Likes
Nafsu Membeli
Saya pernah mendengar ada yang namanya "psikologi massa". Ini biasanya terjadi ketika konser musik yang diikuti oleh ribuan orang.Ketika ada satu seruan, maka yang lain mengikuti. Menjalar dari belakang ke depan, hingga ke seluruh penonton.
Tidak hanya konser musik, sih, yang penting ada kerumunan massa di situ. Hal yang mengerikan ketika menangkap seseorang yang diduga pelaku pencurian. Baru dugaan, sudah ada yang bilang suatu tindakan kekerasan.
Baca Juga: Ide Bisnis dengan Modal Kecil Saat Ramadhan, Ini 5 Tipsnya!
Akhirnya yang lain ikut-ikutan dan orang tersebut pun menjadi korban. Mungkin pelaku yang sebenarnya sudah lari. Nah, sangat mengerikan bukan? Semoga tindakan main hakim sendiri dan main hakim bersama-sama ini tidak diteruskan lagi.
Psikologi massa juga terlihat dalam momen mencari kitab suci, eh, maksudnya, mencari takjil ini. Begitu banyak orang dengan aneka kendaraannya, mengerubungi para penjual makanan, kita pun jadi ikut-ikutan. Enak atau tidaknya, itu perkara nanti. Yang penting, terlihat ramai itu yang mungkin rasanya paling enak.
Saya teringat dengan Pak Suyanto, pendiri STMIK AMIKOM, Jogja. Waktu itu, beliau ikut memprakarsai berdirinya Primagama. Awalnya, Primagama adalah sebuah lembaga bimbingan belajar kecil. Hanya sebuah rumah yang sederhana.
Baca Juga: 10 Rekomendasi Usaha Dadakan Jelang Lebaran dengan Modal Terbatas, Untung Berlimpah
Agar terlihat ramai, beliau memanggil beberapa anak untuk les gratis. Namun, yang datang harus mengajak temannya dan harus bawa sepeda motor.
Saat mereka tiba, motor-motor diparkir di depan, sehingga menimbulkan kesan ramai.
Orang-orang melihat, ada apa ini? Kok banyak motor? Akhirnya, mereka mulai tertarik, mencoba Primagama, dan akhirnya tumbuh menjadi sebuah lembaga bimbingan belajar yang cukup terkenal di negeri ini. Hasil dari getok tular, yang penting ramai duluan!
Bisnis kuliner, apalagi di momen bulan Ramadhan ini, memang mendapatkan berkah tersendiri. Ada banyak rezeki yang diberikan kepada para penjualnya. Kalau di tempat saya, yaitu: ibukota Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, harga kue rata-rata lima ribu rupiah dapat empat buah.
Baca Juga: Cuan Jelang Idul Fitri: Bisnis Video Ucapan Kreatif Makin Laris Manis!
Sebelumnya, harga satu kue adalah seribu rupiah. Lalu, pengambilan keuntungan bagaimana? Bisnis kue terbagi menjadi dua pihak, yaitu: produsen kue dan si penjual.
Para penjual menempati lokasi-lokasi yang strategis. Seperti yang pernah saya tulis di media ini, kawasan Masjid Raya Nurul Iman adalah yang paling ramai. Para penjual kue berhamburan di situ.
Dari satu kue yang terjual, 80% masuk ke kantong penjual, sedangkan yang 20% didapatkan si pembuat. Itu dahulu waktu harga kue masih seribu rupiah.
Sekarang, porsi keuntungan memang tidak jauh dari itu. Penjual mendapatkan pembagian lebih banyak karena mereka standby menjaga dagangan dan punya lokasi strategis itu tadi.
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.