Konsep Hidup Warga Jepang yang Bisa Ditiru Warga +62 (part 2)

Tokyo (Foto: Pixabay - binmassam)

Tokyo (Foto: Pixabay - binmassam)

Like

Lanjut ngomongin soal konsep hidup warga Jepang. Ternyata masih banyak ya, gaes. Sebenarnya secara tidak sadar, beberapa konsep yang seringkali kita sudah temukan sehari-hari di sini.

Diyakini, konsep-konsep ini ada tidak lepas dari pengaruh agama dan kepercayaan terbanyak yang dianut warga Jepang, yakni Buddha dan Shinto.

Mindfullness dalam praktik agama Buddha, membuat kita fokus kepada apa yang kita rasakan, pikirkan, lakukan tanpa judging hal tersebut.

Ajaran Budha lainnya mengenai moral dan budi pekerti, berbaur dengan keselerasan hidup dengan alam yang diajarkan oleh Shinto.
 

Konsep Hidup Warga Jepang


Berikut beberapa konsep hidup warga Jepang yang bisa diterapkan agar kita bisa menikmati hari secara sadar (concious). Yang paling penting, bikin happy!


Baca Juga: Konsep Hidup Warga Jepang yang Bisa Ditiru Warga +62 (part 1)
 

1. Mottainai

 

Mottainai adalah sebuah ungkapan yang menggambarkan betapa disayangkannya sesuatu yang sia-sia. Atau menurut kamus Jepang bergengsi Koujien, kata mottainai  paling sering digunakan untuk mengungkapkan perasaan menyesal ketika sesuatu disia-siakan karena potensinya nggak dimanfaatkan dengan baik.

Secara harafiah, mottainai berarti “amat disayangkan!”. Namun, frasa ini tidak bisa diartikan secara gamblang. Jika digali lebih dalam, mottainai bisa berarti tiga hal berikut ini:
  1. “Tidak pantas saya menerima ini!” - mengutarakan kerendahan diri dan rasa syukur karena menerima sesuatu yang sesungguhnya tidak pantas diterima.
  2. “Jangan sia-siakan!” - Bukan hanya di Indonesia, nasi pun juga sama tingginya di Jepang. Anak-anak Jepang dididik untuk tidak menyia-nyiakan bahkan sebutir nasi di mangkuknya saat makan. "Nanbu sakiori", yaitu menjahit kain yang tidak terpakai menjadi pakaian baru atau membuatnya menjadi kerajinan.
  3. “Sia-sia!” - Kamu bisa menggunakan frasa ini saat menerima sesuatu yang tak pantas didapatkan, tapi tetap diberikan kepadamu.
Beberapa tips hidup anti boros menurut filosofi mottainai yang bisa kamu coba.
  1. Tidak membuang-buang makanan
  2. Mengurangi perilaku konsumtif
  3. Merawat barang milik sendiri sebaik mungkin
  4. Membeli barang preloved (bekas)


2. Gaman


Gaman adalah istilah Jepang yang berasal dari Buddha Zen yang berarti "menahan yang tampaknya tak tertahankan dengan kesabaran dan martabat". Istilah ini umumnya diterjemahkan sebagai "ketekunan", "kesabaran", atau "toleransi".

Sederhananya, ini adalah gagasan bahwa individu harus menunjukkan kesabaran dan ketekunan saat menghadapi situasi yang tidak terduga atau sulit, dan dengan demikian menjaga ikatan sosial yang harmonis.

Konsep ini menyiratkan tingkat pengendalian diri: Anda mengerem perasaan Anda untuk menghindari konfrontasi. Itu adalah tugas yang diharapkan dan dilihat sebagai tanda kedewasaan.
 

3. Shikata Ga Nai


"Shikata (ga) nai" atau "Shou (ga) nai" adalah ungkapan bahasa Jepang yang berarti "mau bagaimana lagi." Kita tidak selalu memiliki kendali atas hidup ini.

Baca Juga: Mengenal Ketsuekigata, Parameter Sifat Seseorang Berdasarkan Golongan Darah Ala Jepang

Ada kalanya kita hanya perlu menerima kenyataan. Meskipun ada banyak hal yang tidak dapat kita kendalikan, namun kita dapat mengendalikan respons kita.

Keseimbangan sangat penting. Warga Jepang mengatakan "shikata ga nai" dan bertahan dalam situasi yang tidak nyaman daripada berbicara untuk memperbaiki masalah. Mentalitas tersebut sangat terkait dengan sifat represif masyarakat Jepang yang menghargai keharmonisan dan perdamaian.
 

4. Mono no aware


Sebenarnya “Mono no aware” adalah kata bahasa Jepang yang tidak bisa diterjemahkan. Tetapi kalau dipaksakan untuk diterjemahkan secara harfiah menjadi “the pathos of things”. “Aware” juga bisa diterjemahkan sebagai kesedihan, kesengsaraan, atau kepekaan. Sedangkan "mono" mengacu pada "benda".

Meskipun ada rasa sedih yang diasosiasikan dengan "mono no aware", ini tidak dimaksudkan sebagai kesedihan akibat kehilangan atau kematian seseorang, melainkan perasaan mendalam yang meliputi saat kita sadar bahwa segala sesuatu hanya bersifat sementara.

Contohnya, masa muda yang cepat berlalu, romantisme yang memudar, dan pergantian musim, tidak boleh disesali, tetapi disayangi dan dihargai

Mungkin masih banyak konsep yang belum disebutkan. Semoga konsep-konsep baik ini bisa kita resonansikan ke sesama sebagai bentuk tanggung jawab kehadiran kita di dunia ini.

Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.