Kopi, pandemi dan e-commerce (google picture)
Likes
Makanan dan minuman semula dijadikan kebutuhan utama untuk menambah gizi, menaikkan energi dan menyehatkan tubuh, kini beralih menjadi makanan atau minuman yang dikonsumsi karena memberikan suatu “label” tertentu. Pakaian yang semula untuk melindungi tubuh dan menunjang penampilan kini turut bergeser menjadi sesuatu yang menunjukkan kepopuleran, status dan kedudukan seseorang. Kontribusi mereka yang disebut “influencer” media sosial turut memainkan peran pergerakan pesat budaya konsumtif masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri sebagian waktu manusia juga digunakan untuk melakukan aktivitas di coffee shop. Berbincang bersama teman, melakukan rapat kelompok, mengerjakan tugas akhir bahkan sekedar meluangkan waktu menikmati suasana, atau bahkan membawa pulang kopi untuk menemani bekerja di rumah seperti saat ini. Memang tidak ada salahnya hal tersebut dilakukan, namun apabila kita tidak bijak dalam mengalokasikan pendapatan kita, lalu apa yang terjadi di kemudian hari?
Kata FOMO (Fear Of Missing Out) tepat untuk menggambarkan situasi ini. Generasi muda cenderung menginginkan apa yang dimiliki orang lain, mereka tidak ingin ketinggalan tren akan produk-produk tertentu, sehingga mereka memanfaatkan promo, mengikuti pola konsumsi yang berlebih, dan memiliki intensitas tinggi untuk mengakses e-commerce pada gawai mereka.
Sistem cashback, potongan harga, dan paylater rupanya perlu diwaspadai, tanpa kita sadari kita melakukan pengeluaran hanya karena godaan tawaran semata.Pembelian produk konsumtif juga terkait dengan pola pemakaian kartu kredit yang merebak dan menjadi tren anak muda, tahukah kalian pola tersebut menjadi sesuatu yang mencekik dan tidak menyehatkan keuangan kita, lalu apa yang dapat dilakukan generasi muda untuk berdamai dengan finansial?
Belum ditambah dampak yang akan ditimbulkan bagi tubuh di kemudian hari. Pola konsumsi minuman manis berlebih yang tidak diimbangi berolahraga akan mengakibatkan diabetes melitus, dimana Indonesia menempati peringkat ke 7 dari 10 negara dengan jumlah penderita terbanyak 10,7 juta. Lantas apa dampaknya bagi finansial?
Tentunya biaya kesehatan jangka pankang menjadi pertimbangan penting di dalamnya, lalu langkah optimal apa yang dilakukan agar kita mampu mengendalikan diri dari situasi tersebut untuk finansial yang lebih baik?
Sedangkan disisi lain, bagi mereka yang masih bermobilitas membutuhkan banyak pengeluaran di masa pandemi ini. Sempat ramai menjadi perbincangan di berbagai media sosial, pendapatan kaum pekerja muda yang belum seberapa ini diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan masker, test covid dan beberapa peralatan kesehatan lainnya.
Tentu tidak mudah bagi mereka, memasuki persiapan kerja yang tidak diimbangi dengan literasi finansial menjadikan pendapatan layak “hilang sekejab”. Oleh karena itu, bagaimana alokasi pendapatan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan generasi muda?
Berlaku demikian, sebagai generasi muda pengendalian diri perlu dilakukan, dengan menggeser pola pikir FOMO menjadi JOMO (Joy of Missing Out), tampaknya perlu disadari kegunaan dan efek produk yang kita beli di masa mendatang dan jangka panjang, apakah produk tersebut hanya konsumtif yang tidak bermakna atau dapat membantu diri dan menjadikan hidup kita lebih produktif?
Pertama pokok untuk membayar sewa rumah/kos, memenuhi kebutuhan makanan dan minuman, membeli peralatan kerja/kuliah, biaya transportasi, biaya perawatan diri, dan sebagainya misalnya kebutuhan tersebut dialokasikan 50% pendapatan yang kita terima.
Kedua, kebutuhan darurat seperti kesehatan, biaya konsultasi dokter dan rumah sakit, biaya obat-obatan, vitamin dan keperluan mendesak dapat dialokasikan 20 persen dari pendapatan yang kita terima, kemudian 10% lainnya dapat digunakan untuk wadah pengembangan diri, mengikuti les bahasa, mengikuti sertifikasi kompetensi, mengikuti training dan sebagainya. 10% selanjutnya dapat digunakan untuk menabung dan menyicil kebutuhan masa depan (rumah, sekolah, kendaraan), 10% sisanya tentu digunakan untuk bantuan sosial dan kesurelawanan misal membantu teman, memberi hadiah teman, merayakan acara tertentu, bersedekah, berdonasi dan sebagainya.
Dapat dilakukan dengan menabung, berinvestasi (saham, obligasi, properti) dan mengupayakan bisnis sampingan yang memberikan pendapatan tambahan bagi generasi muda, dapat dicontohkan membuat umkm, menghasilkan jasa yang kompeten dan sebagainya.
Komentar
22 Nov 2023 - 14:36
keren
25 Oct 2023 - 14:57
Inspiratif
03 Aug 2021 - 07:22
keren
02 Aug 2021 - 11:57
Artikel yang menarik