Sebelum Memutuskan Freelance, Gen Z Wajib Tahu Hal Risikonya!

Tidak akan ada habisnya ketika memnbicarakan gen Z, yang merupakan kelompok manusia dengan tahun kelahirannya pada 90-an pertengahan sampai 2010. Gen Z yang akhir-akhir ini juga dibahas kinerjanya dalam dunia kerja. Apalagi, kini muncul trend kalau Gen Z lebih suka kerja freelance.

Karakteristik yang unik dikarenakan sudah mengenal teknologi dengan baik membuat gen Z lebih cepat beradaptasi dengan berbagai perkembangan teknologi dalam dunia kerja.

Banyak ide cemerlang yang muncul dari generasi ini, bahkan inovasi terbaru dari sebuah perusahaan seringkali berkembang karena memiliki pekerja dari gen Z.

Saat ini pekerja dari gen Z merasa nyaman untuk bekerja freelance dibandingkan sebagai fulltime, isu ini tetap relate, mengingat gen Z yang dikenal mudah bosan untuk melakukan satu pekerjaan saja, jadi wajar apabila gen Z memilih untuk melakukan pekerjaan freelance.

Meskipun demikian gen Z harus tetap menyadari bahwasanya sebagai pekerja lepas di usia muda, ada resiko-resiko yang harus diketahui kedepannya. Dari sudut pandang seorang milenial, berikut risiko yang dapat dirangkum.


Baca Juga: Fenomena Kerja Freelance di Kalangan Gen Z, Seberapa Worth It sih?

Risiko Kerja Freelance dari Kacamata Millenial

1. Sulit Bersosialisasi

Pekerja lepas artinya tidak terikat dengan instansi manapun, pekerjaan yang dilakukan gen Z semata-mata untuk menyelesaikan 1 project dan project lainnya.

Kemungkinan untuk bersosialisasi dengan orang lain sangat minim, meskipun tetap ada, pasti tidak sebanyak bersosialisasi saat menjadi pekerja full time yang biasanya harus bertemu dengan orang lain, minimal dengan team work.

Bertemu dengan orang lain, bukan hanya bertujuan untuk sosialisasi, lebih dari itu menjalin relasi yang banyak dengan berbagai macam orang membuat mental lebih terbentuk serta jaringan yang luas di usia muda cukup penting, loh.