Rupiah Illustration Web Bisnis Muda - Image: Flickr
Likes
Kemunculan cryptocurrency atau mata uang kripto memang terus bergerak masif diseluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Bahkan di Indonesia sendiri belum lama ini mencatatkan torehan jumlah investor kripto yang telah melampaui jumlah investor di pasar modal.
Segala pergerakan serta peningkatan dari penggunaan kripto tersebut merupakan buah dari keuntungan yang dapat dipetik berkat fleksibilitas serta sifat kripto yang lebih universal jika dibanding dengan uang kartal.
Namun siapa sangka, di tengah keuntungan serta pergerakan kripto yang begitu masif ini ternyata justru mendatangkan potensi ancaman tersendiri untuk berbagai bank sentral di dunia.
Lantas mengapa keberadaan serta pergerakan dari kripto ini membuat ancaman untuk bank sentral, ya, Be-emers?
Baca Juga:Berkembang Pesat, Kini Jumlah Investor Kripto Lampaui Jumlah Investor Pasar Modal!
Siasat BI Siapkan CBDC Rupiah Digital
Dilansir Bisnis, salah satu indikasi yang dapat membuat ancaman tersendiri untuk bank sentral dari keberadaan kripto karena keberadaan mata uang kripto bersifat desentralistik atau dapat dicetak dan diedarkan oleh berbagai pihak.Hal itu jelas berbeda dengan mata uang kartal yang hanya dapat dicetak oleh bank sentral atau bersifat sentralistik.
Selain itu, indikasi lainnya ialah karena hingga saat ini belum ada pihak yang dapat diminta pertanggungjawabannya terkait penggunaan serta peredaran mata uang kripto yang desentralistik tersebut.
Oleh karena itu, jika saja penggunaan serta peredaran uang kripto secara terus menerus bergerak masif bukan tak mungkin suatu saat nanti keberadaan uang tidak lagi dikuasai oleh bank sentral.
Namun demikian permasalahan akan ancaman daripada keberadaan kripto ini juga bukanlah suatu rumusan baru yang dicetus oleh berbagai bank sentral didunia.
Berbagai bank sentral di penjuru dunia sebenarnya sudah mencetuskan untuk melakukan transformasi terhadap uang kartal yang dicetaknya dengan menciptakan Central Bank Digital Currency (CBDC).
Bank Indonesia (BI) sendiri juga sudah memiliki siasat untuk menciptakan serta ingin mempercepat keberadaan CBDC atau Rupiah Digital di Indonesia. Kajian yang sedang dilakukan oleh BI sejauh ini memproyeksikan keberadaan rupiah digital nantinya kedalam dua opsi.
Opsi pertama adalah persebaran rupiah digital secara langsung atau nantinya masyarakat dapat mendapatkan rupiah digital secara langsung dari BI. Sedangkan, opsi kedua ialah secara tidak langsung atau nantinya bank sentral akan mengedarkan rupiah digital ke perbankan, disusul masyarakat yang akan memperoleh melalui perbankan.
Dalam kesempatan lain seraya juga dengan penyelenggaran Presidensi G20, percepatan rupiah digital ini juga ikut menjadi salah satu bahasan utama sebagaimana diungkapkan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo pada Sabtu, (11/12/2021).
Dody menuturkan bahwa hingga kini BI sedang melakukan berbagai pertimbangan serta dampak-dampak daripada keberadaan rupiah digital ini nantinya.
Ia juga menambahkan bahwa salah satu dampak yang sudah terlihat ialah kekhawatirannya terhadap rupiah digital yang disinyalir akan beredar sangat cepat di masyarakat jika dibandingkan dengan uang kartal sebelumnya.
Lalu, untuk keuntungan daripada keberadaan rupiah digital yang sudah terlihat ialah tentunya minim atau bahkan tidak adanya biaya cetak, diluar utilitas menghalau keberadaan kripto.
Nah, menurut Be-emers akankah rupiah digital ini akan mampu menghalau keberadaan kripto?
Baca Juga: Rupiah Bisa Jadi Mata Uang dengan Performa Terbaik se-Asia
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.