung mulai masa pra-industri atau tahun 1850 yang seharusnya sampai tahun 2030.

Laporan tersebut dengan jelas menyebutkan bahwa ini sangat sudah sangat terancam dan diambang batas karena tahun 2030 masih cukup lama.

Baca Juga: Punya Rencana Perangi Perubahan Iklim, Bill Gates Investasi Pengembangan Clean-Tech

Keselarasan informasi tersebut juga ditambahkan oleh BMKG yang mengatakan bahwa periode tahun 2020 merupakan tahun terpanas dalam catatan.

Lewat Dwikorita Karnawati selaku Kepala BMKG pada Siaran Pers BMKG yang disiarkan pada Selasa, (09/08/2021) juga menambahkan bahwa terdapat kenaikan sebesar 0,7 hingga 0,9 derajat celcius dalam periode 30 tahun terakhir.

Serta hal yang paling terasa ialah kenaikan pada suhu permukaan perairan di Indonesia yang semula 26 derajat celcius kini hampir menyentuh 29 derajat celcius. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi ekosistem flora dan fauna laut.

Krisis iklim ini pun terbilang sangat rentan sebagai pemicu berbagai rentetan bencana alam seperti badai tropis, banjir bandang serta longsor.

Seperti halnya yang terjadi yaitu Badai Siklon Tropis Seroja yang menyerang Pulau Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur pada bulan April lalu.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa permasalahan pemanasan global serta krisis iklim ini berdampak kepada seluruh ekosistem yang ada di bumi mulai dari flora, fauna hingga manusia.

Baca Juga: Kenalan Sama Creo Syndicate: Organisasi Rahasia yang Isinya Miliarder Peduli Perubahan Iklim