Bursa Masih Volatil, Investor Disarankan Pasang Strategi Ini

investment - Canva

investment - Canva


Segala kemungkinan atau risiko memang bisa terjadi ketika kamu berinvestasi. Apalagi, ketika kamu memilih investasi di aset yang berbasis saham.

Soalnya, tingkat ketidakpastian pasar dinilai masih tinggi nih. Makanya, kamu pun disarankan untuk pasang strategi investasi yang konservatif, Be-emers.

Menurut Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, dikutip dari laman Bisnis, hingga akhir tahun 2020 ini, pergerakan saham diperkirakan masih akan volatil.

Hal itu dipicu pun oleh kekhawatiran para pelaku pasar yang belum reda karena pandemi Covid-19 masih belum benar-benar teratasi nih. Adapun, ia menilai kalau pasar cenderung hanya bereaksi jangka pendek.

Misalnya, unit penyertaan reksa dana saham sepanjang September terpantau naik. Namun, menurutnya, hal itu terjadi karena investor yang memanfaatkan momentum koreksi pasar (riding the wave).


Meski begitu, hadirnya vaksin Covid-19 di akhir tahun 2021 nanti diyakini bakal membawa ekspektasi terhadap pergerakan saham yang lebih baik. Vaksin Covid-19 juga membawa sentimen positif karena diharapkan dapat membantu aktivitas masyarakat normal kembali.

Selain itu, dirinya juga yakin kalau di akhir tahun 2020 bakal ada window dressing. Buat kamu yang belum tahu, window dressing merupakan sebuah strategi untuk mempercantik portofolio investasi yang dilakukan sama perusahaan atau manajer investasi untuk meyakinkan investor.

Baca Juga: Bakal Merger 2021 Mendatang, Begini Skema Penerbitan Saham Baru Bank Syariah BUMN
 

Strategi Investasi saat Bursa Volatil

Untuk itu, Wawan menyarankan agar para investor tetap konservatif dan memperkecil porsi aset sahamnya hingga akhir tahun ini, baik saham biasa maupun produk turunan berbasis saham seperti:
  • Reksa dana saham
  • Reksa dana campuran
  • Reksa dana indeks, dan
  • ETF (exchange traded fund)

Dirinya pun merekomendasikan skema 5:3:2 nih. Artinya, kamu harus mengalokasi investasi ke aset berbasis obligasi sebesar 50 persen, serta 30 persen ke pasar uang dan 20 persen ke instrumen saham.

Sementara itu, untuk tahun 2021 mendatang, Wawan berpendapat kalau investor bisa lebih optimis dengan menukar porsi investasi aset saham dan aset pasar uang.

Jadi, kamu pun bisa mengganti skemanya menjadi 50 persen alokasi investasi ke aset berbasis obligasi, 30 persen ke aset saham, dan 20 persen ke pasar uang.

Adapun, meski ada optimisme di pasar, tapi investor tetap harus mempertimbangkan kembali dan berhati-hati. Makanya, alokasi ke obligasi tetap dipertahankan sebanyak 50 persen.

Baca Juga: Asyik, Prospek Investasi Obligasi Pemerintah Dinilai Masih Cerah Hingga Akhir 2020!