Pentingnya Intrinsic Value dalam Strategi Value Investing

Pentingnya Intrinsic Value dalam Strategi Value Investing Illustration Bisnis Muda - Image: Canva

Pentingnya Intrinsic Value dalam Strategi Value Investing Illustration Bisnis Muda - Image: Canva

Like

Dikembangkan oleh Benjamin Graham dan David Dodd, Value Investing menjadi salah satu strategi investasi yang kerap digunakan oleh banyak investor ternama. Nah kalau kamu tertarik dengan strategi value investing, kamu juga perlu tahu nih soal pentingnya Intrinsic Value.

Mulai dari Lo Kheng Hong hingga Warren Buffett dikenal kerpa menggunakan strategi value investing nih. Lewat value investing, seseorang cenderung akan membeli saham di bawah harga wajar dan akan menjualnya saat sudah di harga wajar.

Yang artinya, strategi value investing dilakukan dengan perhitungan matang alias melakukan analisis dari segi keuangan, prospek perusahaan, kinerja operasional, hingga memperhatikan Intrinsic Value.

Baca Juga: Sering Digunakan Investor Ternama, Apa Itu Value Investing?

 

Apa Itu Intrinsic Value?

Value Investing itu memang dikenal cocok untuk investor yang ingin berinvestasi jangka panjang. Soalnya, dalam value investing, kamu perlu melakukan analisis fundamental atau  mengevaluasi laporan keuangan perusahaan untuk menilai Intrinsic Value (nilai intrinsik).


Nah, dilansir Forbes, Intrinsic Value ini jarang berupa angka tunggal. Sebab, banyak asumsi yang digunakan untuk menilai suatu perusahaan yang kompleks.

Meski begitu, value investor menggunakan berbagai metrik untuk mencoba menemukan penilaian atau Intrinsic Value dari suatu saham nih.

Soalnya, dikutip Investopedia, Intrinsic Value adalah sebuah kombinasi dari penggunaan analisis keuangan seperti mempelajari kinerja keuangan perusahaan, pendapatan, pendapatan, arus kas, dan laba.

 

Pentingnya Intrinsic Value dalam Strategi Value Investing Illustration Bisnis Muda - Image: Canva

Pentingnya Intrinsic Value dalam Strategi Value Investing Illustration Bisnis Muda - Image: Canva

 

Metrik dalam Intrinsic Value

Selain itu, Intrinsic Value juga mempertimbangkan perhitungan pada faktor fundamental, termasuk merek perusahaan, model bisnis, target pasar, dan keunggulan kompetitif. Nah, Investopedia menyebutkan, sejumlah metrik yang digunakan untuk menilai saham perusahaan meliputi:

1. Price-to-Book (P/B) (book value)
Price-to-book ini digunakan untuk mengukur nilai aset perusahaan dan membandingkannya dengan harga saham. Kalau harganya lebih rendah dari nilai aset, saham tersebut dinilai terlalu rendah -dengan asumsi perusahaan tidak dalam kesulitan keuangan.

2. Price-to-Earning Ratio (PER)
Mungkin kamu sering mendengar istilah PER dalam perdagangan saham. PER seringkali menjadi acuan suatu saham mahal atau enggak nih.

Lebih dari itu, PER menunjukkan rekam jejak pendapatan perusahaan untuk menentukan apakah harga saham tidak mencerminkan semua pendapatan atau undervalued.

Dikutip Forbes, semakin rendah rasio PER, semakin besar kemungkinan emiten dianggap sebagai value stock alias saham yang yang bernilai. Meskipun enggak ada tingkat tetap yang secara otomatis mengkualifikasikan suatu saham sebagai nilai investasi, PER harus lebih rendah dari PER rata-rata pasar secara keseluruhan.

3. Free Cash Flow (Arus Kas Bebas)
Dalam kinerja emiten, arus kas juga penting untuk diperhatikan lho. Salah satunya yakni, Free Cash Flow atau kas yang dihasilkan dari pendapatan maupun operasi perusahaan setelah dikurangi biaya-biaya pengeluaran.

Free Cash Flow juga merupakan kas yang tersisa setelah pengeluaran dibayarkan, termasuk pengeluaran operasional dan pembelian besar.

Kalau emiten menghasilkan Free Cash Flow, maka emiten bakal punya sisa uang untuk diinvestasikan di masa depan, melunasi utang, membayar dividen atau penghargaan kepada pemegang saham, dan menerbitkan pembelian kembali saham. Dengan begitu, hal ini bisa jadi pertimbangan investor dalam menilai prospek suatu emiten.

Selain itu, ada banyak metrik lain yang digunakan dalam analisis seperti menganalisis utang, ekuitas, penjualan, dan pertumbuhan pendapatan.


Gimana, sudah mulai mencari Intrinsic Value untuk menerapkan strategi Value Investing belum?