Belajar Menjadi Seniman Produktif di Masa Pandemi dari Taylor Swift

Taylor Swift sedang mengisolasi diri di rumahnya, 'biiig isolation'. Tulisnya di sosial media.

Like

Taylor Swift mengejutkan dunia musik dengan mengeluarkan album baru berjudul 'Folklore' pada 24 Juli lalu. Berbeda dengan album Swift lainnya, album ini bernuansa indie dan melodramatik.

Taylor mengaku, isolasi selama karantina pandemi COVID-19 telah membuat imajinasinya semakin liar dan membuat proses penulisan lagu serta melodi menjadi mengalir begitu saja. Inilah mengapa lagu-lagu di dalam album 'Folklore' terkesan sangat fiksional dan puitis dengan lirik yang bisa diinterpretasikan dari segala sisi.

"Dalam isolasi, imajinasi saya telah menjadi liar dan hasilnya adalah album ini. Saya telah menceritakan kisah-kisah ini dengan kemampuan terbaik saya dengan semua cinta, keajaiban, dan imajinasi yang layak mereka dapatkan. Sekarang terserah Anda untuk mewariskannya," tulis Taylor Swift secara mendadak di akun sosial medianya selagi mengumumkan perilisan albumnya yang keluar pada malam hari itu juga.

Fans mendadak histeris, karena berkaca dari album-album sebelumnya, Swift selalu mengumumkan tanggal perilisan albumnya berbulan-bulan sebelum perilisan. Belum lagi, situasi pandemi yang memburuk dan album terdahulunya, 'Lover', yang belum genap berumur setahun juga membuat orang mengira musisi wanita berumur 30 tahun ini sedang beristirahat sejenak.

Pada bulan April, Swift juga mem-posting foto selfie dirinya dengan make up minimalis dengan caption "Not a lot going on at the moment (tidak banyak yang terjadi akhir-akhir ini.)". Tidak ada yang tahu bahwa Swift sebenarnya sedang mengerjakan proyek albumnya saat itu.


Album 'Folklore' berisi 17 lagu yang ditulis, diproduksi, dan diedit semasa pandemi. Semenjak perilisannya, album ini sudah mendapatkan respon positif dari para pendengar dan kritikus. Album ini juga menduduki tangga puncak lagu iTunes di 81 negara termasuk Indonesia, dan didengarkan lebih dari 80 juta kali di Spotify pada 24 jam pertama sejak perilisannya.

"Saya tidak hanya menulis cerita saya sendiri." ungkap Taylor Swift, lalu melanjutkan, "tapi juga menulis tentang perspektif orang yang tak pernah saya temui." Lirik-lirik dalam lagu Swift memang sangat mengena di hati pendengarnya.

Taylor Swift memang sudah sejak lama menulis lagu. Sampai-sampai, ia mengaku tidak ada hari ia lewatkan tanpa menulis sebuah lagu walau hanya beberapa bagian.

"Pasti ada saat-saat ketika gagasan ini datang dan mendarat di depan wajah Anda lalu Anda meraihnya," kata Taylor. 

"Banyak penulisan lagu adalah hal-hal yang kamu pelajari, susun, dan kembangkan keterampilan itu, dan ketahui cara membuat lagu. Tetapi ada momen-momen mistis, magis, momen-momen yang tidak dapat dijelaskan ketika sebuah ide yang sepenuhnya terbentuk hanya muncul di kepala Anda. Dan itu bagian paling murni dari pekerjaan saya. Ini bisa menjadi rumit di setiap tingkat lainnya, tetapi penulisan lagu masih proses yang sama rumitnya ketika saya berusia 12 tahun menulis lagu di kamar saya. "

Taylor Swift sadar bahwa pandemi membuat orang merasa panik, cemas, dan takut. Oleh karena itu, dia berusaha menulis album yang penuh dengan cerminan pribadi, destruktifitas, dan kerapuhan dalam 'Folklore'.

"Sebelum tahun ini, saya mungkin akan berpikir kapan harus merilis musik ini pada waktu yang 'sempurna'," tulisnya di Instagram, "tetapi saat-saat di mana kita hidup terus mengingatkan saya bahwa tidak ada yang dijamin."  Dengan itu, Swift melakukan lompatan keyakinan, bersandar pada ketidakpastian yang kita semua alami saat ini, dan memberi kami karya artistik yang orang-orang butuhkan.

Memulai kariernya pada umur 16 tahun, Taylor Swift memang dikenal sebagai musisi yang bekerja keras. Sebelum dinobatkan sebagai 'Artist of the Decade' di American Music Awards, ia adalah gadis biasa yang menggenjreng gitarnya sendirian di kamar sampai jari-jarinya berdarah, tampil di bar-bar kota di Tennessee, dan juga mempromosikan albumnya di radio-radio lokal bersama ibunya. 

Sementara itu, ia juga terkenal akan penampilan dan gaya musiknya yang selalu berubah-ubah setiap tahun. Selalu ada era baru bagi Taylor Swift dan produktivitasnya dalam bermusik tidak pernah menurun.

Ini membuatnya berbeda dengan musisi lain dan juga penyebab mengapa ia masih memiliki sangat banyak penggemar di usianya yang sudah menginjak 30 tahun. Musik Taylor Swift selalu berevolusi dan tak lekang oleh waktu.

"Dunia tidak berutang apa pun kepada Anda, Anda harus bekerja untuk semua yang Anda dapatkan dan dan Anda harus menghargai setiap keberhasilan kecil yang diberikan dunia kepada Anda."

- Taylor Swift