Indeks Saham Global Terjun Bebas Imbas Protes Cina

Protes Cina. (Foto: BBC)

Protes Cina. (Foto: BBC)

Like

Kebijakan terkait Covid-19 yang ketat di Cina membuat masyarakat protes besar. Meski protes terjadi di Cina dampaknya terasa dalam taraf global.

Cina nampaknya banyak belajar dari pengalamannya yang gagal menghadapi Covid-19 tahun 2019 hingga 2020. 

Belum hilangnya virus Covid-19 membuat mereka bersiaga dan membuat kebijakan ketat terkait hal ini. Pertengahan hingga akhir tahun 2022 Covid-19 mulai merebak lagi di Cina.

Sebagai tindak pencegahan penyebaran Covid-19 secara luas, pemerintah Cina membuat kebijakan ketat yang berlaku di seluruh negaranya.

Cina juga menjadi negara yang memiliki kebijakan terkait Covid-19 paling ketat selama 3 tahun. Kebijakan ini dinamakan strategi nol Covid-19.


Aturan yang diberlakukan dalam kebijakan ini diantaranya menutup perbatasan-perbatasan negara, lockdown di seluruh negara, dan melakukan tes Covid-19 massal. 

Namun, kebijakan yang sudah diberlakukan dari lama ini membuat masyarakat mulai tidak nyaman karena merasa kebebasannya beraktivitas dikekang.

Cina belum memiliki pengobatan vaksinasi yang efektif sehingga tes massal Covid-19 masih sangat perlu dilakukan meski masyarakatnya sudah dalam tahap muak. 

Baca Juga: Cina Lockdown, Siap-Siap Distribusi iPhone 14 Terganggu

Belum ada tanda-tanda pelonggaran strategi nol Covid-19 membuat masyarakat Cina melakukan protes dan skalanya semakin besar. 

Protes ini mengganggu tidak hanya di dalam negeri, namun juga dalam taraf global.
 

Indeks Saham Global Terjun Bebas Imbas Protes Cina


Seperti yang dilaporkan Financial Times, protes Cina terkait strategi nol Covid-19 yang terjadi pada Senin (28/11) waktu setempat berdampak pada indeks saham global yang turun tajam.

Hal ini memicu kekhawatiran investor atas prospek ekonomi terbesar kedua di dunia.

Indeks patokan S&P 500 Wall Street ditutup 1,5 persen lebih rendah, sementara Nasdaq Composite yang padat teknologi kehilangan 1,6 persen. 

Kerugian tersebut menjadi yang terbesar sejak 9 November dan memangkas kenaikan kuat untuk ekuitas bulan ini.

Di Hong Kong, indeks Hang Seng Cina Enterprises turun sebanyak 4,5 persen sebelum mundur hingga turun 1,6 persen. 

Penurunan indeks CSI 300 Cina dari saham yang terdaftar di Shanghai dan Shenzhen sebesar 2,8 persen sebelum dipangkas menjadi lebih dari 1 persen.

Demonstrasi pecah di Beijing, Shanghai, dan kota-kota lain selama weekend. Ketidakpuasan masyarakat akan pemerintah Cina meningkat sejak kebakaran di kota Urumqi yang menewaskan 10 orang.

Diduga lockdown ketat telah menghambat upaya penyelamatan dan mencegah penduduk menyelamatkan diri dari api. Namun pemerintah membantah hal tersebut.

Chaos yang terjadi di Cina membuat investor melakukan “reality check” dan menimbang kembali prospek bisnis dan ekonomi di Cina.

Baca Juga: Geser Posisi AS, China Kini Jadi Negara Terkaya di Dunia

"Kepercayaan investor telah terpukul tahun ini, dan sulit untuk memahami apa arah pasar selanjutnya," kata Louis Tse, direktur pelaksana Wealthy Securities yang berbasis di Hong Kong.

Tse mengatakan investor khawatir tentang kurangnya dukungan tambahan untuk ekonomi Cina karena infeksi melonjak ke rekor dan melemahkan reli yang telah mendorong indeks Hang Seng China Enterprises naik lebih dari 17 persen bulan ini.

Chaos Cina membebani ekuitas di tempat lain di Asia, dengan acuan Topix Jepang turun 0,7 persen, sementara Kospi Korea Selatan turun 1,2 persen.

Stoxx 600 regional Eropa turun 0,6 persen dan FTSE 100 London turun 0,2 persen.

Mau tulisanmu dimuat juga di Bisnis Muda? Kamu juga bisa tulis pengalamanmu terkait investasi, wirausaha, keuangan, hingga lifestyle di Bisnis Muda dengan klik “Mulai Menulis”.
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.