Moderator Digital: Solusi Berkiprah Pemilik Kecerdasan Linguistik saat Pandemi Covid-19

Mikrofon Menjadi Salah Satu Alat yang Lekat dengan sang Moderator Digital. (Sumber: tarjiem.com)

Like

Saat ini, dunia masih diselimuti dengan wabah Covid-19 yang sudah menjadi kasus pandemi. Beberapa dari kita masih bimbang dengan makna pandemi itu sendiri.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menerjemahkan kata pandemi sebagai wabah yang berjangkit serempak dimana-mana, meliputi daerah geografi yang luas. WHO pun menyatakan bahwa pandemi tak berhubungan dengan jumlah korban dan keparahan korban, melainkan pada jangkauan penyebaran secara geografisnya. Maka, pandemi dapat dimaknai sebagai kategori penyakit yang menjangkiti sebagian besar negara yang membuat tiap-tiap negara memiliki beban yang bertambah.

Khusus di Indonesia, bertambahnya beban akibat Covid-19 yang secara otomatis akan mengesampingkan percepatan pembangunan di segala sektor menjadi problematika yang harus disiasati jalan keluarnya dengan benar. Jika tidak, masyarakatlah yang akan menjadi korbannya.
 

Infografis perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia per 3 Juli 2020. (Sumber: covid19.go.id)


Kasus konkret pun bermunculan di kehidupan masyarakat. Salah satunya ialah kasus pengangguran konjungtur.

"Pengangguran konjungtur atau siklis (cyclical unemployment) merupakan pengangguran yang diakibatkan oleh turunnya kondisi perekonomian suatu pelaku ekonomi maupun negaranya." (Alam S., 2017: 102)

Berdasarkan perspektif tersebut, Covid-19 telah membuat perekonomian lesu hingga berada di ambang resesi dan mengakibatkan pengangguran secara terbuka karena tren konjungtur (menurunnya kegiatan ekonomi negara) itu sendiri. Tak hanya itu, kualitas sumber daya manusia juga dapat menurun karena semenjak semua orang dianjurkan untuk berada di rumah, kemampuan dan kreativitas yang dimiliki kebanyakan orang takkan diasah apalagi dikembangkan secara maksimal.

Menurut Suhariyanto sebagai Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), "Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia akan melambung di atas 5% jika pandemi belum berakhir hingga kuartal II tahun 2020." (Wike Dita Herlinda, Bisnis.com)

Pernyataan itu diharapkan tidak terjadi di tanah air walaupun sampai saat ini kasus Covid-19 di Indonesia belum mencapai klimaksnya. Padahal, Indonesia sudah memasuki kuartal III per 1 Juli 2020. Untuk itu, sebagai masyarakat yang patuh terhadap hukum dan pemerintahan, kita harus memulai gebrakan baru yang semuanya itu dapat dilakukan dengan di rumah saja.

Kita sebagai khalayak yang hidup di era informasi dan komunikasi digital dapat memutar otak untuk mengembangkan bakat yang ada pada diri kita. Kebiasaan berbicara yang lancar dan tak ada hentinya, dapat melatarbelakangi seseorang untuk menjadi pembawa dan pengatur diskusi, yakni moderator. Maka dari itu, moderator sangat bergantung pada kemampuan linguistik yang dimiliki seseorang.
 

Ilustrasi seorang anak yang memiliki kemampuan berbicara secara lugas. (Sumber: popmama.com)



Dalam kegiatan diskusi, terdapat satu substansi yang perlu dicermati oleh kita. Bagi sebagian khalayak berpendapat, bahwa kegiatan ini hanya akan efektif jika diselenggarakan secara offline, alias tatap muka

Metode diskusi seperti itu sudah sangat klasik bagi kita yang hidup di era serba digital. Apalagi ditambah dengan anjuran pemerintah untuk membatasi interaksi sosial dan berkumpul dalam satu tempat saat pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia.  

Webinar menjadi solusi di kondisi saat ini. Hanya dengan mengandalkan konektivitas jaringan internet dan perangkat gawai yang kita miliki seperti handphone maupun laptop/komputer, webinar akan sangat mudah untuk dilakukan. Oleh karena itu, webinar dapat pula dikatakan sebagai diskusi via daring.
 

"Webinar sebetulnya bukan barang baru. Namun, popularitasnya baru melonjak satu dua bulan terakhir. Karena Covid-19, eksistensi webinar atau web-based seminar sangatlah tinggi." (Rezha Hadyan dalam Bisnis.com)


Metode yang digunakan dalam webinar sepadan dengan metode yang digunakan pada seminar konvensional. Dalam menjalankan sebuah webinar, diperlukan peran ‘moderator digital’. Maksud peran ini adalah sang moderator seakan-akan nyata wujudnya dan berada di hadapan kita walaupun terbatasi oleh ruang siber (cyber space) yang bersifat maya.
 

Webinar 'Professor’s Lecture On Covid-19' oleh IDI Surabaya dan FK UNAIR. (Sumber: fk.unair.ac.id)


Seseorang yang menjadi ‘moderator digital’ haruslah pandai dalam berbahasa. Kemudian, ia harus dapat mengatur jalannya webinar, mulai dari timing (waktu) keynote speech atau narasumber dalam menyampaikan materinya hingga mengondisikan penonton atau peserta webinar agar tertib dan teratur. Tantangan demi tantangan tersebut harus mampu ia jalankan agar diskusi via daring ini dapat berjalan lancar dan efektif.

Pandemi ini memiliki hikmah untuk tetap mengasah kemampuan yang dimiliki seseorang. Begitu juga Anda yang memiliki kecerdasan linguistik. Kecerdasan linguistik ini dapat Anda asah dengan tujuan agar dapat fasih dalam berbicara di depan umum dan tak terbelit-belit.

Banyak media pembelajaran yang dapat Anda gunakan dalam mengasah kecerdasan linguistik Anda. Dengan mendengarkan orang lain berbicara dengan tempo cepat dan memahami maksud pembicaraan tersebut secara intensif dapat membantu Anda untuk memperbesar peluang menjadi sang moderator digital yang handal dan profesional.

Selain itu, sang ‘moderator digital’ juga harus dapat save (simpan) dan recall (memanggil kembali) informasi yang disampaikan keynote speech atau narasumber webinar. Hal ini juga dijelaskan oleh Dewi Agushinta dan Ida Ayu Yulie (2008) dalam buku Interaksi Manusia dan Komputer: Teori Dasar, bahwa:
 

"Ada tiga aktivitas yang dilakukan oleh memori jangka panjang, yaitu: menyimpan atau mengingat informasi, menghilangkan atau melupakan informasi, serta memanggil kembali informasi." (Dewi A. & Ida Ayu Y., 2008: 24)

Menyimpan dan memanggil informasi ini diharapkan juga oleh penonton atau peserta diskusi agar dapat memasukkan informasi yang terlewat dengan mendengar kesimpulan yang diucapkan sang moderator di akhir diskusi daring. Selain itu, moderator digital pun dapat melakukan penalaran (reasoning) dengan maksud agar informasi yang disampaikan dapat dikolaborasikan dengan pemikiran sang moderator untuk membuat notula diskusi.

Berdasarkan pemaparan yang telah dibahas di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadinya pandemi Covid-19 di Indonesia dapat menumbuhkan kemampuan dan kecerdasan linguistik yang dimiliki oleh seseorang khususnya Anda, sehingga moderator digital dapat Anda perankan dengan baik, handal, dan profesional saat berdiskusi via daring. Peran ini juga menjadi solusi yang efektif dan menguntungkan, karena dapat mengasah berbicara di depan umum dan menghasilkan uang.

Dengan demikian, kita dapat menafsirkan hal-hal yang perlu diperhatikan dan dicermati untuk menjadi seorang moderator digital yang handal dalam memandu sebuah webinar, yaitu:

  1. Harus berani, pandai, dan lantang dalam berbicara dan berekspresi di depan umum

  2. Menguasai kosakata bahasa yang sesuai dengan kaidah kebahasaan

  3. Memiliki keterampilan dasar yang sesuai dengan peran moderator dalam etika berdiskusi secara daring

  4. Mampu menjadi pendengar yang baik agar dapat mencatat notula diskusi

  5. Mampu mengatur segala sesuatu yang terjadi dalam diskusi

  6. Memiliki alat pendukung webinar, seperti: internet; mikrofon; headphone; pulpen; buku catatan; perekam audio; dan sebagainya

  7. Menguasai aplikasi yang digunakan untuk kegiatan webinar

Solusi ini diharapkan dapat memotivasi Anda yang ingin sekali menjadi seorang ‘moderator digital’ yang handal. Tak hanya itu, pemikiran Anda juga akan terbuka dalam melihat kesempatan dalam kesempitan kala Covid-19 yang masih mewabah di Indonesia. Teruslah berinovasi dan ikut andil dalam meramaikan era digitalisasi di Indonesia!

BERKARYA UNTUK INSAN!
BANGGAKAN NEGERI MELALUI KECERDASAN LINGUISTIK!

Simak tips menjadi seorang moderator diskusi yang handal berikut!
 


 

Tampilan awal video. (Sumber: Youtube.com/HidayatProject)