Menyusuri Celah Profit di Era Covid

Karantina tidak membuat kreatif, tapi menyediakan waktu luang untuk mencoba berbagai hal.

Karantina tidak membuat kreatif, tapi menyediakan waktu luang untuk mencoba berbagai hal.

Like

Pasca ditetapkannya status Pandemi Global oleh WHO (World Health Organization) pada 11 Maret lalu, seluruh pihak di hampir seluruh negara meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran wabah Covid-19 yang sudah memakan banyak korban jiwa.

Beberapa negara bahkan menerapkan lockdown sebagai langkah pencegahan terhadap virus Covid-19. Sebagian lain menerapkan sistem karantina kepada masyarakatnya dengan tujuan membatasi interaksi antar manusia dan menekan laju penyebaran virus.

Sama hal nya yang dilakukan pemerintah Indonesia, sejak 10 April 2020 menerapkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di kota-kota yang menjadi pusat penyebaran Covid. Selain itu, masyarakat juga dihimbau untuk melakukan karantina mandiri dan sebisa mungkin mengurangi interaksi langsung dan aktivitas diluar rumah.

Kondisi ini tentunya berdampak buruk bagi sektor bisnis khususnya UMKM. Dengan terbatasnya pergerakan pelanggan, banyak dari pelaku usaha terpaksa gulung tikar karena jumlah transaksi menurun drastis.

Hal ini memaksa para pelaku usaha harus memutar otak dan bertindak kreatif untuk tetap bisa menjaga bisnisnya tetap berjalan. Berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan penjualan seperti memasarkan produk secara online, hingga menyulap produk supaya bisa diserap oleh pasar.

Sebagai contoh, usaha produksi garmen yang menyulap bahan bakunya menjadi produk masker, atau usaha produksi parfum yang merubah formulanya menjadi hand sanitizer, atau bahkan usaha produksi makanan dan minuman yang merubah ramuannya menjadi produk yang menyehatkan. Dengan strategi yang terbilang kreatif ini, unit-unit usaha tersebut masih bisa bertahan dengan memaksimalkan sumber daya yang tersedia.


Namun sayangnya tidak semua unit usaha mampu menyiasati kondisi krisis ini. Nyatanya, banyak juga usaha kecil sampai korporat yang terpaksa melakukan efisiensi, bahkan bangkrut.


Hal ini memicu terjadinya PHK di banyak tempat, dan menambah jumlah angka pengangguran. Tapi tidak semua cerita tentang PHK berujung kelam, berkat kreativitas sebagian dari orang-orang yang terkena PHK ini justru menemukan celah untuk membangun bisnisnya sendiri.

Ada mantan pegawai bank yang menjadi tukang sayur online, seorang chef yang membuka jasa katering online, seorang instruktur fitness yang membuat kelas pelatihan online. Mereka adalah contoh pihak yang berhasil menyusuri celah sempit ditengah terpaan krisis, tentunya dengan berbekal kemauan dan kreativitas.

Selain pergeseran status dari pegawai menjadi pengusaha pada cerita diatas, pada masa karantina juga banyak muncul kalangan masyarakat yang "mendadak bisnis". Dengan banyaknya waktu dirumah, sebagian orang memanfaatkan kondisi tersebut menyalurkan passion atau hobinya, bahkan ada yang sekedar mencoba suatu hal baru dengan alasan jenuh.

Satu per satu, orang-orang ini kemudian mengemas dan menjual hasil kreativitasnya menjadi produk yang bisa diserap pasar. Hasilnya, justru menjadi profit yang membantu mereka bertahan dari kondisi krisis.

Hebatnya lagi, para pebisnis dadakan ini rupanya mampu menjadi inspirasi bagi orang lain untuk ikut memasarkan hasil krearivitasnya. Maka itu, janganlah heran jika di masa karantina kita melihat banyak relasi kita yang "mendadak bisnis" di medsos atau jalur lainnya. Ini merupakan hal yang bagus dan inspiratif tentunya.

Berkat hadirnya pemain-pemain dadakan dibidang bisnis, pasar kini memiliki lebih banyak pilihan produk yang ditawarkan. Mulai dari produk makanan dari resep eksperimen sampai dengan jasa joki tugas kuliah atau sekolah. Luar biasa bukan?

Apapun produk yang ditawarkan, masa karantina mengajarkan kita untuk berani berkreasi, berinovasi, beradaptasi terhadap kebutuhan pasar dan merubahnya menjadi profit. Menjadi kreatif bukan berasal dari bakat, tapi dari hasil pengulangan dan percobaan dari hal-hal yang dilakukan sampai mendapat hasil terbaik.

Masa karantina tidak membuat kita jadi kreatif, tapi memberikan kesempatan untuk mencoba lakukan sesuatu sampai hasilnya maksimal.

Hal lain yang juga menarik adalah, karantina membuat kita cenderung menyerap informasi lebih banyak sehingga menambah referensi yang bermanfaat untuk menunjang kreativitas. Waktu lebih yang ada bisa dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan tentang banyak hal, bisa berupa ide usaha atau investasi yang berpotensi mendulang profit. Saat ini, kondisi masih belum sepenuhnya pulih dan aktivitas masih terbatas, masih belum terlambat bagi kita untuk menyusuri celah dan peluang mendapatkan profit dan mengembangkan kreativitas kita.