Jatuhnya Saham Big Bank Berdampak Besar pada Penurunan IHSG

Ilustrasi Bank (Sumber gambar: caramesin.com)

Ilustrasi Bank (Sumber gambar: caramesin.com)

Like

Pada Senin (1/4), pasar modal Indonesia menyaksikan aksi jual yang signifikan, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpangkas sebesar 1,20% menjadi 7.201,10.

Penurunan tersebut dipicu oleh pelemahan saham-saham big bank, termasuk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia (BBNI) Tbk (BBNI).

Saham-saham blue chip ini mengalami penurunan harga yang cukup signifikan, berkisar antara 1 hingga 4 persen, dan dampaknya terasa dalam indeks pasar modal.

Baca Juga: 8 Cara Praktis Menyisihkan Uang untuk Menabung Saham

Pada pukul 10:38 waktu JATS, saham BBRI terkoreksi sebesar 2,48% di harga Rp5.900. Transaksi mencapai Rp448,06 miliar dengan volume bersih 75,20 juta saham.


Sementara itu, BMRI turun 2,76% di harga Rp7.050 dengan net-transaksi mencapai Rp194,58 miliar dan volume 27,37 juta saham.

Saham BBCA juga tertekan 1,99% di harga Rp9.875 dengan net-transaksi Rp277,70 miliar, sedangkan saham BBNI tergelincir sebesar 4% di harga Rp5.700.

Keempat saham tersebut memiliki bobot yang signifikan dalam IHSG dan kerap menjadi penentu arah pergerakan indeks.

Penurunan yang terjadi pada saham-saham big bank ini menambah tekanan negatif pada IHSG, terutama dalam beberapa sesi terakhir. 

Menurut Head of Research Retail MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, tekanan jual yang terjadi pada saham-saham ini bisa menjadi peluang bagi investor untuk masuk di harga yang telah terdiskon.

Strategi Buy on Weakness (BoW) bisa diterapkan dalam kondisi seperti ini, di mana investor memanfaatkan penurunan harga saham untuk melakukan akumulasi.

Baca Juga: 10 Saham Terbesar yang Merosot di BEI: Penurunan Tajam dan Dampaknya pada Pasar

Riset MNC Sekuritas juga memberikan analisis lebih mendalam terkait potensi pergerakan harga saham-saham big bank ini.

BMRI, misalnya, masih memiliki peluang untuk menguat jika mampu bertahan di level 6.950 sebagai batasan stop loss.

Analisis ini memberikan gambaran bahwa kondisi pasar yang sedang mengalami koreksi tidak selalu berarti penurunan yang berkelanjutan.

Ada potensi rebound atau kenaikan harga setelah mencapai titik terendah tertentu.