Kutukan Generasi Ketiga dalam Bisnis Keluarga

Sumber Gambar : Google

Sumber Gambar : Google

Like

Berbagai latar belakang menjadi motivasi berdirinya suatu bisnis, terutama karena adanya kejelian menangkap peluang. Sedangkan untuk usaha mikro dan kecil, sebagian besar karena keterdesakan memenuhi kebutuhan biaya hidup keluarga.

Apa pun latar belakangnya, bisnis yang dikelola keluarga memiliki karakteristik serta permasalahan yang tidak dihadapi oleh yang bukan bisnis keluarga. Karakteristik utamanya adalah pengendalian perusahaan di tangan keluarga tertentu.

Dampaknya, kebergantungan yang tinggi terhadap keberdayaan anggota keluarga dalam bekerja sama untuk mencapai visi, misi, dan tujuan serta dalam menjalankan operasional perusahaan.

Baca Juga: Benarkah Menjalani Bisnis Keluarga Itu Ribet? Perhatikan Dulu Hal Ini

Kebergantungan satu dengan lainnya ini dapat menjadi permasalahan ketika ukuran perusahaan semakin besar, yaitu menjadikan anggota keluarga yang terlibat dalam perusahaan agar bekerja secara profesional atau merekrut para profesional.


Masalah utama lainnya datang dari pandangan bahwa perusahaan adalah aset yang harus diwarisi dari generasi ke generasi 

Lalu kenapa transisi Bisnis Keluarga Ke Generasi Penerus Gagal?
  1. Perusahaan kurang menarik karena proses produksi sampai pemasaran ribet.
  2. Penanganan semua dilakukan manual sehingga membutuhkan tenaga yang begitu besar untuk melakukannya, hal ini tentunya kurang menarik bagi kaum milenial.
  3. Perusahaan tidak ada sistem manajemen dan terlihat kacau.
  4. Perusahaan tidak diketahui apakah untung atau tidak.
  5. Perusahaan penghasil produk yang kurang disukai oleh generasi penerus dan lain sebagainya.
Sebab-sebab di atas membuat generasi penerus enggan mengambil alih perusahaan keluarga, apalagi perusahaan dalam kondisi banyak hutang ke pihak ke-3. Inilah tantangan bagi generasi penerus.

Baca Juga: Waduh, Bisnis Keluarga David Beckham Rugi Hingga Jutaan Poundsterling