Keresahan Netizen +62, Diaspora hingga Guru Besar Kampus “Turun Gunung” Jelang Pesta Demokrasi Pemilu 2024

Pemilu 2024 (Sumber gambar: Wikipedia)

Pemilu 2024 (Sumber gambar: Wikipedia)

Like

Pemilu 2024 berlangsung pada tanggal 14 di bulan Februari 2024, serentak di berbagai provinsi di Indonesia dan luar negeri.

Di satu sisi, dinamika sosial politik di Indonesia semakin memanas seperti memperebutkan suatu warisan kekayaan. Perasaan tidak puas timbul menjelang pesta demokrasi yang kerap dirasakan masyarakat agar tidak salah langkah dalam menentukan pemimpin.

Beberapa kota di Indonesia juga menjaga ketertiban jelang pemilu dengan cara meniadakan keramaian aksi pertunjukan liong dan barongsai. Di sisi lain, ada juga yang tetap memeriahkan imlek dalam kegiatan bazar.

Dilansir dari Bisnis.com, bazar imlek Kota Tua Tanjungpinang, ibukota Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tetap berlangsung dan diadakan secara kondusif. Ironinya di luar negeri, pernah terjadi kecurangan surat suara yang sudah tercoblos di Taiwan KPU.

Penulis sebagai diaspora yang sedang menempuh magister jurusan Administrasi Bisnis (MBA) di Beijing Technology and Business University, Cina sangat menyayangkan hal tersebut kenapa bisa terjadi.


Baca Juga: Pemilu 2024 Ramai Soal Kpopfication, Apa Itu?

Menurut saya, hal tersebut bisa terjadi karena mayoritas TKI menjadi sasaran empuk karena jumlah rekapitulasi pemilih tetap disana mendominasi di luar negeri yang dapat menentukan output pemilu.

Dilansir dari Bisnis.com, jika dalam pemilu berlangsung ada yang sudah tercoblos maka KPU akan mengkategorikan sebagai surat suara rusak. Pemilih berhak menerima surat pengganti satu kali apabila terima surat suara rusak.

Adapun, media sosial kini menjadi wadah ekspresi bagi netizen +62 dari Sabang sampai Merauke, bahkan diaspora Indonesia yang tengah merasakan keresahan menjelang Pemilu 2024.

Hashtag dan postingan viral mencerminkan ketidakpuasan terhadap berbagai isu politik, ekonomi, dan sosial yang melibatkan masyarakat.

Beragam komentar maupun cuitan menjelang pemilu kian merebak di jejaring sosial imbas dari debat capres yang cukup unik dari segala perspektif yang ada. Dari ragam komentar yang saya lihat, masyarakat meyoroti bahwa Indonesia sedang tidak baik-baik saja di tengah guncangan pemilu tahun 2024 ini.

Tidak hanya masyarakat yang ikut andil merasakan hal demikian. Hal ini serupa dirasakan civitas akademika universitas yang ada di Indonesia, yang mana mereka ikut serta dan kritis menyuarakan pendapat agar pemilu menerapkan prinsip demos dan kratos.

Guru besar kampus merupakan figur yang dihormati dalam melaksanakan hak suara dengan penuh kesadaran dan netral serta tidak ada keberpihakan pada salah satu paslon.

Dilansir dari Bisnis.com, partisipasi tak terduga dari para guru besar kampus yang "turun gunung" memiliki tujuan positif agar terciptanya pemilu "Luber Jurdil" (langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil), terutama mengacu pada asas penyelenggaraan Pemilu di Indonesia yang telah diatur dalam Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017.

Baca Juga: Tren Bisnis Jelang Pemilu 2024, Ini 10 Peluang yang Menjanjikan!

Keresahan netizen dan partisipasi guru besar kampus menciptakan ruang dialog maupun diskusi yang lebih mendalam. Dinamika ini tidak hanya menguatkan kesadaran politik, tetapi juga merangsang pemikiran kritis dan partisipasi aktif dalam pembentukan arah masa depan negara.

Terutama gen Z, juga harus melek terhadap dunia politik yang diharapkan dapat berkontribusi besar dalam surat suara pemilu.

Tujuan pemilu pada dasarnya dijadikan sebagai momentum penting untuk mengutarakan aspirasi dan memilih pemimpin yang dianggap dapat mewakili kepentingan masyarakat, bukan berebut kekuasaan maupun perebutan ladang bisnis yang seharusnya saling bahu-membahu kepentingan bersama dalam konteks positif.

Penulis sebagai alumni IPB menilai bahwa perlunya teknologi tepat guna dan penerapan prinsip-prinsip GCG (Good Corporate Governance). Hal itu menjadi kunci dalam mengantisipasi fenomena yang terjadi, supaya tidak menimbulkan efek negatif dalam proses kerja dan kinerja organisasi bisnis, serta menjaga image netral.

Prinsip transparansi dan akuntabilitas harus digunakan untuk menentukan aturannya agar sustainable atau berkelanjutan. Prinsip GCG dapat meminimalisir praktik-praktik KKN.

Himbauan pemilu "Luber-Jurdil" harus terus digaungkan melalui sosialisasi pemilu di seluruh wilayah indonesia bahkan mancanegera, karena momen krusial ini memberikan dampak positif maupun dampak negatif bagi organisasi bisnis maupun pelaku bisnis.

Mereka harus lebih jeli menyikapi efek langsung maupun tidak langsung dari agenda politik lima tahunan tersebut.

Fenomena yang terjadi adalah beberapa pelaku ada yang berlomba-lomba ikut memperebutkan kursi politik. Demikian juga sebaliknya, pelaku politik mencari sumber daya dari para pelaku bisnis.

Kondisi itu tidak bisa dihindari dan pasti akan terus terjadi ke depannya. Sehingga dari sisi organisasi bisnis harus segera merespons fenomena tersebut.

Dinamika ini membuktikan bahwa setiap individu memiliki peran penting dalam membangun masa depan negara agar terciptanya Indonesia Emas 2045.

Sebagai warga negara, saatnya untuk merangkul hak suara kita dengan penuh kesadaran, karena setiap suara memiliki kekuatan untuk membentuk arah bangsa.

Pemilu 2024 bukan hanya pesta demokrasi, tetapi juga panggung bagi kita semua untuk bersama-sama mewujudkan perubahan positif.

___________________________________________________

Punya opini atau artikel untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".

Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!

Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung!