Klarna - Pinterest
Likes
Perusahaan rintisan (startup) asal Swedia, Klarna, berhasil mendapatkan lonjakan valuasi hingga US$31 miliar nih, Be-emers. Hal itu bikin startup yang fokus di sektor fintech tersebut jadi startup paling bervaluasi di Eropa lho!
Gilanya nih, diketahui dari laman Reuters, lonjakan tersebut didapatkan hanya dalam kurun waktu kurang dari enam bulan, dengan putaran private fundraising baru senilai US$1 miliar.
Hal itu juga bikin startup fintech Swedia sejajar dengan banyak “financial house” besar di Eropa.
Soalnya, valuasi Klarna dinilai sebanding dengan lembaga keuangan utama Eropa seperti Barclays, Credit Suisse dan Swiss Re, hingga pemberi pinjaman terbesar Jerman, yakni Deutsche Bank.
Menurut Chief Executive Klarna Sebastian Siemiatkowski, pihaknya percaya kalau ada lebih banyak kesempatan di depan.
"we are still a fraction of the opportunity that’s out there,”
- Sebastian Siemiatkowski,
Baca Juga: Traveloka Siap IPO di Bursa AS, Ini Skema dan Tantangannya
Keunggulan “Buy Now Pay Later” dan Rencana IPO
Klarna yang terkenal dengan slogan “Buy Now Pay Later” itu memang mencatatkan lonjakan kinerja sepanjang pandemi Covid-19.Di tengah banyaknya negara Eropa yang ingin menerapkan undang-undang baru untuk melindungi konsumen, hal itu enggak mempengaruhi para investor untuk melirik peluang di sektor startup.
Buktinya, Klarna menyelesaikan putaran pendanaan senilai US$650 juta pada bulan September 2020 lalu dari sekelompok investor yang dipimpin oleh Silver Lake. Bahkan, lebih dari 30 investor baru dan lama juga turut berpartisipasi dalam putara pendanaan terakhir nih, Be-emers.
Kalau menurut salah satu partner venture capital Northzone, Hans Otterling, kesuksesan awal hingga pertumbuhan yang dialami Klarna hingga menjadi unicorn global seperti sekarang, jadi alasannya untuk optimis dengan masa depan teknologi Eropa.
Adapun, Klarna memang telah secara luas berada di antara sejumlah daftar perusahaan teknologi, terutama fintech, yang tengah naik daun. Bahkan, banyak yang berharap Klarna menyelesaikan proses Initial Public Offering (IPO) di New York atau merger dengan skema SPAC.
Meski begitu, diketahui, Siemiatkowski mengesampingkan kesepakatan SPAC. Ia menegaskan, pihaknya sedang mempertimbangkan untuk mendaftar langsung dan menghindari proses pemasaran IPO yang mahal.
Buat kamu yang punya cerita, opini, atau artikel menarik lainnya, yuk daftar dan share tulisan kamu di Bisnis Muda sekarang!
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.