Suasana Ramadhan di Bombana, dari Rasa Aman Hingga Berburu Aneka Jenis Makanan

Sumber Gambar: https://bombanakab.go.id/bombana/public//assets2/images/slider/Web-Main-Banner-80x35---2.jpg

Sumber Gambar: https://bombanakab.go.id/bombana/public//assets2/images/slider/Web-Main-Banner-80x35---2.jpg

Like

Mungkin kamu baru pertama kali membaca atau mendengar sebuah nama daerah bernama Bombana.

Seperti orang-orang yang dahulu pernah saya temui, saat saya sudah tinggal di kabupaten tersebut, "Bombana? Di mana sih Bombana? Kenapa di peta Amerika tidak ada?" Nah, untuk yang terakhir itu, saya tambahkan sendiri. 

Bombana adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara. Mempunyai jarak perjalanan darat dari ibukotanya, Kendari, kurang lebih tiga atau empat jam.

Baca Juga: Hikmah Jual Beli Takjil Ramadhan: Salah Satunya Merajut Silaturahmi Bertetangga

Kamu bisa naik sepeda, kalau mau viral, sepeda motor, jika ingin merasakan sensasi panas dan hujan, maupun mobil yang memang menjadi kendaraan standar perjalanan jauh.


Kamu mau naik tank juga boleh, meskipun pada akhirnya tidak jadi dan bilang, "Tank You!"
 



Rasa Aman

Sejak 2010, saya tinggal di Kabupaten Bombana ini. Menerima SK tugas pekerjaan saya. Awalnya, daerah ini memang cukup, yah, harus bersabar!

Bagaimana tidak, ketika itu, listrik tidak menyala selama 24 jam, apalagi 26 jam dalam sehari. Listrik akan dipadamkan pada pukul 13.00. Baru bisa menyala lagi pukul 18.00 alias waktu Maghrib.

Bayangkan saja, bagaimana mau kerja dengan bagus jika tidak ada listrik? Ada listrik saja, belum tentu kerja bagus, eh, ini siapa, ya?

Baca Juga: Ramadhan Riang di Suroboyo: Kisah Seru dari Kota Pahlawan

Alhamdulillah, sekarang listrik sudah menyala selama 24 jam. Meskipun, yah, kadangkala ada pemadaman, sih. Memakai alasan perbaikan jaringan atau perawatan mesin, atau apalah dari PLN.

Yah, saya maklumi saja, karena kalau sudah PLN yang bertindak, kita mau apa juga bukan? Yang lalu saja, padam dari jam satu siang sampai enam sore, saya bisa sabar kok dan itu berlangsung setiap hari, apalagi ini yang cuma beberapa jam. 

Salah satu hal yang saya syukuri tinggal di Bombana ini adalah rasa amannya yang luar biasa. Ya, Bombana ini hampir tidak pernah ditemukan kasus konflik sosial masyarakat, tawuran, hingga kerusuhan yang besar.

Bahkan, tanda amannya itu adalah cukup banyak kali, orang memarkir sepeda motor di depan rumahnya dan kuncinya masih tergantung. Termasuk malam juga, sepeda motor tidak hilang.

Events Ramadan: Kirim Cerita Ramadhan Tambah Cuan, Yuk Ikutan 30 Hari Ramadhan Bercerita!

Tentunya, ini juga tidak boleh dibiarkan begitu, tetap harus dikunci, tetapi itu tanda bahwa Bombana ini dalam kondisi yang aman. 

Dalam momen Pemilu maupun pemilihan, juga tidak terjadi konflik yang besar di masyarakat. Kalau demo-demo sih jelas ada, itu 'kan sekadar menyalurkan aspirasi masyarakat.

Namun, ketika aspirasinya ditampung dan diterima oleh pejabat yang bersangkutan, massa pendemo pun membubarkan diri. 

Dari rasa aman yang tercipta itulah, membuat suasana Ramadhan juga jadi menyenangkan. Tidak ada yang aneh-aneh atau lain daripada yang lain di Bombana ini.

Sama dengan daerah lain, saat sore hari, orang-orang turun ke jalan untuk berburu makanan berbuka puasa. Eits, tidak hanya yang muslim lho, yang nonmuslim juga.

Aneka makanan yang disajikan oleh para penjual memang membuat air liur menetes karena dipandang saja enak, apalagi disantap. 
 



Pusat Keramaian

Sebelum menikah, saya menempati satu kamar kost di dekat Masjid Raya Nurul Iman. Masjid ini berhadapan dengan lapangan luas setara alun-alun.

Dahulunya, lapangan tersebut dipenuhi dengan aneka bangunan. Namun, karena digusur, sekarang lapangan tersebut tampak luas. Dapat dijadikan lokasi sholat Idul Fitri, asalkan malamnya jangan hujan. Becek soalnya. 

Adanya alun-alun di depan masjid, membuat pandangan jadi mengarah langsung ke laut. Ya, ibukota Bombana ini, Kecamatan Rumbia dengan kelurahannya Kasipute, terletak di pinggir laut.

Events Ramadan: #NgobrolAsyik: Prospek Saham IPO dan Sektor yang Cuan di Tahun 2024!

Asyik bukan bisa memandang laut setiap hari? Hasil ikan cukup melimpah. Tidak hanya ikan, tetapi juga udang, cumi-cumi, dan kerang.

Udang bisa dijadikan terasi dan Bombana ini memang sudah terkenal dengan terasinya yang bentuknya seperti bola tenis. 

Masjid Raya Nurul Iman menjadi pusat dari aktivitas masyarakat. Aneka penjual kue berharap rezeki di sekitar masjid ini.

Berbagai jenis makanan disajikan, mulai dari kue lapis, lemper, pisang goreng, pisang nugget, risoles, kue bibir, panada, jalangkote (namanya pastel kalau di Jawa), kue cucur, puding, dan masih banyak lagi.

Rata-rata harganya lima ribu rupiah untuk empat buah. Dahulunya satu kue seribu rupiah, tetapi karena kenaikan kebutuhan pokok, harganya ikut terkerek. 

Events Ramadan: #SharingwithBlogger: Strategi Menjaga Semangat Menulis Jangka Panjang dan Cara Mengatasi Writer's Block

Sering saya bercanda dengan penjual kue tersebut. Misalnya, ketika jualannya masih banyak, saya datang, lalu bertanya, "Masih ada kue?" Jelas dia menjawab, "Ini masih ada, Mas!" Sebenarnya tidak perlu dijawab juga, sih! Kan sudah tahu bahwa memang masih ada dan banyak. 

Saya juga belajar bahasa Bugis dari penjual kue langganan saya. Selama 10 tahun lebih menikah dengan perempuan Bugis, bahasa Bugis yang saya tahu adalah: mandre yang artinya makan, tindro yang artinya tidur, dan oka meli bepa yang berarti saya mau beli kue.

Mandre dan tindro, makan dan tidur, seperti itulah kerjaan saya, jadi tahunya, ya, cuma itu. 
 



Ketika Belum Laku

Saya mempersepsikan orang yang sudah menikah itu adalah orang yang sudah laku. Jadi, dia sudah menjadi jodoh orang, berarti tertutup untuk menjadi jodoh orang lain, kecuali syarat dan ketentuan berlaku.

Begitu pula dengan saya. Ketika masih belum laku alias masih jomblo, saya sering berburu makanan berbuka puasa di Masjid Raya Nurul Iman.

Masjid yang pintu dan jendelanya sangat lebar dan tinggi itu selalu menyediakan takjil atau menu buka puasa di bagian belakang masjid.

Orang yang menyediakan adalah ibu-ibu sekitar masjid. Jadi, nama-nama mereka dibacakan oleh panitia takmir masjid ketika akan sholat tarawih.

Ada kejadian lucu, teman saya membacakan nama-nama itu dari kertas yang dipegang. Nah, ada nama ibu-ibu dengan di depannya pakai "Ny".

Otomatis, itu bacanya adalah nyonya, tetapi dia membacanya dengan "Nyai". Seluruh isi masjid tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya. Bahkan, teman saya yang merupakan remaja masjid menambahkan, "Nyai Ronggeng!"

Baca Juga: El Salvador Menjadi Negara Kaya, karena Bitcoin

Suasana Ramadhan di Bombana memang bisa sama, bisa juga berbeda dengan daerah-daerah lain. Namun, selalu saja, keramaian terjadi di sore, menjelang waktu berbuka puasa.

Ini sekaligus menjadi tambahan penghasilan sekaligus tambahan rezeki bagi para penjual makanan dan minuman. 

Akan tetapi, perlu diingat pula, hampir semua makanan dan minuman itu pakai gula pasir, jadi rasanya manis. Saran saya, sih, jangan terlalu banyak mengonsumsi yang manis-manis.

Kata dokter Zaidul, gula yang manis itu adalah makanan bagi sel kanker. Tentunya, kita ingin agar selalu sehat, bukan? 

#30hariramadhanbercerita

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung