Nggak Pakai Dana Investor, Apa Itu Bootstrapping pada Startup?

Mengenal Istilah Bootstrapping pada Startup Illustration Web Bisnis Muda - Canva

Mengenal Istilah Bootstrapping pada Startup Illustration Web Bisnis Muda - Canva

Like

Kalau kamu mendengar kata startup, pasti seringkali dikaitkan dengan peran investor, ya kan, Be-emers? Namun, ternyata peran dari sang investor tak selalu dibutuhkan dalam tahap awal pengembangan startup, lho. Cara tersebut dikenal dengan istilah bootstrapping.

Lalu, apa sebenarnya bootstrapping itu, Be-emers?
 

Definisi Bootstrapping

Bootstrapping adalah membangun perusahaan tanpa bantuan dana dari investor, dengan kata lain, hanya dari uang pribadi sang founder dan juga perputaran pendapatan usahanya.

Biasanya, para founder yang melakukan bootstrapping memulai usahanya dari skala kecil dengan modal yang kecil juga. Bisnis yang dibangun harus cepat mendatangkan konsumen agar pendapatannya bisa diputar dan bisa berkembang di kemudian hari.

Menurut Investopedia, lebih dari 80 persen startup didanai oleh uang pribadi dari founder-nya lho, Be-emers.
 

Keuntungan dan Kerugian Bootstrapping

Bootstrapping bisa menjadi cara tepat untuk memulai menghasilkan keuntungan dan membangun network untuk investasi di kemudian hari. Perusahaan juga bisa fokus dengan produk yang dikembangkan.


Selain itu, founder bisa bereksperimen lebih fleksibel dengan brand yang mereka bangun dan memiliki kewenangan penuh atas brand-nya. Hal tersebut disebabkan tidak adanya tekanan dari investor. Namun, aset pribadi dan bahkan aset keluarga lah yang mungkin menjadi taruhannya, yang juga bisa menjadi tekanan tersendiri bagi pengusaha pelaku bootstrapping.

Kekurangan lainnya dari bootstrapping adalah adalah lemahnya kredibilitas perusahaan dan brand yang dibangun. Adanya support atau dukungan dari investor biasanya akan memberikan visibilitas bisnis yang lebih baik dan rasa hormat yang lebih tinggi dari konsumen hingga vendor.
 

Alasan Melakukan Bootstrapping

Ada beberapa aspek yang mempengaruhi founder dalam melakukan bootstrapping pada perusahaannya, antara lain:
 

Idealisme

Biasanya, founder dengan idealisme tinggi tidak menginginkan jika perusahaan yang ia bangun harus tunduk terhadap kemauan dan tuntutan investor. Agar tak merasa terkekang, founder pun akan memutuskan untuk membangun perusahaan dengan ‘modal dengkul’ alias dana milik sendiri.
 

Tuntutan Kondisi

Bisa saja, sang founder sebenarnya ingin memiliki investor untuk perusahaannya, namun memang belum menemukan investor yang tepat.

Dengan tekad yang kuat dan keyakinan untuk bisa membesarkan perusahaannya, founder pun memutuskan untuk mendanai startup-nya sendiri.

Kalau kamu membangun startup, kamu lebih memilih melakukan bootstrapping atau mencari investor sebelum memulai nih, Be-emers?