Analisis Keuangan Perusahaan Perbankan

Bank (Sumber gambar: m.economictimes.com)

Bank (Sumber gambar: m.economictimes.com)

Like

Ketika mendengar atau membaca kata “perusahaan” atau “bisnis”, mungkin sebagian orang langsung mengarah kepada toko, warung, perusahaan travel, perusahaan roti, hotel, dan lainnya yang tergolong dalam perusahaan dagang, manufaktur, dan sektor jasa. Bahkan, sebagian besar buku literatur atau buku pelajaran di sekolah -maupun perguruan tinggi- lebih banyak memberikan contoh-contoh soal perusahaan atau bisnis yang antara lain toko, usaha salon,usaha toko roti, dan sebagainya.

Tampaknya, hampir terlupakan bahwa Bank juga merupakan salah satu bentuk Perusahaan atau Bisnis yang bergerak di bidang jasa, kecuali Bank Sentral. Oleh karena Bank juga tergolong sebagai salah satu jenis perusahaan atau bisnis, maka sama dengan perusahaan yang lainnya, bahwa tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan keuntungan dan dapat berkelanjutan.

Pandemi Covid-19 ini dapat berdampak luas terhadap berbagai sektor, termasuk juga terhadap sektor perusahaan perbankan. Melansir dari Bisnis.com pada tanggal 23 Juni 2020 Oleh Ni Putu Eka Wiratmini dengan judul “Laba Makin Tertekan Akibat Pandemi, Dampak Terbesar Dialami Bank Kecil”, menyatakan bahwa Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan penurunan laba akan terjadi pada semua bank pada kuartal II/2020.

Dengan demikian, penting bagi suatu bank untuk melakukan analisis kinerja keuangannya supaya manajemen dapat menentukan strategi yang lebih baik lagi untuk dapat bertahan dalam kondisi ketidakpastian dan menjamin keberlangsungan perusahaan perbankan tersebut. Salah satu bentuk analisis kinerja keuangan adalah analisis laporan keuangan.

Berdasarkan Jurnal.id, dalam artikelnya yang berjudul “Memahami Tentang Analisis Laporan Keuangan Bank”, beberapa manfaat yang bisa dirasakan dari adanya analisis laporan keuangan pada bank adalah sebagai berikut:
  • a. Perkiraan terhadap hasil dan kondisi keuangan bank.
  • b. Diagnosis terhadap masalah manajerial, operasional, dan masalah lainnya.
  • c. Mengurangi ketidakpastian yang sulit dihindari dan sering ditemui dalam proses pengambilan keputusan.
  • d. Pertimbangan awal dalam pemilihan investasi.
  • e. Mengukur tingkat keberhasilan manajemen bank.

Salah satu bentuk analisis laporan keuangan adalah analisis rasio keuangan. Untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang perbankan, terdapat perbedaan mengenai jenis-jenis rasio keuangan dengan perusahaan bidang lainnya yang pada umumnya. Misalnya, perusahaan dagang, manufaktur, atau perusahaan jasa lainnya.


Perusahaan perbankan memiliki jenis-jenis rasio keuangan tersendiri. Berikut ini adalah jenis-jenis rasio keuangan yang seringkali dipakai oleh perusahaan perbankan menurut Jurnal.id, yaitu rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio capital, rasio biaya dana, dan rasio aset.

Pertama, rasio likuiditas. Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Salah satu macam dari rasio likuiditas adalah LDR (Loan to Deposit Ratio).

LDR merupakan rasio antara kredit dengan dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, maka akan memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan.

Kedua, rasio rentabilitas. Rasio rentabilitas gunanya untuk mengukur tingkat efesiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank.

Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur salah satu aspek kesehatan bank. Salah satu macam dari rasio rentabilitas adalah ROA (Return On Asset).

ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan secara relatif dibandingkan dengan nilai total asetnya. Rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan sumber-sumber modal bank.

Ketiga, rasio capital. Rasio capital dapat dihitung dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR).

Rasio ini digunakan sebagai indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktiva akibat terjadinya kerugian atas aktiva bank dengan menggunakan modalnya sendiri. CAR merupakan perbandingan antara modal sendiri dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). ATMR merupakan pejumlahan, baik itu aktiva neraca maupun aktiva administratif yang telah dikalikan bobotnya masing-masing.

Keempat, rasio biaya dana. Bank bekerja dengan menggunakan sebagian besar dana milik masyarakat untuk dijual kembali dalam bentuk kredit atau aktiva lain yang menguntungkan.

Bank harus mengetahui secara pasti berapa harga dana yang dihimpun tersebut untuk memudahkan dalam menentukan harga jual, mengambil kebijakan, dan mengatur penempatan aktiva se-optimal mungkin. Salah satu macam dari rasio biaya dana adalah Cost Of Loanable Fund (COLF).

Ratio ini untuk mengetahui harga dana yang bisa dijual. Sesuai ketentuan BI, setiap bank harus menyisihkan dana Reserve Requirement (RR) sebesar 5 persen, sehingga dana masyarakat yang bisa dijual maksimal 95 persen.

Kelima, rasio aset. Kinerja keuangan dari segi aset diukur melalui kualitas aktiva produktifnya. Salah satu rasio yang digunakan adalah Return On Risked Asset (RORA).

RORA adalah rasio yang membandingkan antara laba kotor dengan besarnya risked assets yang dimiliki. Laba kotor adalah hasil pengurangan pendapatan terhadap biaya sedangkan risked assets terdiri atas surat berharga dan kredit yang disalurkan. Nilai RORA yang tinggi mengindikasikan bahwa pendapatan yang diterima besar sehingga laba yang diperoleh juga optimal dan berpengaruh pada kenaikan harga saham.