Membangkitkan Produktivitas Saat di Rumah Aja

Penulis sedang serius mengikuti webinar (dokumentasi pribadi)

Like

Selalu ada dua sisi pilihan ketika kita berhadapan dengan sebuah masalah. Ada yang memilih optimis atau pesimis. Ada pula yang memilih fokus pada solusi atau larut dalam masalah. Setiap pilihan kita, tentu sangat dipengaruhi oleh cara pandang (mindset) atau kondisi hati.

Itulah sebabnya, kita harus tetap memperhatikan cara pandang atau kondisi hati kita secara terus menerus.

Orang yang banyak bersyukur dan berserah pada Tuhan, tentu akan memiliki cara pandang atau kondisi hati yang cenderung lebih baik. Sehingga, pilihannya jauh lebih bijak dan cerdas. Sementara orang yang mudah menyerah, tentu akan dekat dengan pilihan pesimis dan larut dalam permasalahnya.

Saya jadi ingat dengan sebuah kalimat bijak yang lahir dari perenungan saya ketika menghadapi masa pandemi ini.

“Kata menyerah adalah harta terakhir kaum pesimis. Sementara kaum optimis memiliki kata berserah sebagai harta pertamanya (Thurneysen).”

Masa-masa pandemi seperti ini, meratapi dan menyesali keadaan tentu tidak akan menyelesaikan masalah, sebaliknya justru akan memperuncing masalah tersebut.

Untuk itu, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, kita harus terus mencoba pilihan yang lebih bijak dan cerdas menyikapi keadaan. Salah satunya, bagaimana agar kita tetap berpikir dan bertindak produktif dan kreatif, walau harus menghabiskan waktu di rumah saja. Bagaimana kita membangun sebuah kesadaran bahwa setiap tantangan sedang melatih kita agar hidup lebih tangguh di masa mendatang.


Sesungguhnya, manusia memiliki kecerdasan akan itu. Kecerdasan mengubah tantangan atau hambatan menjadi sebuah peluang. Begitu kata Paul G. Stoltz dalam bukunya Adversity Qoutient yang terkenal di zaman saya kuliah dulu.

Ditengah-tengah ketidakpastian seperti sekarang, saya sendiri telah berupaya untuk memilih tindakan yang bijak dan cerdas agar tidak mudah menyerah di masa pandemi ini. Setidaknya, tindakan-tindakan berikut merupakan tindakan produktif dan kreatif yang saya lakukan.

Pertama, memperbanyak ikut seminar online (webinar), terutama yang berhubungan dengan profesi dan pengembangan diri, passion, serta inspirasi dan motivasi diri.

Menariknya, ketika saya mengikuti webinar, bukan saja ilmu yang saya dapatkan. Ternyata tidak sedikit penyelenggara yang mengapresiasi peserta terbaik atau yang paling aktif dengan cara memberikan uang elektronik, buku-buku bacaan, sertifikat, souvenir menarik, atau yang lainnya. Seru bukan?

Saya sendiri beberapa kali mendapat apresiasi dari penyelenggara. Inilah yang saya sebut tindakan produktif dan menjalaninya butuh kreativitas berpikir agar bisa menjadi peserta terbaik dan yang paling aktif.
 

salah satu hasil apresiasi untuk penulis dari sebuah webinar (dokpri)


Kedua, disiplin dan konsisten menulis. Selama tiga bulan menjalani anjuran di rumah saja, setidaknya saya juga semakin aktif menulis artikel. Beberapa tulisan tersebut saya ikutkan dalam lomba menulis atau memenuhi permintaan dari beberapa perusahaan yang sedang mempromosikan produknya.

Bukankah ini lebih bermakna dari pada saya ikut masuk kelompok kaum rebahan? Mengerjakan passion dan menghasilkan pula. Untuk itu, saya harus tetap mengasah kreativitas.

Ketiga, aktif mengikuti beberapa kuis di media sosial. Ternyata, menguti kuis di media sosial itu lumayan menarik. Saya pun dapat mengasah otak, melatih kreativitas berpikir dan tentu dapat menambah rezeki. Berdasarkan pengalaman, tidak sedikit kuis di media sosial yang saya ikuti justru terpilih sebagai pemenang.

 

salah satu hasil dari kuis di media sosial (dokpri)


Keempat, selama pandemi, ternyata saya lumayan senang mengolah kata menjadi sebuah kata bijak (quote). Bahkan, puluhan kata bijak telah saya publikasikan di media sosial pribadi. Ternyata kata bijak itu mendapatkan tempat juga di hati beberapa teman, terlihat dari beberapa komentar mereka.
 
Menurut hemat saya, masa-masa sulit seperti sekarang, kita harus semakin banyak menularkan kebaikan salah satunya dengan menghasilkan kata bijak dari perenungan pribadi. Setidaknya melalui kata bijak tersebut berharap banyak yang terinspirasi dan termotivasi. Bukankah menularkan hal-hal positif itu jauh lebih baik dari menularkan hal-hal negatif?
 
Itulah beberapa tindakan produktif yang saya lakukan selama menjalani masa WFH hingga masa PSBB.
 
Mungkin, bisa saja bagi sebagian orang kalau tindakan yang saya lakukan bukan sesuatu yang produktif dan kreatif. Tapi bagi saya pribadi, bahwa tindakan ini adalah sesuatu tindakan yang produktif dan kreatif.

Saya berpikir produktif itu bukan harus melakukan dengan hal-hal yang besar saja. Ketika tindakan yang kita lakukan itu bermakna, memberi nilai tambah, dan membahagiakan, maka itu adalah tindakan yang produktif dan kreatif. Intinya, ciptakanlah produktivitas dan kreativitas sesuai porsi dan kapasitas kita masing-masing. Terutama di masa pandemi seperti sekarang. Saya jadi teringat apa yang dikatakan Wahyu Ichwandardi dan Dita W Yolashasanti, "Kreativitas dibutuhkan untuk bertahan hidup di tengah pandemi virus corona atau Covid-19" (Bisnis.com)

Akhir kata, mari kita tingkatkan produktivitas kita masing-masing. Jangan jadi kaum rebahan, tetapi jadilah kaum kreatif dan produktif.

[Thurneysen]