Belajar dari Irma Suryati, Sociopreneur yang Tetap Cuan di Tengah Pandemi

Irma Suryati saat menjadi bintang tamu di acara Kick Andy (Sumber: Facebook Irma Surya Agusti)

Like

Pandemi Corona menjadi pukulan berat bagi para pelaku usaha, terutama pelaku usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM). Padahal menurut Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Pemberdayaan Perempuan, Nita Yudi sebagaimana dikutip dari Bisnis.com, UMKM memiliki kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan menyumbang GDP sebesar 60 persen dan penyerapan tenaga kerja hampir 98 persen. Sebanyak 60 persen pelaku UMKM tersebut adalah milik pengusaha perempuan. 

"Pengusaha yang ada di Indonesia menurut data terdaftar sekitar 62 juta, 57 juta berasal dari mikro dan kecil, 60 persennya, miliknya perempuan pengusaha," ungkap perempuan yang juga menjabat ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) tersebut.

Masih mengutip dari Bisnis.com, peneliti Center for Indonesian Policy Studies, Nadia Faizura menyatakan bahwa keterwakilan perempuan pengusaha dalam jumlah yang besar tersebut juga membuat mereka lebih rentan terkena dampak pandemi corona. Oleh sebab itu, kontribusi perempuan pengusaha sangat diperlukan dalam upaya memulihkan perekonomian nasional usai masa pandemi corona berlalu. 

Mengenal Irma Suryati, Sosok Difabel yang Inspiratif

"Saya nyicil jawabnya ya mba, nyambi ada acara hari ini," tulis Irma Suryati saat dihubungi via WA tempo hari lalu. 


Setelah pemerintah menerapkan kebijakan New Normal, perempuan pengusaha penerima Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden Jokowi pada tahun 2019 ini tampak semakin sibuk mengisi acara seminar di berbagai tempat. Kondisi fisik yang tidak sempurna tak menghalanginya untuk terus berbagi inspirasi kepada orang lain. 

Irma Suryati adalah pengusaha keset berkarakter yang sudah malang melintang di berbagai stasiun televisi nasional. Jatuh bangun perjuangannya membangun bisnis keset selalu berhasil menuai decak kagum banyak orang.

Tidak hanya itu, Irma juga telah membina lebih dari 59.000 orang di seluruh Indonesia untuk membuat keset berkarakter. Kisah hidup dan kontribusinya dalam meningkatkan taraf hidup banyak orang membawa Irma menerima berbagai penghargaan, diantaranya Penghargaan Wirausaha Muda Teladan Tingkat Nasional tahun 2007, Profesional Asian Awards tahun 2009, Satu Indonesia Award Tempo tahun 2010, Kartini Award, Liputan6 Award dan Kick Andy Hero tahun 2012, Dompet Dhuafa Award, Tupperware She Can Award dan Perempuan Inspiratif Nova tahun 2015, serta masih banyak penghargaan bergengsi lainnya. Namun demikian, bagi Irma yang terpenting adalah ilmunya dapat bermanfaat bagi orang lain.

Bisnis Keset Terimbas Pandemi Corona, Irma Tak Goyah

Sama seperti pelaku usaha UMKM lainnya, bisnis keset yang dikelola Irma juga terkena imbas pandemi Corona (COVID-19). Aturan lockdown yang ditetapkan beberapa negara demi meminimalisir penyebaran virus corona menyebabkan produk kesetnya tidak dapat diekspor ke luar negeri.

Penjualan secara domestik juga berkurang hingga 40 persen sehingga omzetnya menurun drastis dari 850 juta perbulan menjadi hanya 200 juta saja.

Namun bukan Irma namanya jika harus  menyerah kepada keadaan. Ia terus melakukan berbagai inovasi serta beradaptasi dengan melihat kebutuhan pasar.

"Mutiarahandycraft selalu melakukan inovasi baru setiap tiga bulan sekali serta menangkap peluang bisnis di situasi apapun" ungkapnya.

Saat masyarakat panik lantaran harga masker yang melambung tinggi dan kelangkaan masker akibat penimbunan massal oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab, Irma segera menangkap peluang tersebut dengan memproduksi masker kain.

"Begitu pemerintah mengumumkan Corona, terus kita nggak bisa kemana-mana, langsung dua hari dapat ide bikin masker dan detik itu juga sehari dapat order 35 ribu dari berbagai konsumen. Langsung saya kerjakan tanpa henti," kisahnya bersemangat.

Wara-wiri di berbagai acara televisi dan mengisi seminar di berbagai tempat membuat Irma memiliki banyak relasi dari berbagai kalangan. Relasi yang luas tersebut membawa keuntungan tersendiri bagi Irma. Orderan masker terus berdatangan mulai dari kalangan artis, LSM, organisasi, lembaga swasta, instansi pemerintah, bank hingga partai politik.

"Instansi pemerintah banyak, ada Pemprov DKI, Disnaker Kebumen, BPDB Kebumen, Dispermades Kebumen. Kalau untuk perorangan kita melayani order minimal  1000 pcs," jelasnya.

Selain memanfaatkan peluang pasar dengan memproduksi masker kain, Irma juga melakukan diversifikasi produk dengan memanfaatkan sisa-sisa kain perca. Produk-produk fesyen yang dihasilkan dari sisa-sisa kain perca tersebut antara lain daster, celana dan kemeja.

Kecermatan Irma dalam menangkap peluang bisnis dan kegigihannya untuk selalu berinovasi serta melakukan diversifikasi produk membuatnya tetap cuan di tengah pandemi corona.

"Di masa pandemi ini kalau kita mau eksis harus selalu inovatif dan kreatif dengan mencari ide-ide baru serta menangkap masalah menjadi dewi keberuntungan dengan menciptakan peluang," tuturnya.

Berbagi, Kunci Sukses Irma Tetap Eksis di Tengah Pandemi

Di saat banyak perusahaan merumahkan karyawan lantaran produksi menurun, Irma tetap mempekerjakan para pengrajin keset binaannya. Irma dengan sukarela menampung keset yang diproduksi para pengrajin keset binaannya meski permintaan pasar sedang mengalami penurunan.

Ia merasa bertanggung jawab untuk memastikan mereka tetap bisa bekerja secara mandiri dan menghasilkan uang. Terlebih tiga ribu anggota pengrajin keset binaannya adalah orang-orang dengan kondisi fisik tidak sempurna (difabel). 

"Pengrajin keset berkarakter tetap bekerja karena saya punya inovasi kreatif bikin produk masker dari kain perca."

Selain tiga ribu difabel pengrajin keset, Irma juga membina 300 kelompok difabel untuk memproduksi masker kain. Setiap 1000 pcs masker yang diproduksi, Irma senantiasa menyisihkan 50 pcs masker untuk kepentingan donasi.

"Karena kita selalu mengedepankan (kepentingan) sosial dulu baru bisnis. Insyaallah dengan banyak berbagi bisnis kita semakin maju," pungkas Irma optimis.