Apa Itu Value Investing Illustration Web Bisnis Muda - Image: Canva
Likes
Sejumlah investor ternama kerap menceritakan sejumlah strategi dalam berinvestasi. Salah satu yang cukup terkenal yakni strategi value investing.
Nama-nama seperti Lo Kheng Hong hingga Warren Buffett, juga dikenal menggunakan strategi value investing lho. Namun jauh sebelum keduanya, “mentor” Warren Buffett, yakni Benjamin Graham diketahui menjadi prioner dalam strategi velue investing nih.
Lewat buku The Intelligent Investor, Profesor Benjamin Graham mulai mengenalkan konsep value investing kepada publik di tahun 1949. Konsep value investing sendiri pun sebenarnya sudah dikembangkan oleh profesor Columbia Business Scholl tersebut dengan David Dodd di era 1920, menurut data Forbes.
Diketahui dari Investopedia, value investing pun juga digunakan oleh sejumlah investor kenamaan lainnya seperti Charlie Munger, Christopher Browne, hingga Seth Klarman.
Kerap digunakan oleh investor-investor terkenal, sebenarnya apa itu strategi value investing?
Baca Juga: Begini Sosok Benjamin Graham yang Populerkan Value Investing
Apa Itu Value Investing?
Mungkin banyak dari kamu yang suka bertanya-tanya, kenapa sih suka ada investor membeli saham yang enggak “terkenal”? Padahal, di waktu yang bersamaan, sedang ada saham yang banyak diincar oleh investor lain.Nah, bisa jadi, sejumlah investor yang lebih tertarik dengan saham yang enggak sedang naik daun itu menggunakan strategi value investing nih, Be-emers.
Soalnya, dikutip Investopedia, value investing atau investasi nilai adalah sebuah strategi investasi dengan melibatkan pengambilan saham yang tampaknya diperdagangkan kurang dari nilai intrinsik atau book value-nya.
Apa Itu Value Investing Illustration Web Bisnis Muda - Image: Canva
Kalau kamu menggunakan strategi value investing, artinya kamu membeli saham di bawah harga wajar (undervalue), yang nantinya bisa dijual di harga wajar
Value investing justru secara aktif menemukan saham yang menurut mereka “diremehkan” pasar saham.
Sebab, investor yang menggunakan strategi ini percaya bahwa pasar bereaksi berlebihan terhadap sentimen, yang akhirnya menghasilkan pergerakan harga saham yang tidak sesuai dengan fundamental jangka panjang perusahaan.
Dengan kata lain, orang yang menggunakan startegi value investing males untuk ikut-ikutan beli saham “gorengan” gitu, Be-emers. Kebalikannya, investor yang menggunakan strategi value investing lebih mengandalkan analisis keuangan.
Selain itu, Investopedia juga menyebutkan, para value investor cenderung merupakan investor jangka panjang. Makanya, dilansir dari laman IDX Channel, orang yang menggunakan startegi value investing punya tingkat kesabaran tinggi karena cuan maksimal bakal diperoleh saat saham dijual beberapa tahun kemudian.
Jadi, kamu tertarik menggunakan strategi value investing sebagai strategi investasi enggak nih?
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.