Ramai-Ramai Emiten Gelar Rights Issue, Apa Untungnya?

BBRI dan Emiten Lainnya Ramai Lakukan Rights Issue Illustration Web Bisnis Muda - Image: Canva

BBRI dan Emiten Lainnya Ramai Lakukan Rights Issue Illustration Web Bisnis Muda - Image: Canva

Like

Penggalangan dana lewat pasar modal kini lagi gencar-gencarnya dilakukan korporasi, Be-emers. Di tengah upaya pemulihan ekonomi, perusahaan emang butuh dana buat operasional dan ekspansi, sebagian juga butuh buat bayar utang.

Selain opsi pinjam uang ke perbankan atau menerbitkan surat utang, perusahaan juga bisa menjual saham ke investor. Nah, jual saham itu salah satunya melalui Bursa Efek Indonesia.

Bursa ini hitungannya adalah public equity di mana penjualan saham biasa yang diperdagangkan secara publik. Opsi lain bisa pakai private equity yang biasa dilakukan perusahaan modal ventura.

Kalau perusahaan yang belum listing bisa menggalang dana lewat initial public offering (IPO), maka emiten yang sudah eksis juga bisa menerbitkan saham baru. Bisa melalui private placement, atau rights issue. 

Rights issue atau hek memesan efek terlebih dahulu (HMETD) ternyata banyak diminati untuk saat ini, sejalan dengan kebutuhan likuiditas perusahaan publik.


Boleh dibilang, emiten cukup antusias melakukan rights issue atau penawaran umum terbatas (PUT).  Bahkan, jika melihat data Bisnis.com, aksi PUT tahun ini bakal mencapai rekor tertinggi dalam 10 tahun terakhir. 

Bursa Efek Indonesia mencatat sepanjang tahun ini sudah ada 18 emiten yang melakukan penambahan modal dengan rights issue. Total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp51,89 triliun. 

Beda dengan mencari pinjaman ke bank atau institusi lain, penerbitan saham baru tidak membebani perusahaan untuk membayar utang di kemudian hari.

Adapun dua emiten dengan nilai rights issue jumbo yaitu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) sebesar Rp15,4 triliun dan PT Bank Permata Tbk. (BNLI) sebesar Rp10,82 triliun.

Jika ditelusuri lebih jauh, emiten perbankan mendominasi rights issue atau emisi saham baru pada 2021. Hal itu sejalan dengan langkah perbankan dalam memenuhi ketentuan modal inti minimum bank yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sebelumnya, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan bahwa saat ini total rencana rights issue dalam pipeline BEI berjumlah 44 perusahaan dengan total dana yang direncanakan Rp116,57 triliun. 

Baca Juga: Puluhan Emiten Mau Terbitan Saham Baru, Nilainya Rp116,57 Triliun. Tertarik?
 

Aksi Jumbo BBRI

Menurutnya, tingginya nilai pipeline tersebut didorong oleh rights issue PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dengan potensi dana Rp95,9 triliun.

Pelaksanaan emisi saham baru yang dilakukan BBRI merupakan yang terbesar pada 2021 sekaligus mencetak sejarah baru dalam perolehan dana sejak diaktifkannya pasar modal Indonesia. BBRI menggelar rights issue dalam rangka pembentukan holding BUMN ultra mikro.

Selain BBRI, sederet emiten bank juga merancang aksi serupa. Salah satunya, PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) yang mengincar target dana Rp2,5 triliun.

Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan aksi korporasi tersebut bertujuan memenuhi modal bank digital sebesar Rp3 triliun, sesuai dengan kebijakan OJK. 
Dia optimistis bisa memenuhi ketentuan OJK sampai akhir 2021. Per Juni 2021, ekuitas perseroan mencapai Rp1,2 triliun.

Sejumlah emiten sektor riil juga berencana menggalang dana lewat rights issue. PT Kimia Farma Tbk. (KAEF), misalnya, mengelar rights issue untuk menerbitkan obligasi wajib konversi (OWK) yang akan dikonversi menjadi sebanyak-banyaknya 2,77 miliar saham seri B.

Direktur Keuangan Kimia Farma Lina Sari menjelaskan dana hasil rights issue akan digunakan untuk pengembangan usaha perseroan mulai dari sektor manufaktur, distribusi, ritel farmasi dan layanan kesehatan, serta untuk perbaikan struktur permodalan maupun refinancing kewajiban KAEF.

“Kami melihat pasar saat ini masih prospektif untuk pelaksanaan investasi melalui rights ssue atau kerja sama dengan mitra strategis lainnya,” ujar Lina Sari, dikutip Bisnis, Selasa (7/9).

 

BBRI dan Emiten Lainnya Ramai Lakukan Rights Issue Illustration Web Bisnis Muda - Image: Canva

BBRI dan Emiten Lainnya Ramai Lakukan Rights Issue Illustration Web Bisnis Muda - Image: Canva

 

Rekor Baru

Apabila seluruh rencana rights issue yang masuk dalam pipeline BEI dilaksanakan pada 2021, nilai PUT bakal mencapai rekor tertinggi dalam 10 tahun terakhir.

Berdasarkan data OJK, total PUT terbesar sejak 2010 tercatat pada 2017 senilai Rp88,2 triliun. Nilainya berangsur melandai menjadi Rp35,45 triliun pada 2018, Rp29,17 triliun pada 2019, dan hanya Rp20,27 triliun pada 2020.

Kendati tahun ini masih diselimuti pandemi Covid-19, aksi rights issue justru lebih semarak. Padahal, indeks harga saham gabungan (IHSG) juga terus terombang-ambing di kisaran 6.000-6.200 kendati sempat menyentuh level 6.435 pada 13 Januari 2021.

Para pelaku pasar menilai langkah para emiten yang makin bergairah dalam menggalang dana untuk memperkuat modal mencerminkan ekspektasi terhadap kinerja yang dapat melaju kencang pada 2022.

Presiden Direktur BCA Sekuritas Mardy Sutanto mengatakan pasar tengah percaya diri dalam menggalang dana. Pasalnya, berbagai emiten optimistis melihat potensi perbaikan ekonomi Indonesia.

Apalagi, setelah adanya relaksasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di sentra-sentra ekonomi yang penting.

Baca Juga: Mengenal Backdoor Listing, Apa Itu?
 

Momentum Tepat

Sementara itu, Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan saat ini adalah momentum yang tepat bagi perseroan menggalang dana melalui rights issue. Dana segar yang dikantongi pada semester II/2021 dapat dijadikan modal untuk membiayai ekspansi pada tahun mendatang.

“Saya melihat ini adalah langkah antisipasi dari emiten untuk ekspansi karena mengukur kemungkinan adanya perbaikan ekonomi pada 2022. Oleh sebab itu mereka mulai mendorong right issue,” katanya, dikutip dari Bisnis.com.

Dari kacamata manajer investasi, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan Panin AM tidak menutup kemungkinan untuk membeli saham dalam rights issue. Namun, ada beberapa kriteria yang harus terpenuhi seperti faktor fundamental dan harga penawaran.
 

Potensi Cuan

Nah, Be-emers, rights issue tentunya juga jadi potensi buat investor mencari cuan.

Contohnya di saham BBRI, di mana investor mengeksekusi harga saham baru di level Rp3.400 per saham, sedangkan di hari itu harga sahamnya di pasar reguler diperdagangkan pada rentang 3.720 - 3.880.

Artinya, di hari itu investor yang mengeksekusi haknya dalam rights issue bisa langsung cuan maksimal 14 persen.

Lumayan kan? Kamu berminat? Masih ada lho deretan emiten yang mau melakukan rights issue. Nantikan ulasan lain di Bisnis Muda, ya.