maela aulia 
kita memupuk, kita juga yang akan menuai
Likes
Investasi tengah menjadi peluang usaha yang banyak diburu masyarakat saat ini. Investasi buka hanya menjanjikan keuntungan berlipat ganda tanpa bekerja, begitu juga kemudahan akses yang ditawarkan melalui aplikasi maupun website.
Hal ini mampu menarik perhatian masyarakat hingga mencapai 4,16 juta investor saat ini, meski jumlah tersebt masih dianggap kurang jika dibandingkan dengan Negara tetangga, Singapura dan Malaysia.
Mengingat keadaan ekonomi Indonesia yang mulai melumpuh, juga serangkaian pembatasan kegiatan khalayak umum, masyarakat beralih menggunakan investasi sebagai sarana alternatif mendapatkan uang meski dalam praktiknya, banyak yang tidak memahami sistem oprasional daripada investasi.
Kurangnya pengetahan serta pengalaman dalam berinvestasi, menyebabkan masyarakat hanya berpacu pada kenaikan grafik. Kendati demikian, menimbulkan pola pikir jangka pendek bahwasanya ketika grafik turun adalah kesempatan untuk menjual saham, dsb. Berinvestasi bukan hanya tentang melipat gandakan uang yang kita investkan, tapi belajar bagaimana tetap optimis ketika berada pada kondisi pasar saham yang mulai naik turun.
Berinvestasi bukan semata-mata kita membeli, memanta kondisi, dsb. Tetapi lebih daripada itu.
Penulis pernah mendengar cuplikan video, didalamnya menampilkan seorang mahasiswa yang berprofesi sebagai pemulung tengah memberikan penjelasan mengenai kalkulator tuhan. Dari video tesebut, dapat dijelaskan bahwa investasi bukan hanya tentang materi dan diri sendiri. Investasi termurah adalah membantu sesama, saat kita menginvestasikan satu kebaikan, maka Tuhan akan melipat gandakan kebaikan yang kita lakukan.
Jika melihat cerita dalam video tersebut, akan sangat mustahil jika ada orang yang mau menginvestasikan uangnya untuk orang lain, sedangkan dia terjebak dalam situasi yang sangat sulit.
Mahasiswa tersebut, memberikan uang yang didapatkannya dari hasil memulung untuk memenuhi kebutuhan anak yatim, padahal lusa dia harus membayar cicilan UKT, dengan optimis, dia menghitung menggunakan kalkulator Tuhan jika pasti uangnya akan diganti lebih banyak. Benar saja, besoknya dia mendapat kabar ada relawan yang membayar UKT nya lunas setelah mendengar pemberitaan tentang kedermawanannya.
Melihat situasi dan kondisi saat ini, mengambil langkah untuk berusaha menyejahterkan diri sendiri merupakan langkah yang kurang tepat. Apalagi, menindih ekonomi kelas bawah untuk kepentingan pribadi, tidak jauh berbeda dengan kita membunuh mereka secara perlahan.
Mari berinvestasi tanpa modal, bahu membahu melewati keadaan sulit bersama! kuncinya, tetap optimis dan percaya, setelah ini akan ada yang lebih baik.
Hal ini mampu menarik perhatian masyarakat hingga mencapai 4,16 juta investor saat ini, meski jumlah tersebt masih dianggap kurang jika dibandingkan dengan Negara tetangga, Singapura dan Malaysia.
Mengingat keadaan ekonomi Indonesia yang mulai melumpuh, juga serangkaian pembatasan kegiatan khalayak umum, masyarakat beralih menggunakan investasi sebagai sarana alternatif mendapatkan uang meski dalam praktiknya, banyak yang tidak memahami sistem oprasional daripada investasi.
Kurangnya pengetahan serta pengalaman dalam berinvestasi, menyebabkan masyarakat hanya berpacu pada kenaikan grafik. Kendati demikian, menimbulkan pola pikir jangka pendek bahwasanya ketika grafik turun adalah kesempatan untuk menjual saham, dsb. Berinvestasi bukan hanya tentang melipat gandakan uang yang kita investkan, tapi belajar bagaimana tetap optimis ketika berada pada kondisi pasar saham yang mulai naik turun.
Berinvestasi bukan semata-mata kita membeli, memanta kondisi, dsb. Tetapi lebih daripada itu.
Penulis pernah mendengar cuplikan video, didalamnya menampilkan seorang mahasiswa yang berprofesi sebagai pemulung tengah memberikan penjelasan mengenai kalkulator tuhan. Dari video tesebut, dapat dijelaskan bahwa investasi bukan hanya tentang materi dan diri sendiri. Investasi termurah adalah membantu sesama, saat kita menginvestasikan satu kebaikan, maka Tuhan akan melipat gandakan kebaikan yang kita lakukan.
Jika melihat cerita dalam video tersebut, akan sangat mustahil jika ada orang yang mau menginvestasikan uangnya untuk orang lain, sedangkan dia terjebak dalam situasi yang sangat sulit.
Mahasiswa tersebut, memberikan uang yang didapatkannya dari hasil memulung untuk memenuhi kebutuhan anak yatim, padahal lusa dia harus membayar cicilan UKT, dengan optimis, dia menghitung menggunakan kalkulator Tuhan jika pasti uangnya akan diganti lebih banyak. Benar saja, besoknya dia mendapat kabar ada relawan yang membayar UKT nya lunas setelah mendengar pemberitaan tentang kedermawanannya.
Melihat situasi dan kondisi saat ini, mengambil langkah untuk berusaha menyejahterkan diri sendiri merupakan langkah yang kurang tepat. Apalagi, menindih ekonomi kelas bawah untuk kepentingan pribadi, tidak jauh berbeda dengan kita membunuh mereka secara perlahan.
Mari berinvestasi tanpa modal, bahu membahu melewati keadaan sulit bersama! kuncinya, tetap optimis dan percaya, setelah ini akan ada yang lebih baik.
#youngcompetitionbisnismudaid #bisnismuda #yangmudayangcuan
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.