Cara Anak Kos Bertahan Saat Masa Pandemi

Cara Anak Kos Bertahan Saat Masa Pandemi. Doc : Andini Harsono/Canva

Like

Sebagai anak kos dengan pekerjaan sebagai seorang freelancer, saya harus siap dengan segala kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, termasuk tiba-tiba ada pandemi seperti yang sudah kita alami sejak bulan Maret 2020 lalu. Meskipun saat ini sudah memasuki era baru (new normal), namun sebagai seorang freelancer belum bisa dikatakan stabil karena pekerjaan belum sepenuhnya kembali berjalan normal. Jadi saya masih harus bertahan sebagai anak kos dan juga freelancer.


Melalui artikel ini, saya ingin berbagi pengalaman terkait bagaimana cara saya bertahan selama 4 bulan ini -dan belum tahu sampai kapan pandemi ini benar-benar berakhir. Seperti yang tertulis pada artikel yang saya baca di Bisnis.com tentang “Ini Cara Mengelola Keuangan Saat Virus Corona” oleh Desynta Nuraini pada 26 Maret 2020, bahwa jika masyarakat mampu mengatur keuangan maka akan mampu bertahan di tengah pandemi virus corona ini.

Diperlukan sikap bijak dalam mengatur pengeluaran, termasuk dalam membeli kebutuhan seperlunya dan tidak melakukan panic buying. Nah, saya coba menerapkannya selama 4 bulan menjalani isolasi mandiri.

Baca juga: Enggak Punya Penghasilan Tetap, Gini Caranya Atur Keuangan Freelancer

 

Hitung Dana Darurat dan Jumlah Tabungan

Sejak memutuskan menjadi freelancer, maka saya harus tegas terhadap diri sendiri dalam mengatur keuangan agar tidak menyusahkan diri sendiri apalagi orang lain. Saya mulai belajar sana sini, berkonsultasi pada yang sudah lebih senior, dan mulai menerapkannya. Memisahkan uang saat menerima honor dari suatu pekerjaan adalah langkah pertama untuk membuat keuangan saya stabil dan membuat saya jadi memiliki tabungan.

Setelah terbiasa menabung, saya memikirkan untuk memiliki dana darurat yang digunakan jika ada kondisi darurat di luar dugaan seperti pandemi ini. Ketika semua dibatasi sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran virus corona, saya patuh dengan mengisolasi diri di kos dan lebih memperhatikan kesehatan serta kebersihan diri dan lingkungan.


Resikonya saya sudah tahu, yaitu saya akan kehilangan beberapa pekerjaan karena memang pekerjaan saya berkaitan dengan orang banyak. Jadi, mana mungkin bisa dilaksanakan di masa pandemi ini? Untuk itu, saya segera menghitung baik-baik jumlah dana darurat dan tabungan yang saya miliki agar saya tahu, berapa lama saya bisa bertahan dengan tanpa pemasukan sama sekali.
 

Ilustrasi Tabungan. Doc : Andini Harsono/Canva

 


Tetapkan Pengeluaran Per Bulan

Prinsip saya sejak jadi freelancer adalah “Pemasukan tidak apa-apa tidak tetap, tapi pengeluaran harus tetap.” Maka, ketika pandemi ini sudah bukan hal yang sulit bagi saya untuk menetapkan pengeluaran tetap setiap bulannya.

Item yang pokok harus diutamakan seperti membayar sewa kamar kos saya, makan sehari-hari, dan kebutuhan toilet: sabun, deterjen, dan lain-lain. Ditambahkan kebutuhan sanitasi agar terhindar dari virus seperti hand sanitizer, disinfektan, dan masker.

Karena tidak ada kegiatan di luar rumah, maka anggaran transportasi saya alokasikan untuk membeli vitamin, perbanyak kuota (karena di rumah aja perlu kuota banyak hehe), dan juga berbagi. Walaupun sedang mengalami penghematan, bukan berarti tidak bisa berbagi kan? hehe.
 

Hindari Belanja Online

Salah satu cara saya bertahan adalah dengan tidak meng-install satu pun aplikasi belanja online yang saat ini sedang menjadi primadona. Alasannya, agar saya tidak tergoda dengan harga-harga diskon yang tersedia sementara sebenarnya saya tidak butuh-butuh amat barang tersebut. Jadi untuk menghindari pembelian barang yang tidak terlalu dibutuhkan (dibeli karena laper mata), maka saya tidak memiliki aplikasi belanja online tersebut.
 

Belanja Kebutuhan Sehari-hari Secara Berkala

Agar tidak terbuang mubazir, maka saya belanja kebutuhan sehari-hari secara berkala. Saya akan keluar kos 2-3 hari untuk belanja bahan makanan.

Tentunya ketika keluar kos, saya menggunakan masker dan sedia hand sanitizer. Belanja secara berkala juga menghindari dari sikap kepanikan dan menimbun makanan. Selain itu, kita juga jadi mengetahui apa yang kita inginkan dan butuhkan sesuai dengan anggaran yang sudah ditetapkan sebelumnya.
 

Ilustrasi Masak Sendiri. Doc : Andini Harsono/Canva

 

 


Masak Sendiri

Ibu kos memang tidak menyediakan dapur umum untuk anak kos yang tinggal. Namun, beliau mengijinkan anak kos untuk memiliki rice cooker agar bisa masak nasi.

Jadi, saya memanfaatkan rice cooker untuk masak sayur juga. Hehe.. Kebetulan saya memiliki rice cooker yang serbaguna bisa untuk mengukus dan membuat mi instan.

Dengan masak sendiri, saya jadi bisa lebih berhemat dan juga membuat makanan sesuai selera. Saya juga jadi bisa memperbanyak konsumsi sayur yang bermanfaat untuk menjaga imunitas yang dibutuhkan di masa pandemi ini.

Kira-kira itu cara saya untuk tetap bertahan di era pandemi ini -yang entah sampai kapan berakhir. Apapun kondisinya, kita harus menjaga kesehatan tubuh dan juga pikiran.

Tetap berpikir positif, berprasangka baik, dan lakukan hal-hal yang produktif. Sebagai pegiat media sosial, saya merasa lebih produktif membuat konten-konten positif di akun media sosial saya selama isolasi mandiri ini. Setidaknya, kita tetap bergerak agar tidak stres.

Harapan kita semua, semoga pandemi ini dapat segera berakhir dan kita semua bisa kembali bekerja serta beraktivitas dengan normal seperti sediakala.

Ilustrasi Freelancer. Doc : Andini Harsono/Canva

 
Baca juga: Tips Mengatur Keuangan Freelancer di Masa Pandemi