Gojek-Tokopedia Dikabarkan Merger, Seperti Apa Dampak dan Risikonya?

Online Driver - Canva

Online Driver - Canva

Like

Aksi korporasi yang dilakukan oleh perusahaan rintisan, terutama yang bervaluasi besar, beberapa waktu terakhir ini terpantau “aktif” melakukan aksi korporasi nih, Be-emers.

Ialah Gojek, yang terpantau aktif melakukan aksi korporasi. Kini, startup yang didirikan oleh Nadiem Makarim itu dikabarkan akan melakukan merger dengan Tokopedia lho!

Padahal sebelumnya, kabar merger Gojek dan Grab juga sempat bikin heboh. Selain itu, Gojek juga baru saja menjadi investor dari Bank Jago, dengan kepemilikan sebesar 22 persen.

Enggak cukup sampai di situ, startup decacorn itu kini mulai melirik sektor e-commerce. Lalu gimana dampak dan risikonya?

Baca Juga: Apa yang Bikin Gojek Tertarik Investasi ke Bank Jago?
 

Persaingan Makin Mengerucut

Dikutip dari Bisnis, menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda, dampak yang paling terlihat adalah makin mengerucutnya persaingan antara para pemain.


Ia menilai, kalau Tokopedia merger dengan Gojek, hal itu akan mampu memanfaatkan jasa layanan dari masing-masing perusahaan.

Terlebih, kalau mampu menghasilkan investor, efek domino lainnya adalah makin masifnya perang diskon antara Tokopedia dengan pesaingnya, seperti Shopee -yang saat ini tengah menguasai pasar.

Selain itu, dengan merger tersebut, pendanaan akan menjadi senjata utama untuk bersaing. Artinya, kalau ada satu yang mendapatkan pendanaan, maka yang lainnya juga harus melakukan hal yang serupa.

Di sisi lain, Huda juga mengatakan, merger Tokopedia dan Gojek bertujuan untuk efisiensi perusahaan. Soalnya, dengan adanya penggabungan maka mereka akan lebih bisa berhemat untuk biaya operasional.
 

Bakal Melahirkan Perusahaan Besar

Ekonom juga menilai, realisasi merger antara Gojek dan Tokopedia bakal melahirkan perusahaan besar dengan ekosistem aplikasi yang mumpuni di sektor pembayaran digital, logistik dan perdagangan digital.

Menurut Ekonom Indef Bhima Yudistira Adhinegara, seperti yang dilansir dari laman Bisnis, rencana merger kedua unicorn tersebut disebabkan oleh tekanan masing-masing investor.

Dari sisi investor, mereka bakal melihat kedua perusahaan tersebut telah matang dan sudah melewati masa “bakar uang” untuk tumbuh. Dengan kata lain, keduanya kini sudah masuk tahap lanjut untuk meraup cuan.

Sementara itu, Bhima memperkirakan seandainya merger kedua perusahaan terjadi, Gojek akan menjadi mitra pesan antar barang yang dipesan di Tokopedia. Gojek, melalui Gopay, juga bisa menjadi alternatif pembayaran di aplikasi Tokopedia.

Alhasil, menurut Bhima, kolaborasi keduanya akan membuat pelanggan makin nyaman menggunakan layanan.
 

Bakal Rumit, Kalau Ada yang IPO

Seperti yang diketahui sebelumnya, Tokopedia juga dikabarkan sedang dalam proses  merger dengan Bridgetown Holdings Ltd. nih, Be-emers.

Hal itu pun jadi peluang bagi Tokopedia untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) dan melantai di bursa Amerika Serikat. Enggak hanya itu, Gojek juga dikabarkan tengah siap untuk Go Public.

Nah melihat dari hal itu, Bhima mengatakan, rencana IPO akan kembali direncanakan pada tahun ini. Seandainya merger keduanya terealisasi sebelum melakukan IPO, harga saham saat penawaran akan sangat mahal.

Enggak cuma itu, ia juga menilai, seandainya merger dilakukan setelah IPO pun tidak akan mudah dan makin rumit. Karena terdapat sejumlah peraturan yang harus dipenuhi oleh keduanya.

Adapun, di luar itu semua, menurut Bhima, tantangan lain yang akan dihadapi Gojek dan Tokopedia seandainya memutuskan untuk merger yakni ego dari masing-masing investor di perusahaan tersebut.

Baca Juga: Merger dengan Bridgetown Jadi Langkah Tokopedia Siap IPO?