Winter Technologi Masih Melanda Startup Hingga 2024

pexels-male-graphic-designer-holding-spiral-notepad

pexels-male-graphic-designer-holding-spiral-notepad

Like

Awalnya saya berpikir bahwa Indonesia itu merupakan negara yang memiliki bisnis start up yang jauh berkembang ketimbang negara maju lainnya.
Saya ingat hampir tiap kali mendengar ada Perusahaan start up baru , saya tercengang karena  melihat kemampuan anak-anak muda untuk membangun suatu Perusahaan yang bisnisnya berbasiskan teknologi.   

Dari mana modalnya?  Saya juga belum membuat survey yang komprehensif tentang permodalan dari para start up baru itu.  Namun, dengan kemampuan kreativitas yang tinggi, suatu masalah sosial seperti kebutuhan kendaraan feeder seperti  roda dua maupun roda empat lahirlah start up gojek,gocar, grab car , grab ojek.

Ternyata pertumbuhan dari start up yang luar biasa tingginya itu hanya mementingkan kepada menjawab kebutuhan masyarakat atau kelompok tertentu tanpa mempertimbangkan berapa lama kebutuhan itu akan berlangsung.

Juga kelemahan dari para pendiri start up itu tak memikirikan jangka panjang pembiayaannya.  Mereka berpikir ketika dana segar dikucurkan oleh investor, maka dana itu segera digunakan untuk operasional mereka tanpa mempertimbangkan apakah bisnis yang mereka rintis dapat berjangka panjang dengan biaya yang termasuk besar itu.

Memang beberapa start up sudah melakukan memiliki eko system yang baik.  Namun, ada kelemahan yang masih membahayangi tujuan dari dibangun start up hanya untuk mengejar valuasi perusahaan saja.


Pemikiran para founder saat  membuat Perusahaan rintisan  memiliki valuasi sebesar  Rp.1 trillun maka jika Perusahaan itu akan dijual dan diakuisisi penuh maka pembeli Perusahaan harus mempersiapkan duana sebesar Rp.1 triliun.

Dengan valuasi itu gunanya untuk menentukan persentasi saham yang akan diberikan kepada  investor.
Contohnya
Valuasi start up sekarang    =  Rp.90 miliar    >  valuasi-pre-money
INvestasi baru dari investor = Rp.10 miliar     > vluasi Post-money
Total                                         = Rp.100 miliar  
Saham yang diperoleh oleh investor adalah  Rp.10 miliaar
                                                                               ------------------    =  10%
                                                                                  Rp.100 milliar


Sayangnya, valuasi yang dilakukan oleh pendiri start-up tidak sesuai prinsip dengan valuasi konensional.  Kecenderungan nominal dari valuasi  selalu lebih besar dibanding jumlah pendanaan.    AKhirnya , yang dirugikan adalah investor.   Oleh karena itu dana investor yang dikucurkan ke start-up tidak lagi moncer seperti sebelumnya.

Perusahaan startup alam tech winter

Sekarang setelah berjalan hampir 2 tahun, justru keadaan membalik . Perusahaan technolgi justru mengalami tech winter.   Apa artinya tech winter?  Istilah tech winter dianalogikan untuk menggambarkan periode penurunan significan dalam industri teknologi.

Fenomena tech winter ini bukan hanya terjadi di tahun 2023 saja, tapi akan terus berlangsung hingga tahun 2024.   Diharapkan para pelaku usaha rintisan bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan bisnis mengingat para investor sekarang lebih selektif dalam memberikan pembiayaan.

Dalam suatu pembicaraan akhir tahun 2023 Industri Financial Technology dan Ekonomi Digital oleh Indonesia Fintech Society, ada 7 isu yang jadi sorotan, salah satunya adalah  badai teknologi (tech winter) yang belum berakhir sampai tahun 2024.    Istilah tech winter mengacu kepada Perusahaan rintisan yang mulai berjatuhan satu persatu. 

Penyebabnya adalah kenaikan biaya modal,sehingga para investor menjadi makin selektif dalam menempatkan dana investasi untuk optimalkan pengembalian investasi sekaligus meminimalkan risiko.

Penyebab lain adalah tingginya suku bunga acuan jadi faktor utama. Hal ini tingkatkan biaya modal dan biaya peluang . Kondisi ini membuat para investor secara global memilih untuk menempatkan investasi pada instrument yang minim risiko seperti obligasi.

Memang gelontoran pembiayaan masih menggeliat terhadap Perusahaan rintisan yang tengah memulai. Tapi Perusahaan rintisan sekarang harus super hati-hati dalam mengambil keputusan untuk mengurangi ekspansi, mengurangi promosi dan efisiensi.
Dengan pengetatan itu, Perusahaan rintisan dapat mempernjang nafasnya sebelum perusahan rintisan kehabisan dana . Sektor yang terkait berkelanjutan seperti pertanian, perikanan, peternakan, energi dan haijau masih menarik sebagai Perusahaan rintisan.

Semoga ada bantuan dari Pemerintah untuk kerja-sama menemukan investor lokal yang berani menolong para startup yang sedang dalam jurang kejatuhan.