Karantina Berbuah Kreativitas : Masker Handmade dengan Sulaman Menjadi Fashion-style yang Epik

Masker sulam nan epik

Masker sulam nan epik

Like

Sebelum pandemi Covid-19 segala sektor bergerak bersaing menuju titik maksimum. Kemudian segalanya seolah berbanding terbalik dan terlihat berantakan bak puzzle acak, pandemi ini memporak-porandakan semua sendi kehidupan.

Pergerakan manusia dan barang yang hingar-bingar kemudian seolah terhenti, kebingungan dan kecemasan yang kian menyeruak. Hingga akhirnya “jaga jarak” dan “work from home” begitu mengaung.

Di masa pandemi seperti sekarang ini ketenangan pikiran dan jasmani yang kuat diharapkan dapat seimbang. Pepatah mengatakan bahwa bahwa obat yang paling mujarab adalah pikiran anda sendiri. Sehingga, menyegarkan diri dengan hal-hal positif sangat penting pada kondisi saat ini.

Tentu saja keadaan ini menjadi pro-kontra yang terus diperdebatkan. Di antara mereka masih merasakan comfort-zone pada masa ini tentunya menjadi keuntungan tersediri.

Bagi mereka pecinta suasana rumah, mungkin akan menghabiskan waktu dengan segudang hobi di rumah seperti membaca, memasak, hingga berkebun. Namun, keadaan yang tak kunjung kondusif rupanya memanglah mengkhawirkan, sehingga bangun dan berbuat menjadi pilihan yang harus dijalani.


Salah satunya, menggeluti hobi untuk menenangkan pikran. Ada berbagai hobi yang digemari dan populer, hal ini dipengaruhi gaya hidup, lingkungan dan tren yang tengah berkembang.

Satu dari sekian banyak hobi yang dapat disebutkan yakni menyulam. Menyulam sendiri terkadang dianggap kegiatan yang membosankan, meletihkan bahkan terkadang dikaitkan dengan masalah umur bahwa mereka yang melakoni kegiatan ini dari kalangan orangtua.

Namun, perlu diketahui bahwa menyulam kurang diminati oleh generasi saat ini, karena memang pada dasarnya kegiatan ini memerlukan kreatifitas yang tinggi dalam menggambar pola hingga memilih warna, fokus lebih lama dan waktu penyelesaian pun lebih lama. Seolah tak ada kesalahan yang biasa ditoleransi sebuah tusukan dari sehelain benang.

Hal ini seakan menjadi belati bermata dua, sebab dibalik sisi negatifnya justru menjadi nilai lebih ketika dipasarkan. Semakin rumit pola dan semakin menarik warnanya akan menjadi kepuasan tersendiri bagi penyulam dan harganya lebih mahal jika dipasarkan.

Menyulam pun tidak membutuhkan ruang yang besar dan tidak banyak menghalangi mobilitas sang pengrajin sehingga menyulam dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Selain itu, menyulam dapat dikombinasikan dengan ragam tambahan seperti manik-manik hingga diaplikasikan pada media kain dari berbagai jenis.

Sulaman pun dapat ditemui di berbagai produk seperti tas, pakaian, hingga aksesoris bahkan yang tengah diminati saat ini yaitu masker dengan sulaman nan cantik. Sehingga pada masa karantina baik mandiri maupun daerah pada beberapa wilayah, menyulam menjadi kegiatan yang solutif dan dapat berbuah manis dengan menghasilkan produk yang dapat dipasarkan.

Kebutuhan masker yang terus bertambah menjadi peluang tersendiri bagi pegiat usaha baik di bidang kesehatan hingga mereka yang bergelut di fashion. Mereka yang tetap ingin terlihat menarik tentulah mencari masker terbaru dan terbaik yang tentunya dalam kategori aman sesuai prosedur kesehatan. Oleh karena itu, peluang terbuka lebar bagi mereka yang menyenangi kegiatan menyulam, maskerpun menjadi media yang dapat mereka kreasikan.

Inilah bentuk penyesuaian menyulam selama pandemi yang tengah melanda. Kreasi para penyulam menghias helaian-helaian masker.

Ragam warna dikombinasikan dan disesuaikan dengan motif hingga aksesoris yang digunakan menjadi daya tarik tersendiri bagi pecinta menyulam dan sulaman. Bagi mereka pecinta mode, sulaman menempati ruang tersendiri dan selalu menarik minat bagi yang melihatnya. Oleh sebab itu, gaya ini tidak pernah pudar dimakan waktu.